Komunitas mendongeng anak beserta profesi pendongengnya saat ini mulai marak bermunculan di Kota Palembang. Hal ini diminati seiring masuknya pelajaran mendongeng dalam kurikulum pendidikan anak usia dini sampai taman kanak-kanak.
Kak Bimo (34), salah satu pendongeng anak yang ditemui di GOR Sriwijaya di sela-sela peringatan Hari Anak Indonesia, Kamis (23/7), mengatakan, profesi pendongeng kini mulai bermunculan di berbagai kota di Indonesia, termasuk Kota Palembang.
Kebutuhan terhadap profesi pendongeng anak ini meningkat seiring dengan perkembangan pesat sekolah-sekolah formal, seperti lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK).
”Di lembaga pendidikan formal, pelajaran mendongeng sudah masuk dalam sebagian besar kurikulum PAUD dan TK. Kebutuhannya bisa sebagai pengajar lepas dan guru mendongeng tetap di sekolah yang bersangkutan,” katanya.
Menunjang perkembangan
Kegiatan mendongeng ini, kata Bimo, sangat penting bagi anak dan anak balita. Berdasarkan penelitian medis, mendongeng bisa menunjang perkembangan otak anak, memicu perkembangan saraf motorik, dan mengolah daya imajinasi anak. ”Pada akhirnya, kecerdasan emosional anak akan terbangun. Banyak contoh anak didik saya yang kritis bertanya sana sini tentang apa pun sebab mereka dirangsang dengan dongeng. Saat mendengar dongeng, anakanak akan lebih berani untuk mengeluarkan pertanyaanpertanyaan kritis,” katanya.
Beragam ide
Meski demikian, tentunya ada batasan ide cerita dongeng yang bisa dijadikan acuan dan sesuai dengan perkembangan umur anak. Ide dongeng ini antara lain cerita rakyat tradisional, cerita keluarga bahagia, alam dan lingkungan, hewan-hewan, dan pertemanan anak.
”Intinya, dongeng meskipun bersifat cerita fiktif harus memuat falsafah tertentu. Di balik cerita dongeng, si pendongeng harus bisa menyampaikan nilai dan pesan positif. Tujuannya, agar anak bisa belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang baik melalui dongeng,” katanya.
Meningkatnya minat kebutuhan terhadap kegiatan mendongeng ini tak hanya memunculkan profesi pendongeng yang baru, tetapi juga berdampak pada munculnya sejumlah komunitas mendongeng anak.
Salah satu komunitas mendongeng anak ini ada di TK Nusa Indah dan TK Pusri. Menurut Atiyanti (32), salah satu orang- tua murid yang ditemui di tempat yang sama, sudah dua bulan ini anaknya mengikuti komunitas mendongeng di TK Nusa Indah. ”Kegiatan mendongeng biasanya dilaksanakan sore hari. Lokasi tidak berada di kelas, tetapi di luar kelas, atau tepatnya di lapangan rumput. Saya setuju saja karena anak saya juga antusias dan berminat ikut kegiatan mendongeng,” katanya.
Menurut Ati, anaknya juga terlihat lebih kreatif dan selalu ingin tahu setelah ikut kegiatan mendongeng. (ONI)
Sumber: http://cetak.kompas.com
Kak Bimo (34), salah satu pendongeng anak yang ditemui di GOR Sriwijaya di sela-sela peringatan Hari Anak Indonesia, Kamis (23/7), mengatakan, profesi pendongeng kini mulai bermunculan di berbagai kota di Indonesia, termasuk Kota Palembang.
Kebutuhan terhadap profesi pendongeng anak ini meningkat seiring dengan perkembangan pesat sekolah-sekolah formal, seperti lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK).
”Di lembaga pendidikan formal, pelajaran mendongeng sudah masuk dalam sebagian besar kurikulum PAUD dan TK. Kebutuhannya bisa sebagai pengajar lepas dan guru mendongeng tetap di sekolah yang bersangkutan,” katanya.
Menunjang perkembangan
Kegiatan mendongeng ini, kata Bimo, sangat penting bagi anak dan anak balita. Berdasarkan penelitian medis, mendongeng bisa menunjang perkembangan otak anak, memicu perkembangan saraf motorik, dan mengolah daya imajinasi anak. ”Pada akhirnya, kecerdasan emosional anak akan terbangun. Banyak contoh anak didik saya yang kritis bertanya sana sini tentang apa pun sebab mereka dirangsang dengan dongeng. Saat mendengar dongeng, anakanak akan lebih berani untuk mengeluarkan pertanyaanpertanyaan kritis,” katanya.
Beragam ide
Meski demikian, tentunya ada batasan ide cerita dongeng yang bisa dijadikan acuan dan sesuai dengan perkembangan umur anak. Ide dongeng ini antara lain cerita rakyat tradisional, cerita keluarga bahagia, alam dan lingkungan, hewan-hewan, dan pertemanan anak.
”Intinya, dongeng meskipun bersifat cerita fiktif harus memuat falsafah tertentu. Di balik cerita dongeng, si pendongeng harus bisa menyampaikan nilai dan pesan positif. Tujuannya, agar anak bisa belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang baik melalui dongeng,” katanya.
Meningkatnya minat kebutuhan terhadap kegiatan mendongeng ini tak hanya memunculkan profesi pendongeng yang baru, tetapi juga berdampak pada munculnya sejumlah komunitas mendongeng anak.
Salah satu komunitas mendongeng anak ini ada di TK Nusa Indah dan TK Pusri. Menurut Atiyanti (32), salah satu orang- tua murid yang ditemui di tempat yang sama, sudah dua bulan ini anaknya mengikuti komunitas mendongeng di TK Nusa Indah. ”Kegiatan mendongeng biasanya dilaksanakan sore hari. Lokasi tidak berada di kelas, tetapi di luar kelas, atau tepatnya di lapangan rumput. Saya setuju saja karena anak saya juga antusias dan berminat ikut kegiatan mendongeng,” katanya.
Menurut Ati, anaknya juga terlihat lebih kreatif dan selalu ingin tahu setelah ikut kegiatan mendongeng. (ONI)
Sumber: http://cetak.kompas.com