Birmingham - Tepat satu abad perhelatan turnamen klasik All England, lahirlah seorang bintang baru di ajang bulu tangkis dunia. Dia adalah Kenichi Tago, tunggal putra asal Jepang.
Pemain berusia 20 tahun yang kini menempati peringkat 20 dunia tersebut membuat rangkaian kejutan di turnamen berhadiah 200.000 dollar AS ini. Dia mampu menerobos dan menghancurkan dominasi China di sektor tersebut, hingga bisa menembus babak final.
Duel melawan Bao Chunlai, Sabtu (13/310), di National Indoor Arena Birmingham, Inggris, menjadi sapuan terakhir runner-up Kejuaraan Dunia Junior 2007 tersebut untuk melibas para pemain China. Dalam laga berdurasi 1 jam 16 menit, Tago mengalahkan Bao Chunlai yang merupakan unggulan keenam dengan 18-21, 22-20, 21-18.
Ini merupakan libasan kedua Tago untuk menghentikan laju para pemain China, yang memang sangat mendominasi sektor tunggal putra, khususnya di All England (sejak 2004 hingga 2009, China selalu juara All England). Dia lebih dulu menyingkirkan unggulan ketiga yang merupakan mantan juara 2008, Chen Jin, di perempat final.
Sebelum menghadapi tembok China, putra dari mantan finalis ganda putra Jepang Yoshiko Yonekura ini juga merobohkan pemain unggulan ketujuh dari Vietnam, Nguyen Tien Minh. Dengan demikian, Tago menunjukkan bahwa dia sudah layak diperhitungkan sebagai pemain berbahaya, karena tiga pemain unggulan berhasil disingkirkan.
Keberhasilannya menembus final ini membuat Tago menjadi pemain Jepang pertama yang mengibarkan lagi bendera "Negeri Sakura" di All England, setelah hampir setengah abad tenggelam. Pasalnya, terakhir kali pemain Jepang yang bisa maju ke final All England adalah H Akiyama, yang melakukannya 47 tahun lalu.
"Bulu tangkis adalah permainanku. Saya sudah bermain olahraga ini sejak berusia tiga tahun. Itulah mengapa saya sangat menikmati permainan ini," ungkap Tago, yang murah senyum ini, usai mengalahkan Bao Chunlai.
Dorongan dari pelatih
Apa yang membuat penampilan Tago sangat impresif di ajang All England ini? Ternyata, motivasi yang diembuskan pelatih Park Joo Bong membuat Tago bermain seperti tidak pernah kehabisan tenaga. Pelatih yang juga legenda Korsel tersebut "memanasi" Tago dengan mengatakan bahwa sejarah besar menantinya jika berhasil lolos ke final.
Benar saja, Tago tampil layaknya pemain yang sudah kenyang pengalaman. Dia berhasil memanfaatkan kesalahan Bao Chunlai di set kedua, yang memiliki peluang sangat besar untuk mengakhiri pertandingan karena sudah unggul 20-19. Smes yang melebar dari pemain kidal tersebut membuat kedudukan menjadi imbang 20-20, dan selanjutnya kendali permainan berada di tangan Tago yang berhasil meraih dua poin untuk menang 22-20.
Pada set ketiga, Tago langsung melejit dengan keunggulan 7-2, dilanjutkan dengan 11-4. Meskipun Bao Chunlai yang menyingkirkan Lin Dan di perempat final bisa memangkas defisit poin, tetapi Tago tak memberikan peluang. Semangatnya yang membara membuat dia terus tampil agresif untuk meruntuhkan pertahanan Bao Chunlai.
Tak ayal, ketika smesnya ke sisi kiri pertahanan Bao Chunlai tak bisa dikembalikan, Tago langsung meluncur di atas lantai sambil menutup muka dengan kedua tangannya. Dia mengulangi lagi sejarah bulu tangkis Jepang, yang 47 tahun silam berhasil meloloskan wakilnya di nomor tunggal putra, ke babak final. Lebih spesial lagi, Tago melakukannya ketika All England berusia 100 tahun.
Mampukah Tago melanjutkan kejutannya di partai final? Berat, tetapi bukan hal yang mustahil untuk diwujudkannya. Karena, di partai puncak hari Minggu (14/3/10) ini, Tago akan bertemu dengan pemain nomor satu dunia Lee Chong Wei, yang juga ingin mewujudkan impian meraih gelar pertama di All England.
"Ini (All England) sangat penting bagi Malaysia. Saya benar-benar ingin memenangkan gelar ini," tegas Chong Wei.
Ya, Chong Wei memang sudah mengoleksi banyak gelar juara super series. Tetapi, pemain Malaysia ini belum pernah mengangkat trofi All England. Tahun lalu, dia juga menembus final, tetapi ditaklukkan oleh Lin Dan. Jadi, kali ini Chong Wei pasti memiliki motivasi yang berlipat ganda untuk menjadi juara, sekaligus mencatatkan dirinya sebagai pemain Malaysia kedua yang juara tunggal putra dalam kurun waktu 44 tahun, setelah Muhammad Hafiz Hashim melakukannya tahun 2003--sebelumnya, tunggal putra Malaysia juara All England pada tahun 1956 dan 1957, yang dipersembahkan Eddy B Choong. (LOU)
Sumber: http://olahraga.kompas.com
Pemain berusia 20 tahun yang kini menempati peringkat 20 dunia tersebut membuat rangkaian kejutan di turnamen berhadiah 200.000 dollar AS ini. Dia mampu menerobos dan menghancurkan dominasi China di sektor tersebut, hingga bisa menembus babak final.
