Jakarta- Tarian kontemporer 'Grasak' dari "Layung Gunung Tidar' siap ditampilkan di Art Center Denpasar, Bali. Mengedepankan peduli alam, Grasak diharapkan bisa tampil maksimal.
"Persiapan berupa latihan rutin kami mulai saat ini, mereka tergabung dalam Grup Kesenian Sawunggaling," kata koreografer 'Layung Gunung Tidar', Rahmad Murti Waskito, di Magelang, Jumat (19/3).
Mereka akan menampilkan performa tarian kontemporer 'Grasak' di panggung Art Center Denpasar, Bali.
Waskito yang juga pengajar tari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya itu menjelaskan, lakon performa itu menggambarkan berbagai tanda atas kondisi air di kawasan yang dikelilingi lima gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Di tengah deretan melingkar lima gunung itu terdapat Gunung Tidar yang terletak di Kota Magelang.
Ia menjelaskan, tarian tradisional 'Grasak' berkembang di berbagai komunitas seniman petani khususnya KLG Magelang.
"Untuk 'Layung Gunung Tidar', persiapan kami didukung sejumlah seniman utama KLG, mereka turut menggarap 'Grasak' secara kontemporer," katanya.
Topeng asli dari kayu yang digunakan para penari 'grasak' untuk menggambarkan raksasa dalam berbagai bentuk dan ekspresi, katanya, akan dikemas menjadi topeng dengan keadaan rusak dalam lakon itu sebagai simbol kerusakan ekosistem.
Selain itu, katanya, pakaian penari ditata menggunakan bahan alami seperti pelepah pisang, daun nangka dan rambutan sebagai simbol relasi antara alam dengan manusia yang harmonis.
Performa 'Layung Gunung Tidar' berdurasi sekitar 30 menit itu akan diiringi dengan tabuhan musik kontemporer seperi bende, bedug, gamelan, truntung. dan terompet dengan penata musik Suwandi. [*/aji]
Sumber: http://www.inilah.com
"Persiapan berupa latihan rutin kami mulai saat ini, mereka tergabung dalam Grup Kesenian Sawunggaling," kata koreografer 'Layung Gunung Tidar', Rahmad Murti Waskito, di Magelang, Jumat (19/3).
Mereka akan menampilkan performa tarian kontemporer 'Grasak' di panggung Art Center Denpasar, Bali.
Waskito yang juga pengajar tari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya itu menjelaskan, lakon performa itu menggambarkan berbagai tanda atas kondisi air di kawasan yang dikelilingi lima gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Di tengah deretan melingkar lima gunung itu terdapat Gunung Tidar yang terletak di Kota Magelang.
Ia menjelaskan, tarian tradisional 'Grasak' berkembang di berbagai komunitas seniman petani khususnya KLG Magelang.
"Untuk 'Layung Gunung Tidar', persiapan kami didukung sejumlah seniman utama KLG, mereka turut menggarap 'Grasak' secara kontemporer," katanya.
Topeng asli dari kayu yang digunakan para penari 'grasak' untuk menggambarkan raksasa dalam berbagai bentuk dan ekspresi, katanya, akan dikemas menjadi topeng dengan keadaan rusak dalam lakon itu sebagai simbol kerusakan ekosistem.
Selain itu, katanya, pakaian penari ditata menggunakan bahan alami seperti pelepah pisang, daun nangka dan rambutan sebagai simbol relasi antara alam dengan manusia yang harmonis.
Performa 'Layung Gunung Tidar' berdurasi sekitar 30 menit itu akan diiringi dengan tabuhan musik kontemporer seperi bende, bedug, gamelan, truntung. dan terompet dengan penata musik Suwandi. [*/aji]
Sumber: http://www.inilah.com