Jakarta - Dalam rangka memperingati HUT Kota Jakarta ke 485, Forum Warga Nusantara di Jakarta akan menggelar Karnaval Budaya dan Festival Kebhinekaan Menuju Jakarta Baru.
Acara ini akan digelar pada hari Sabtu, 23 Juni 2012. "Acara akan berisi arak-arakan sekaligus pertunjukan budaya Nusantara dari perwakilan warga Jakarta yang berasal dari seluruh Indonesia. Akan ada ondel-ondel, tanjidor, Barongsai, Liong dan sejumlah tarian dari Batak, Jawa, Maluku, Papua, NTT," kata Stefanus Gusma Asaat, panitia kegiatan, di Jakarta, Kamis (21/6/2012).
Tampilan dalam format karnaval ini akan mengambil rute dari Monas hingga ke Bundaran Hotel Indonesia mulai pukul 10.00 WIB. Di sekitar Patung Selamat Datang, Bundaran HI, kegiatan berlanjut dengan penampilan kelompok-kelompok seni tradisi yang mewakili berbagai suku bangsa yang menghiasi wajah Jakarta. Kegiatan ini dijelaskan akan mengedepankan sisi Jakarta yang dewasa terhadap perbedaan, aman dan manusiawi yang menjadi impian semua warga.
"Wilayah berpenduduk 9,6 juta jiwa ini, dalam sejarahnya telah menjadi laboratorium sosial bagi pengelolaan silang kepentingan serta beragam latar belakang manusia," sebut Gusma. Sebagai wajah Republik, keberagaman tradisi perlu mendapat tempat dan apresiasi yang sesuai di Jakarta.
Ia menjelaskan, berbagai persoalan yang dihadapi oleh warga Jakarta, mulai dari kekacauan sistem transportasi, jurang sosial dan ekonomi yang lebar, mahalnya ongkos untuk mendapatkan rasa aman dan kenyamanan, kerusakan lingkungan dan ancaman banjir, terlantarnya pengelolaan situs bersejarah, telah menjadi pemandangan yang lumrah.
Bahkan terkesan mustahil untuk didapatkan jalan keluarnya. Menurut penyelenggara kegiatan, problem Jakarta tak akan bisa ditemukan solusinya seratus persen apabila pemimpinnya tidak mempunyai visi. Pemimpin yang memiliki visi dan berpengalaman dalam pendekatan penyelesaian masalah adalah kunci untuk membuat perubahan.
"Singkatnya, Jakarta baru hanya bisa diwujudkan dengan Visi baru," papar Gusma. Visi Baru bagi Jakarta Baru adalah menempatkan warga Jakarta sebagai arsitek pembangunan kotanya sendiri agar lebih manusiawi, dewasa terhadap perbedaan dan aman. Pada titik inilah dibutuhkan pemimpin yang bisa menghadirkan pemberdayaan warga dan keberagaman. Untuk itulah, panitia sengaja memilih Patung Selamat Datang di Bundaran HI sebagai titik tujuan.
"Patung Selamat Datang menjadi simbol datangnya harapan baru dan visi baru untuk kepemimpinan Jakarta Baru," pungkas Gusma.
Sumber: http://oase.kompas.com