Marwah Bumi Melayu, Persembahan Cinta Bagi Seniman Legendaris Kak Wardi

Jakarta - Pertunjukan seni budaya Melayu bertema "Marwah Bumi Melayu" baru saja digelar di Gedung Kesenian Jakarta sebagai persembahan anak didik kepada seniman Melayu, Kak Wardi.

Menurut Koordinator media pagelaran, Yulia Maria, tujuan utama dari pertunjukan ini untuk menghidupkan kembali kebudayaan Indonesia, khususnya budaya Seni Melayu. Hanya saja secara khusus, para alumni anak didik Kak Wardi sengaja menggelar tarian khusus untuk dipersembahkan kepada guru tari mereka sekaligus seniman Melayu, Kak Wardi.

"Para alumni berkumpul dan menggalang dana untuk menampilkan karya-karya Kak Wardi yang sangat mereka hormati. Ini juga jadi semacam reuni kecil para murid Kak Wardi," tutur Yulia kepada Republika.co.id. Berkat kerja keras dan dedikasinya, Kak Wardi telah mendidik banyak murid hingga menjadi orang yang berhasil, baik yang berkarya sebagai seniman, kareografer, pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha, dokter, dan bidang usaha lainnya, yang masih mencintai dunia tari tradisional.

Pertunjukan tari “Marwah Bumi Melayu” ini menampilkan perpaduan hasil karya anak didik Kak Wardi yang menggabungkan tari dan musik melayu, pantun, gurindam 12, dan juga peragaan adat perkawinan melayu dengan durasi 120 menit yang didukung oleh 75 orang dari anak-anak hingga dewasa.

Tarian melayu yang dipertunjukkan terdiri dari Tarian legendaris Serampang Dua Belas, Mainang Pulau kampai, Tanjung Katung, Zapin, dan tari-tari kreasi melayu karya Kak Wardi. Pertunjukan ini juga dapat terlaksana juga berkat dukungan dari tokoh seni tari Indonesia, Tom Ibnur, yang merupakan sahabat baik Kak Wardi, Djarum Foundation, dan para tokoh seni tari Indonesia lainnya.

Nama Kak Wardi sebagai seniman legendaris juga menjadi alasan Djarum Foundation mendukung pagelaran ini. Sesuai dengan misi Bakti Budaya untuk melestarikan seni tari Indonesia, khususnya Melayu.

Kak Wardi sendiri adalahh seorang guru tari Melayu yang sangat mencintai seni tari melayu dan mendedikasikan hidupnya hanya untuk mengajar dan berkarya demi lestarinya seni budaya Melayu. Di usianya yang lebih dari 70 tahun, pria kelahiran Bagansiapiapi, Riau, hingga kini masih menanamkan kedisiplinan dan kecintaan anak anak serta para remaja terhadap seni tari tradisional, khususnya tari melayu.

Bahkan dimasa yang sulit saat ini ketika budaya Indonesia seakan tenggelam dan kalah bersaing dengan budaya modern yang lebih disukai oleh generasi muda. Sosok seperti inilah yang menjadikan ...”tak kan hilang Melayu di bumi.”

Dimulai awal tahun 1970, Kak Wardi mendirikan Sanggar Tari Argahari bersama seorang temannya, dan menjadikan Sanggar Argahari sebagai sanggar tari melayu yang disegani karena banyak menerima penghargaan dan menghasilkan karya tari yang dipertunjukkan baik di dalam dan luar negeri.

Seiring berjalannya waktu Beliau kemudian mendirikan Sanggar Putih Melati yang hingga saat ini masih aktif. Dengan demikian, hampir 50 tahun Kak Wardi melatih, memelihara, dan mengembangkan sanggar seni Tari Melayu.

Walau kini dengan segala keterbatasan Beliau yang sudah tidak terbilang muda lagi dan disaat masyarakat sudah tidak begitu terlalu berminat dengan seni tradisional, Kak Wardi tetap terus semangat mendidik siswanya di Sanggar Putih Melati, yang berada di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

-

Arsip Blog

Recent Posts