Bone, Sulsel - Mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan umumnya berprofesi sebagai petani. Kesuburan tanah menjadikan provinsi ini kerap menjadi ikon lumbung beras di timur Indonesia.
Dari bercocok tanam inilah muncul sebuah tradisi yang secara turun-temurun yang masih dilakukan hingga sekarang ini yakni tradisi 'Mappataneng".
Tradisi menanam padi secara besama-sama ini tentunya tidak dilakukan secara serampangan, namun memiliki aturan tersendiri.
Kebiasaan bercocok tanam yang mengedepankan sistem kekeluargaan ini terikat dengan pelaksanaan jadwal secara rutin yakni satu bulan sebelum membajak sawah selalu diawali dengan ritual "Tidung Sipulung" yakni duduk bersama yang dihadiri oleh segenap petani serta tokoh adat dan tokoh pemerintahan.
Dalam ritual "Tudang Sipulung" ini khusus dibicarakan kapan memulai membajak sawah dan menabur benih. Hal tersebut harus serentak dilakukan demi meminimalisir penyebaran hama tanaman.
Setelah segala jadwal telah ditentukan maka kaum laki laki menyiapkan semua peralatan bajaknya, mulai dari cangkul, ternak kerbau, hingga mesin traktor. Hal yang pertama dibajak adalah lahan persemaian untuk menabur bibit padi.
Sementara kaum ibu sibuk mempersiapkan segala kebutuhan dapur dibantu anak anak gadisnya.
Umumnya jika tradisi Mappataneng ini sedang berlangsung, keadaan satu kampung ibarat kota mati. Segala aktivitas penduduk nyaris semuanya berada di sawah seharian.
"Kalau dirumah potong tiga ekor ayam untuk dimakan sebentar siang," ujar Zaenab, salah seorang warga yang sibuk mempersiapkan makan an untuk para petani, Rabu (13/6/2012).
Untuk mencegah kejenuhan, biasanya dilakikan sebuah sayembara. Sawah yang mana yang paling cepat tertanami secara keseluruhan maka itulah pemenangnya.
Pada siang hari, persawahan jadi ramai oleh gadis desa yang membawa makan an kepada para petani. Tentunya hal ini membaut para bujang laki-laki semakin bersemangat untuk lebih bersemangat menanam padi.
Hingga saat ini tradisi "Mappataneng" ini masih banyak dijumpai di sejumlah desa di pedalaman. Meskipun sekarang ini sudah banyak tenaga pekerja yang diupah sekedar menanam padi, sebagian para petani masih menganut tradisi Mappataneng ini.
Dari segi budaya tradisi ini tak lepas dari karifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan yang mengedepakan rasa persaudaraan.
"Sejatinya tradisi mappataneng ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa suku Bugis itu sangat mengedepankan rasa persaudaraan dan persamaan hak di semua kalangan," ujar Pak Asmat, salah seorang budayawan Bone.
Sumber: http://oase.kompas.com