Ayo Jadikan Desa Bawomataluo Warisan Dunia!

Jakarta - Dukungan pemerintah pusat untuk menggolkan Desa Bawömataluo sebagai warisan dunia sangat dibutuhkan. Saat ini, riset ilmiah untuk mendukung tujuan itu sedang dilangsungkan oleh Tim Peneliti Jepang-Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah dimulai pada 5-6 Agustus 2011.

“Kami sangat berharap atas dukungan pemerintah pusat, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk memperjuangkan masuknya Desa Bawömataluo menjadi warisan dunia (World Heritage) di Unesco,” ujar Ketua Tim Peneliti Desa Bawömataluo, Nias Selatan pada Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik UGM yang juga Ketua Tim Bersama Jepang-UGM T. Yoyok Wahyu Subroto di Jakarta, Selasa (19/6/2012).

Yoyok yang juga Direktur Magister Arsitektur dan Perencanaan Pariwisata (MPAR), UGM itu menjelaskan, untuk melanjutkan riset tahun lalu, pada awal bulan Juli kembali akan melakukan riset mendalam di desa yang terkenal dengan arsitektur perkampungan tradisionalnya itu selama dua minggu. Kemudian, tim kembali akan datang pada bulan Oktober dan Desember.

Yoyok juga mengungkapkan, rencananya pada Agustus atau September depan, tim Jepang-UGM itu akan menemui Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang menangani bidang kebudayaan dan warisan budaya.

Selain keunikan arsitektur perkampungan, Desa Bawömataluo juga terkenal dengan rumah tradisional Omo Nifolasara atau biasa juga disebut Omo Sebua. Rumah berukuran raksasa tersebut, kini menjadi salah satu rumah tradisional dari kayu berukuran besar dan telah berusia ratusan tahun yang masih bertahan di Indonesia.

Selain itu, juga terkenal dengan atraksi lompat batu (Hombo Batu) yang sekaligus menjadi ikon desa itu, Pulau Nias bahkan Sumatera Utara. Berbagai kekayaan budaya lainnya berupa atraksi tari perang, seni musik tradisional dan seni ukir juga ada di sana.

Riset perdana tim ahli tersebut tahun lalu difokuskan pada pengujian kekuatan fisik dan konstruksi Omo Sebua tersebut. Tim ahli juga melakukan pengujian micro tremor menggunakan alat khusus yang dibawa tim Jepang.

Hasilnya, konstruksi rumah Raja dan keturunannya itu kini dalam kondisi yang sangat rapuh. Terutama karena melapuknya kayu-kayu yang menjadi bahan utama bangunan rumah itu.

Bila diasosiasikan dengan penyakit kanker, kata Yoyok, maka kondisi konstruksi rumah itu sudah memasuki stadium empat. Karena itu, tidak ada pilihan lain kecuali menyelamatkan peninggalan bersejarah itu dengan cara melakukan restorasi total.

Dukungan Warga dan Pemda
Yoyok menambahkan, riset yang dilakukan dan dukungan yang diharapkan dari pemerintah pusat, juga harus dibarengi dengan partisipasi aktif masyarakat desa Bawömataluo dan Pemerintah Daerah Nias Selatan.

“Riset ini hanya membantu saja. Tapi, yang paling menentukan adalah partisipasi masyarakat Desa Bawömataluo dan pemerintah daerah setempat,” tambah Yoyok.

Menurut dia, tanpa partisipasi masyarakat dan Pemda, upaya riset yang dilakukan tersebut tidak akan berarti apa-apa. Sebab, masyarakat dan Pemda yang berada paling dekat dengan situs budaya itu. Terutama untuk tujuan menjaga keunikan dan kekayaan budaya yang ada di tempat itu.

Untuk diketahui, Desa Bawömataluo telah didaftarkan ke Unesco pada 2009. Sejak saat itu, Desa Bawömataluo masuk dalam tentative list hingga saat ini. Sejak itu juga, belum ada upaya signifikan untuk menggolkan desa yang pernah mendapat kunjungan khusus Wapres Sultan Hamengkubuwono IX dan Wapres Adam Malik tersebut menjadi Warisan Dunia hingga tim riset Jepang-UGM itu melakukan riset mendalam sejak tahun lalu sampai saat ini

-

Arsip Blog

Recent Posts