Sampang, Jatim - Kabupaten Sampang sampai detik ini belum memiliki museum representatif guna menampung koleksi pusaka sejarah peninggalan Pangeran Trunojoyo. Hal ini menjadi kendala untuk melestarikan dan merawat benda-benda pusaka peninggalan sejarah.
Sekertaris Paguyuban Ke’ Rangke’ Trunojoyo, Agus Sumaryono mengatakan, keberadaan museum cukup penting untuk melindungi benda-benda pusaka.
Menurutnya, selama ini, Kabupaten Sampang memiliki sejarah panjang tentang perjuangan Pangeran Trunojoyo. Namun literasi dan juga benda-benda kuno peninggalan sejarah Sampang sangat sulit ditemukan.
“Masyarakat Sampang sudah pasti kesulitan untuk menemukan literasi sejarah berdirinya Sampang, termasuk soal penyimpanan benda pusaka karena tidak ada museumnya. Padahal museum secara luas bisa menjadi tempat untuk memperkenalkan sejarah dan budaya yang ada di Sampang,” katanya, Kamis (5/11).
Dikatakan lelaki yang akrab disapa Agus itu, meski memiliki sejarah yang panjang, Kabupaten Sampang belum memiliki museum. Oleh karena itu, kebutuhan museum sangat penting, terlebih Kabupaten Sampang didaulat sebagai tempat lahirnya Pangeran Trunojoyo dan masuk dalam jaringan kota pusaka, serta kota tujuan wisata di Madura.
“Membangun museum di Kabupaten Sampang sangat beralasan, salah satunya untuk mewariskan nilai tradisi kepada generasi muda. Selain itu, sebagai lembaga edukasi dan menjadi pelengkap kegiatan wisata,” tandasnya.
Dijelaskan dia, fungsi utama museum memang untuk menampung dan menyimpan benda kuno. Namun selain itu, juga untuk edukasi seperti penelitian sejarah dan lainnya. “Museum juga sebagai sarana hiburan. Dalam pengembangannya bisa menjadi alternatif tambahan tempat destinasi wisata, supaya wisatawan juga tidak bosan berkunjung ke Sampang,” jelasnya.
Kabid kebudayaan Disbudparpora Sampang, A.G Wadud menyatakan, pihaknya sudah pernah mengajukan pembangunan museum kepada pemerintah pusat sekitar tiga tahun lalu. Namun pemerintah pusat urung untuk memberikan bantuan dengan alasan harus melakukan pengadaan lahan bangunan terlebih dahulu.
“Selama ini kami sudah berusaha mengajukan pembangunan museum. Tapi syarat yang diwajibkan oleh pemerintah harus memiliki lahan. Dan pengadaan lahan ini yang belum mampu kita lakukan karena keterbatasan anggaran,” katanya.
Lebih lanjut, Wadud juga membantah anggapan bahwa pusaka Sampang saat ini telantar dan kurang diperhatikan. Sebab pihaknya telah berusaha untuk menyimpan benda-benda pusaka milik pemerintah di tempat penyimpanan yang tak jauh dari letak makam Rato Ebu di kelurahan Madegen.
“Kami memang belum memiliki musem, tapi kami sudah melakukan perawatan benda-benda pusaka milik pemerintah di gudang penyimpanan,” paparnya.
Di sisi lain, Wadud juga mengakui, jika keberdaan museum sebenarnya membuat pemerintah lebih gampang untuk melestarikan dan memelihara benda-benda pusaka yang saat ini sangat berharga, sebagai bahan pengetahuan dan edukasi terhadap masyarakat.
Sumber: http://korankabar.com