Duel melawan Bao Chunlai, Sabtu (13/310), di National Indoor Arena Birmingham, Inggris, menjadi sapuan terakhir runner-up Kejuaraan Dunia Junior 2007 tersebut untuk melibas para pemain China. Dalam laga berdurasi 1 jam 16 menit, Tago mengalahkan Bao Chunlai yang merupakan unggulan keenam dengan 18-21, 22-20, 21-18.
Ini merupakan libasan kedua Tago untuk menghentikan laju para pemain China, yang memang sangat mendominasi sektor tunggal putra, khususnya di All England (sejak 2004 hingga 2009, China selalu juara All England). Dia lebih dulu menyingkirkan unggulan ketiga yang merupakan mantan juara 2008, Chen Jin, di perempat final.
Sebelum menghadapi tembok China, putra dari mantan finalis ganda putra Jepang Yoshiko Yonekura ini juga merobohkan pemain unggulan ketujuh dari Vietnam, Nguyen Tien Minh. Dengan demikian, Tago menunjukkan bahwa dia sudah layak diperhitungkan sebagai pemain berbahaya, karena tiga pemain unggulan berhasil disingkirkan.
Keberhasilannya menembus final ini membuat Tago menjadi pemain Jepang pertama yang mengibarkan lagi bendera "Negeri Sakura" di All England, setelah hampir setengah abad tenggelam. Pasalnya, terakhir kali pemain Jepang yang bisa maju ke final All England adalah H Akiyama, yang melakukannya 47 tahun lalu.
"Bulu tangkis adalah permainanku. Saya sudah bermain olahraga ini sejak berusia tiga tahun. Itulah mengapa saya sangat menikmati permainan ini," ungkap Tago, yang murah senyum ini, usai mengalahkan Bao Chunlai.
Dorongan dari pelatih
Apa yang membuat penampilan Tago sangat impresif di ajang All England ini? Ternyata, motivasi yang diembuskan pelatih Park Joo Bong membuat Tago bermain seperti tidak pernah kehabisan tenaga. Pelatih yang juga legenda Korsel tersebut "memanasi" Tago dengan mengatakan bahwa sejarah besar menantinya jika berhasil lolos ke final.
Benar saja, Tago tampil layaknya pemain yang sudah kenyang pengalaman. Dia berhasil memanfaatkan kesalahan Bao Chunlai di set kedua, yang memiliki peluang sangat besar untuk mengakhiri pertandingan karena sudah unggul 20-19. Smes yang melebar dari pemain kidal tersebut membuat kedudukan menjadi imbang 20-20, dan selanjutnya kendali permainan berada di tangan Tago yang berhasil meraih dua poin untuk menang 22-20.
Pada set ketiga, Tago langsung melejit dengan keunggulan 7-2, dilanjutkan dengan 11-4. Meskipun Bao Chunlai yang menyingkirkan Lin Dan di perempat final bisa memangkas defisit poin, tetapi Tago tak memberikan peluang. Semangatnya yang membara membuat dia terus tampil agresif untuk meruntuhkan pertahanan Bao Chunlai.
Tak ayal, ketika smesnya ke sisi kiri pertahanan Bao Chunlai tak bisa dikembalikan, Tago langsung meluncur di atas lantai sambil menutup muka dengan kedua tangannya. Dia mengulangi lagi sejarah bulu tangkis Jepang, yang 47 tahun silam berhasil meloloskan wakilnya di nomor tunggal putra, ke babak final. Lebih spesial lagi, Tago melakukannya ketika All England berusia 100 tahun.
Mampukah Tago melanjutkan kejutannya di partai final? Berat, tetapi bukan hal yang mustahil untuk diwujudkannya. Karena, di partai puncak hari Minggu (14/3/10) ini, Tago akan bertemu dengan pemain nomor satu dunia Lee Chong Wei, yang juga ingin mewujudkan impian meraih gelar pertama di All England.
"Ini (All England) sangat penting bagi Malaysia. Saya benar-benar ingin memenangkan gelar ini," tegas Chong Wei.
Ya, Chong Wei memang sudah mengoleksi banyak gelar juara super series. Tetapi, pemain Malaysia ini belum pernah mengangkat trofi All England. Tahun lalu, dia juga menembus final, tetapi ditaklukkan oleh Lin Dan. Jadi, kali ini Chong Wei pasti memiliki motivasi yang berlipat ganda untuk menjadi juara, sekaligus mencatatkan dirinya sebagai pemain Malaysia kedua yang juara tunggal putra dalam kurun waktu 44 tahun, setelah Muhammad Hafiz Hashim melakukannya tahun 2003--sebelumnya, tunggal putra Malaysia juara All England pada tahun 1956 dan 1957, yang dipersembahkan Eddy B Choong. (LOU)
Sumber: http://olahraga.kompas.com