Medan, Sumut - Tokoh masyarakat Mandailing Natal, Amru Daulay menertawakan Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Datuk Seri Rais Yatim yang akan memasukkan Tortor dan Paluan Gordang Sembilan sebagai warisan budaya negeri jiran.
"Saya tidak akan marah, tapi malah akan menertawakan Malaysia kalau hal itu benar-benar mereka lakukan. Rasanya aneh dan lucu aja Malaysia mengklaim budaya kita. Jelas-jelas kita punya sejarah kalau Tortor dan Paluan Gordang Sembilan milik Mandailing dan Natal," kata mantan Bupati Madina ini, saat dihubungi Tribun via selular, Minggu (17/6/2012) malam.
Seperti dilansir kantor berita Bernama, Rais Yatim berencana mendaftarkan kedua budaya masyarakat Sumatera Utara itu dalam Seksyen 67 Akta Warisan Kebangsaan 2005.
"Tarian ini akan diresmikan sebagai satu cabang warisan negara," katanya usai meresmikan Perhimpunan Anak-anak Mandailing, Kamis (14/6/2012).
Amru menuturkan, Malaysia harus introspeksi diri dan membenahi budaya mereka sendiri daripada mengurusi dan mengklaim budaya yang bukan milik mereka.
"Jika harus diperdebatkan pun kita tetap menang, jadi saya rasa lucu aja tindakan Malaysia tersebut," ujarnya.
Ia menilai, klaim Malaysia ini adalah teguran untuk pejabat Sumatera Utara dan Kementerian Pariwisata, agar lebih proaktif melindungi kebudayaan tradisional.
"Di Malaysia itu memang banyak orang Mandailing, saya pernah ke sana di tahun 70-an dan benar banyak dari mereka berasal dari Mandailing dan punya saudara di kota kita ini. Tapi salah besar jika itu menjadi budaya mereka. Saya harap pemerintah tegas dan bertindak," katanya.
Konsulat Jenderal (Konjen) Malaysia di Medan, Norlin Binti Othman enggan menanggapi rencana Rais Yatim memasukkan Tortor dan Paluan Gordang Sembilan sebagai warisan budaya negeri jiran ini.
"Saya tidak paham dan tidak pernah mendengar hal tersebut," ujarnya, Minggu malam.
Menggunakan aksen khas Melayu, Norlin tidak memberikan kesempatan kepada Tribun menanyakan beberapa pertanyaan lain terkait klaim Malaysia atas dua kebudayaan khas Sumut tersebut.
"Saya lagi di luar dan tidak melihat ataupun mendengar cerita mengenai itu dari televisi lokal. Saya tidak boleh memberikan statement apa pun terkait itu dan harus melalui informasi negara terlebih dahulu," ujarnya.
Ketika ditanyakan apakah dia mengetahui atau melihat Tortor dan Paluan Gordang Sembilan kerap dibawakan pada upacara adat di Sumatera Utara, Norlin langsung mematikan teleponnya.
"Saya tidak berhak memberikan statement apa pun," ujarnya angsung mematikan telepon.
Senator asal Sumatera Utara Parlindungan Purba, saat dikonfirmasi kemarin malam, mengaku sedang berada di Bandara Polonia menunggu penerbangan ke Jakarta.
Parlindungan berjanji akan mengkonfirmasi klaim Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Datuk Seri Ratis Yatim ini ke Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia serta Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia.
"Ceritanya ini kan belum jelas sehingga perlu klarifikasi terlebih dahulu. Sebagai anggota DPD RI asal Sumut dan orang Batak, saya keberatan terkait klaim itu. Saya tahu masyarakat Sumut banyak di Malaysia tetapi jangan langsung main klaim. Kalau mengembangkan budaya Sumut di sana itu sah-sah saja dan positif," katanya.
Parlindungan juga berjanji akan menghubungi anggota Parlemen Malaysia untuk mengetahui cerita sebenarnya soal klaim kedua budaya Sumut ini. Parlindungan mengaku telah berkomunikasi dengan Konjen Norlin.
"Iya, saya sudah berkomunikasi dengan Konjen Malaysia di Medan. Dia memang kurang paham dan belum terinformasikan terkait hal ini. Jadi saya pikir ketika di Jakarta nanti, lebih baik menanyakan langsung kepada Kedubes Malaysia untuk Indonesia," katanya.
Sumber: http://www.tribunnews.com