Seribu Satu Soal Minahasa di Museum Sulut

Oleh Maya Saputri

Dari desain dan struktur bangunannya, museum ini memiliki model rancang-bangun rumah adat Minahasa. Museum ini dibangun untuk mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan kebudayaan, sejarah dan seni wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

Maka tak heran, cakupan koleksi museum ini cukup lengkap yakni 10 jenis koleksi di antaranya geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika.

Museum Provinsi Sulawesi Utara yang berstatus negeri ini diresmikan pada 9 Januari 1991 dan hingga kini telah mengumpulkan 2.810 koleksi. Dari total koleksi itu, sekitar 500-an koleksi dipamerkan di Gedung Pameran Tetap dan dapat dinikmati setiap hari kerja. Koleksi tersebut diperoleh dari daerah-daerah kabupaten atau kotamadya yang ada di Sulawesi Utara, seperti Manado, Minahasa, Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, dan Gorontalo.

Lokasi museum ini berada di pusat Kota Manado tepatnya di Jalan WR Supratman Nomor 72, Kota Manado, Sulawesi Utara. Selain itu, letaknya cukup strategis, biasanya bila naik angkutan umum, Anda bisa turun di depan SMP Negeri 1 Manado yang berada persis di depannya.

Museum ini cukup mudah dijangkau dengan angkutan umum dalam kota seperti mikrolet atau taksi. Tarif angkutan dalam kota hanya Rp 2.000 untuk setiap trayek. Museum ini buka dari Senin-Kamis pukul 08.30-09.00 Wita, Jumat pukul 08.30-11.30 Wita, Sabtu pukul 09.00-14.00 Wita, tetapi hari Minggu dan libur nasional tutup.

Jika Anda hanya memiliki waktu yang pendek untuk menjelajahi Sulawesi Utara, museum ini menjadi tempat wajib untuk dikunjungi. Meski hanya menampilkan sekilas sejarah dan benda-benda kebudayaan masyarakat daerah Sulut, museum berlantai tiga ini memiliki ruang-ruang ekshibisi yang memamerkan koleksi yang bisa dikatakan cukup lengkap.

Halamannya cukup luas dengan pintu masuk berupa tangga menanjak ke atas menuju Gedung Pameran Tetap. Alur perjalanan menikmati koleksi pun sudah tersedia dengan papan penunjuk tanda panah mulai dari lantai satu hingga lantai tiga.

Pengunjung dapat menyaksikan replika maupun benda-benda otentik, seperti replika waruga atau peti kubur batu masyarakat Minahasa, replika watu pinawetengan, dan sebagainya. Museum ini juga menyediakan guide berbahasa Inggris yang akan mengantar pengunjung, baik mancanegara maupun lokal.

Di museum ini, pengunjung dapat melihat benda-benda seperti sakapeti atau topi perang peninggalan Portugis di Minahasa, kabela atau tempat sirih pinang dari daerah Bolaang Mongondow, klarinet (alat musik tradisional yang dimainkan berkelompok asal Minahasa), dan masih banyak lagi.

Selain itu, pengunjung dapat menyaksikan display tata pelaminan beserta pakaian yang dikenakan dalam perkawinan adat orang Minahasa. Sementara itu, koleksi numismatika berupa uang kertas Rp 10 yang digunakan pada zaman Jepang juga dapat ditemukan di museum ini. Koleksi meriam peninggalan tentara Belanda dan Portugal serta keramik-keramik khas bangsa China di lantai tiga.

Yang menarik, benda-benda seperti sero gantung atau alat penangkap ikan tradisional daerah Minahasa yang digunakan di perairan dalam juga dapat dilihat di museum ini.

Bila Anda lelah setelah berkeliling bangunan ini, di halaman museum terdapat taman dengan tempat duduk dari batu dengan pohon-pohon yang cukup rindang. Tempat ini cukup nyaman untuk bersantai dan melihat secuil keindahan Kota Manado dari atas mengingat tempatnya cukup tinggi.

Sayangnya, kebersihan museum ini harus lebih diperhatikan lagi, karena bila tidak ada kunjungan besar, beberapa koleksinya justru penuh debu. Apalagi taman di depan museum terdapat kolam ikan, tetapi sayangnya tidak dimanfaatkan secara maksimal sehingga dibiarkan begitu saja tanpa diisi air atau ikan-ikan hias.

Seribu satu barang peninggalan suku-suku Minahasa dapat ditemukan di tempat ini. Tetapi bila tak dirawat dengan baik, animo pengunjung pun tak akan meningkat seperti yang dikeluhkan pegawai museum ini.

Sumber: http://travel.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts