Banda Aceh - Penutur hikayat Aceh, Muda Belia (29), akhirnya berhasil bertutur selama 26 jam nonstop, di situs tsunami PLTD Apung, Punge Blang Cut, Banda Aceh.
Sang trobador baru ini, mengakhiri aksinya pukul 19.30 WIB, setelah berhikayat tanpa jeda sejak pukul 16.30 WIB, Sabtu kemarin. Keberhasilan ini, hanya menunggu pengesahan oleh MURI, sebagai rekor penghikayat terlama di Indonesia.
“Saya sangat senang. Lega rasanya menyelesaikan tantangan ini. Ini impian saya,” kata Belia, dengan suara serak, kepada acehkita.com usai beraksi, Minggu (27/12).
Bertutur tanpa jeda, sempat membuat kondisi tubuh Belia menurun. Ahad siang, darahnya sempat drop dari 110 menjadi 90. Tapi, kembali bugar usai meneguk telur setengah matang dan break bercerita selama 5 menit.
Teuku Afifuddin, kordinator acara mengatakan, pihaknya sudah menelpon MURI, sesaat Belia menyelesaikan aksinya. “Namun, karena orang MURI sedang berada di luar Jakarta, kita tunggu konfirmasi besok,” katanya.
Usai menerima konfirmasi nanti, pihak panitia akan menyerahkan segala bentuk dokumen dan video kesaksian yang sudah disahkan notaris ke Jakarta, untuk disahkan dalam rekor MURI.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, yang ikut menyaksikan kemampuan Belia Ahad sore, sekitar pukul 18.00 WIB, sudah menulis rekomendasi kesaksiannya, sekaligus dukungannya agar dicatat dalam rekor MURI.
“Gubernur menyatakan akan menanggung biaya keberangkatan kami ke Jakarta untuk menyerahkan dokumen kesaksian ini,” ujar Afifuddin.
Jika MURI sudah mensahkan, Belia akan mengambil penghargaan rekor baru itu di Jakarta. Tapi, hingga kini waktunya belum dipastikan.
Meski begitu, Belia sudah punya rencana baru yang lebih menantang, yakni ingin aksinya tercatat di buku rekor dunia (Guinness Book of record), sebagai penutur hikayat terlama di dunia. Aksi ini akan dilakukannya pada 15 Agustus 2010 nanti, selama tujuh hari tujuh malam, bertutur nonstop.
“Ini juga impian saya. Saya ingin seni bertutur hikayat Aceh dikenal hingga ke dunia,” kata Belia.
“Saya akan mempersiapkan diri. Hikayat yang saya bawa nanti cerita yang ceria, tidak seperti kali ini tentang tsunami.”
Pascameninggalnya sang trobador tersohor, Tgk. Adnan PMTOH, seni bertutur hikayat bagai tenggelam di Aceh. Belia bertekad, ingin ‘membangun’ kembali seni khas Aceh ini, hingga mendunia. “Lewat seni, kita bisa membawa kebenaran,” katanya.
Sumber: http://www.acehkita.com
Sang trobador baru ini, mengakhiri aksinya pukul 19.30 WIB, setelah berhikayat tanpa jeda sejak pukul 16.30 WIB, Sabtu kemarin. Keberhasilan ini, hanya menunggu pengesahan oleh MURI, sebagai rekor penghikayat terlama di Indonesia.
“Saya sangat senang. Lega rasanya menyelesaikan tantangan ini. Ini impian saya,” kata Belia, dengan suara serak, kepada acehkita.com usai beraksi, Minggu (27/12).
Bertutur tanpa jeda, sempat membuat kondisi tubuh Belia menurun. Ahad siang, darahnya sempat drop dari 110 menjadi 90. Tapi, kembali bugar usai meneguk telur setengah matang dan break bercerita selama 5 menit.
Teuku Afifuddin, kordinator acara mengatakan, pihaknya sudah menelpon MURI, sesaat Belia menyelesaikan aksinya. “Namun, karena orang MURI sedang berada di luar Jakarta, kita tunggu konfirmasi besok,” katanya.
Usai menerima konfirmasi nanti, pihak panitia akan menyerahkan segala bentuk dokumen dan video kesaksian yang sudah disahkan notaris ke Jakarta, untuk disahkan dalam rekor MURI.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, yang ikut menyaksikan kemampuan Belia Ahad sore, sekitar pukul 18.00 WIB, sudah menulis rekomendasi kesaksiannya, sekaligus dukungannya agar dicatat dalam rekor MURI.
“Gubernur menyatakan akan menanggung biaya keberangkatan kami ke Jakarta untuk menyerahkan dokumen kesaksian ini,” ujar Afifuddin.
Jika MURI sudah mensahkan, Belia akan mengambil penghargaan rekor baru itu di Jakarta. Tapi, hingga kini waktunya belum dipastikan.
Meski begitu, Belia sudah punya rencana baru yang lebih menantang, yakni ingin aksinya tercatat di buku rekor dunia (Guinness Book of record), sebagai penutur hikayat terlama di dunia. Aksi ini akan dilakukannya pada 15 Agustus 2010 nanti, selama tujuh hari tujuh malam, bertutur nonstop.
“Ini juga impian saya. Saya ingin seni bertutur hikayat Aceh dikenal hingga ke dunia,” kata Belia.
“Saya akan mempersiapkan diri. Hikayat yang saya bawa nanti cerita yang ceria, tidak seperti kali ini tentang tsunami.”
Pascameninggalnya sang trobador tersohor, Tgk. Adnan PMTOH, seni bertutur hikayat bagai tenggelam di Aceh. Belia bertekad, ingin ‘membangun’ kembali seni khas Aceh ini, hingga mendunia. “Lewat seni, kita bisa membawa kebenaran,” katanya.
Sumber: http://www.acehkita.com