Masyarakat Tengger di Bromo Laksanakan Upacara "Piodalan"

Pasuruan - Masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo, Jawa Timur, Jumat melaksanakan upacara "piodalan" di Pura Luhur Kahyangan, Poten di lautan pasir kaldera Gunung Bromo.

Upacara piodalan merupakan upacara ulang tahun Pura Luhur Kahyangan di Poten yang dilaksanakan bertepatan dengan purnama Kasada berdasar hitungan kalender Tengger.

Meski sebutannnya bertepatan dengan purnama kasada, upacara piodalan tidak selalu berbarengan dengan upacara Yadnya Kasada, tapi bisa sebelaumnya, atau sesudahnya.

Pergeseran penetapan purnama kasada bisa terjadi karena dalam kalender Tengger setiap tahun mengalami pergeseran waktu. Sedangkan masa purnama dibedakan ada tiga purnama, yakni pra purnama, purnama, dan pascapurnama.

Upacara piodalan selalu dilaksanakan pada puncak purnama kasada, sedangkan Yadnya Kasada dilaksanakan bisa pra purnama, purnama, atau pascapurnama.

Ketua panitia Yadyna Kasada Bambang Suprapto menjelaskan upacara piodalan Pura Luhur Kahyangan di Poten Gunung Bromo yang kini telah memasuki ke-10, juga masuk dalam rangkaian upacara Yadnya Kasada.

Ia mengatakan Yadnya Kasada tahun ini jatuh pada Sabtu (5/9) malam Minggu (6/9).

Puncak upacara Yadnya Kasada bakal berlangsung Minggu (6/9) pukul 00.00 dini hari.

Namun, berbagai proses kegiatan Yadnya Kasada telah dimulai sejak 28 Agustus dengan melakukan gotong royong membersihkan pura.

Kemudian memasang penjor dan umbul-umbul, serta kelengkapan lainnya di Pura Luhur Kahyangan di Poten lautan pasir Gunung Bromo, serta di masing-masing desa suku Tengger, yakni di wilayah Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang.

Pada Kamis (3/9) sebelumnya masyarakat suku Tengger juga telah melakanakan mendhak tirta.

Masing-masing suku Tengger di Pasuruan mendak tirta (mengambil air suci) di sumber air Gunung Widodaren yang masih dalam gugusan Gunung Bromo, suku Tengger di Probolinggo mengambil air di air terjun Madakaripura, dan suku Tengger di Malang, dan yang di Lumajang mengambil air di Danau Ranu Pane di kaki Gunung Semeru.

Kemudian dengan Piodalan di Pura Luhur Kahyangan, Poten, lautan pasir Gunung Bromo.

Selanjutnya masyarakat suku Tengger melakukan sipeng (bermalam) sambil menunggu upacara Yadnya Kasada.

Mayarakat suku Tengger akan memulai upacara Yadnya Kasada pada Sabtu (5/9) malam dengan berangkat dari pintu gerbang desa masing-masing.

Masyarakat suku Tengger di Pasuruan akan berangkat dari pintu gerbang Pakis Bincil.

Sedangkan masyarakat suku Tengger di Probolinggo, Lumajang, dan Malang akan berangkat dari pintu gerbang Cemoro Lawang.

Mereka berduyun-duyun jalan kaki dengan membawa obor menuju Pura Luhur Kahyangan di Poten, lautan pasir Gunung Bromo.

Sehingga pada Minggu (6/9) tepat pukul 00.00 dini hari masyarakat suku Tengger bersama-sama melaksanakan upacara Yadnya Kasada di Pura Luhur Kahyangan di Poten, lautan pasir Gunung Bromo.

Sejarah Kasada
Upacara Yadnya Kasada tahun ini dilaksanakan dengan diawali pembacaan sejarah Kasada, Puja Stuti oleh Dukun Pandita, Mulunen atau pengukuhan dukun pandita, dan diakhiri dengan "mekakat" atau penutup.

Namun, para dukun pandita nantinya masih melayani terhadap umat yang ingin melaksanakan nadar.

Yadnya Kasada diakhiri dengan melaksanakan kurban suci atau "nglabuh" ke kawah Gunung Bromo.

Kurban yang disajikan ke Gunung Bromo adalah hasil palawija, palawiji, serta seekor kerbau.

Seluruh umat Hindu Tengger akan menutup seluruh rangkaian upacara Yadnya Kasada dengan melakukan Pujan Kasada atau pemujaan terhadap Sang Hyang Widi Wasa sebagai ucapan syukur atas terselenggaranya Yadnya Kasada. (Ant)

Sumber: http://travel.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts