Jakarta - Batik bola buatan lokal tengah ramai diminati para fans sepakbola. Tak terkecuali fans sepakbola di luar negeri.
"Beberapa hari lalu memang ada orang Hongkong datang. Dia ambil 15 potong untuk sampel. Di sana punya butik katanya," kata Firin (28), salah satu penjual batik bola di pasar Tanah Abang.
Untuk menjual batik bola lokal di luar negeri relatif susah. Ini disebabkan tidak ada izin dari klub sepakbola bersangkutan.
Menurut penjual batik khusus motif sepakbola ini, dia belum berani mengekspor batik berlogo klub bola internasional ke mancanegara.
"Kalau nanti ada yang mau jual di luar, ijin harus udah beres dulu," katanya.
Meskipun begitu, dia mengakui ada orang asing yang membeli batik bolanya.
"Ada bule juga yang beli kok. Sayangnya waktu Inter Milan datang kemarin mereka tidak belanja ke sini," ujarnya sambil tertawa.
Penjualan batik Firin laris manis di penjuru Indonesia. Dibantu promosi lewat media online dan blackberry messenger, ia juga melayani pembelian ke luar Pulau Jawa.
"Biasanya untuk dijual lagi," kata Firin.
Yetrin Mahodim (42) adalah salah satu pelanggan Firin yang sedang mencoba bisnis batik bola di daerah asalnya, Poso, Sulawesi Tengah.
"Di sana ada adik saya yang ngejualin lagi. Kalau saya pemasok saja lah," ungkap Yetrin.
Ia mengaku di Poso saat ini tengah ramai permintaan akan batik klub-klub sepakbola luar negeri. Yetrin pun melihatnya sebagai sebuah peluang bisnis baru.
"Ini baru contoh aja. Nanti kalau ada permintaan lanjutan, ya saya pasok lagi. Nanti tinggal dari sana mintanya klub apa, saya kirim deh," kataya.
Batik bola yang banyak dijual di Pasar Tanah Abang ini beragam harga dan kualitasnya. Firin mengaku batik bola paling murah ia bandrol dengan harga Rp 35 ribu hingga yang paling mahal Rp 125 ribu.
"Harga itu tergantung cara pembuatannya. Kalau batik print murah. Batik cap sedang. Yang paling mahal batik tulis. Terus kalau yang murah tiga kali cuci baru gak luntur. Yang mahal sekali cuci juga udah gak luntur kok," katanya.
Sumber: http://www.antaranews.com