Yogyakarta - Sayur brongkos yang merupakan makanan tradisional khas warisan leluhur masyarakat Yogyakarta diminati wisatawan domestik maupun mancanegara, sekalipun bencana Gunung Merapi tengah berlangsung.
"Sayur brongkos ini merupakan warisan leluhur yang hingga saat ini masih diminati masyarakat," kata penjual sayur brongkos di kawasan bekas pasar burung Ngasem, Yogyakarta, Rini, Minggu (7/11).
Ia mengatakan, sayur brongkos buatannya menggunakan resep dan bumbu asli dari warisan leluhur.
"Bumbunya hanya menggunakan bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, santan kelapa dan kluwak yang membuat warnanya menjadi hitam. Sedangkan bahan pelengkap adalah kacang, tahu, telur, dan daging sapi," katanya.
Makanan berwarna coklat kehitaman ini kaya rempah sehingga menarik minat para pemburu kuliner. "Saat ini sayur brongkos jarang ditemui karena kalah oleh makanan modern yang sedang menjadi tren," katanya.
Meskipun demikian, sayur brongkos tetap diminati masyarakat bahkan wisatawan mancanegara. "Sejumlah wisatawan asing seperti dari Australia, Malaysia dan Singapura pada masa liburan datang membeli sayur brongkos ini," katanya.
Ia mengatakan pada hari-hari biasa banyak warga Kota Yogyakarta membeli brongkos, ada yang langsung dimakan di tempat, ada juga yang dibungkus untuk dibawa pulang.
Ia mengatakan, harga sayur brongkos ini relatif murah yakni satu porsi sayur brongkos hanya Rp8.000. Jika ingin tambahan lauk cukup menambah Rp4.000. "Harga sayur brongkos disesuaikan dengan harga bahan baku begitu juga dengan lauk pauknya," katanya.
Dalam satu hari, ia mengatakan, pada hari biasa dirinya mampu menjual sekitar 60 porsi sayur brongkos. Namun pada masa liburan dalam satu hari mampu menjual sekitar 100 porsi sayur brongkos.
"Pada hari biasa mayoritas pembeli adalah masyarakat lokal, sedangkan pada masa liburan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara," katanya.
Sementara itu, seorang pembeli sayur brongkos Ahmad mengatakan bahwa sayur brongkos ini berbeda dengan sayur brongkos pada umumnya.
"Sayur brongkos ini bumbu dan rempah-rempahnya lebih terasa, berbeda dengan yang lain. Warnanya saja sudah menggugah selera makan," katanya.
Ia juga mengatakan, saat ini jarang ditemui sayur brongkos karena ini merupakan makanan tradisional dan tidak semua orang dapat membuatnya.
"Sepengetahuan saya, sayur brongkos ini merupakan sayuran tradisional yang saat ini keberadaanya mulai hilang karena kalah saing dengan menu makanan baru yang serba instan," katanya.
Ahmad berharap masayarakat khususnya masyarakat Yogyakarta terus melestarikan dan menjaga resep masakan warisan leluhur. "Tidak hanya budaya yang dijaga , tetapi kuliner juga perlu dijaga kelestariannya karena merupakan ciri khas bangsa," katanya. [*/mor]
Sumber: http://gayahidup.inilah.com