Kuatkan Budaya Lokal: 50 Masterpiece Manik-manik Dipamerkan

Pontianak, Kalbar - Manik-manik sebagai karya seni budaya, dipamerkan di Museum Negeri Pontianak. Pameran regional ini bertajuk ‘Pesona Manik-manik Borneo’. Ada 50 masterpiece manik-manik di tanah Borneo yang dipamerkan.

Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya membuka pameran yang memajang 50 masterpiece manik-manik paling bersejarah di tanah Borneo. Christiandy mengatakan, pameran ini sebagai bentuk memanfaatkan koleksi budaya yang menjadi implementasi konkret dari penjabaran visi Pemprov Kalbar.

“Ini juga usaha bersama untuk melestarikan budaya demi kesejahteraan masyarakat,” kata Christiandy di Pontianak, kemarin. Ia menambahkan, kelestarian budaya nasional dimunculkan dari budaya lokal. “Jika budaya lokalnya kuat, maka budaya nasional ikut kuat,”

Menurut Wagub, pameran ini sekaligus ajang pembelajaran untuk mengenalkan budaya lokal kepada masyarakat. Hal ini sebagai upaya menarik wisatawan agar berkunjung. “Tidak mudah merangkai sebuah karya manik-manik. Memerlukan waktu yang panjang, namun bisa menghasilkan karya seni yang sangat indah,” katanya.

Budaya, kata dia, harus dibangun secara serius. Generasi dulu telah mewariskan budaya yang sangat bernilai. Orang sekarang harus mempelajari sisi positif dari karya seni itu. “Kami berharap tumbuh kesadaran pentingnya museum sebagai tempat penyimpanan koleksi karya seni budaya yang bersejarah, tempat pembelajaran sekaligus tempat wisata,” katanya.

Menurut Kepala UPT Museum Negeri Kalbar Daud Dagel, pameran diikuti Museum Negeri Kalbar, Museum Mulawarman Kaltim, Museum Lambung Mangkurat Kalsel, Museum Balanga Kalteng, dan Muzium Tun Abdul Razak Kuching, Sarawak. Hadir juga Museum Olahraga Nasional Taman Mini Indonesia Indah. Masing-masing akan memamerkan sepuluh masterpiece karya manik-maniknya.

Beberapa jenis manik-manik yang akan dipamerkan terdiri atas manik-manik yang berfungsi mas kawin, pakaian pengantin, pakaian penari dalam upacara penyambutan tamu, perhiasan, jimat atau penolak bala, perlengkapan dalam pengobatan, penghias benda tertentu, sarana dalam religi, alat tukar, hingga bekal kubur. Untuk Kalbar, akan menonjolkan manik-manik upacara kematian milik suku Dayak Taman Kapuas di Kapuas Hulu, yang usianya diperkirakan telah lebih dari seratus tahun.

“Manik-manik itu berfungsi sebagai multisimbol. Ia tidak lagi hanya untuk kelengkapan adat, tapi sudah termodifikasi menjadi karya seni bernilai. Pameran ini ingin mengenalkan koleksi budaya yang sudah lama dikenal secara parsial,” kata Daud di Pontianak, kemarin. Selain pameran, pihaknya memberikan kesempatan kepada perajin manik-manik untuk memasarkan hasil karyanya. “Mereka bisa bertransaksi jual beli. Stan diberikan gratis, hasil penjualan dikembalikan kepada mereka,” kata Daud.

Ia menambahkan, pameran itu sebagai wadah memperkenalkan bahan, bentuk, fungsi, dan kegunaan manik-manik dalam kehidupan masyarakat. “Ada keinginan mau meningkatkan apresiasi dan kreativitas masyarakat terhadap seni kerajinan manik-manik,” katanya. Pameran ini menjadi bagian dari upaya menjaring wisatawan terkait tahun kunjungan museum dan visit Kalbar year. Pihaknya menargetkan ada 15.000 pengunjung pada pameran tersebut. “Kami mengundang seluruh masyarakat untuk melihat langsung kekayaan seni budaya manik-manik,” katanya. (mnk)

-

Arsip Blog

Recent Posts