Museum Ronggowarsito di Kota Semarang, Jawa Tengah, punya gebrakan baru untuk menarik wisatawan, terutama dari luar negeri. Pengelola museum berupaya agar para wisatawan dapat merasakan langsung koleksi benda budaya bersejarah itu ”hidup” dan bercerita.
Hasil dari usaha pengembangan museum yang mengoleksi 13.806 benda bersejarah dari Jateng itu terlihat pada Selasa (29/12) pagi. Sebanyak 149 turis dari Inggris mengunjungi museum yang resmi dibuka pada 5 Juli 1989 itu.
Kepala Subbagian Tata Usaha Museum Ronggowarsito Gunarso mengatakan, peristiwa ini baru pertama kali terjadi. Biasanya dalam satu kali kunjungan, jumlah turis asing yang datang maksimal 50 orang.
Jadwal kunjungan juga tidak pasti karena biasanya bergantung pada jadwal kapal pesiar yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Sedikitnya, dalam satu bulan hanya ada satu atau dua kali kunjungan turis asing.
Para turis dari Inggris yang datang dengan kapal pesiar ”The Spirit of Adventure” Selasa pukul 10.00 tiba di museum. Mereka disambut empat perempuan yang menarikan Tari Pesisir di pendopo museum.
Beberapa turis yang sebagian besar sudah berusia lanjut pun ikut menari. Meski terlihat kaku, para turis menyiratkan antusiasme dan kegembiraan. Turis lain menyaksikan penampilan para penari sambil memotret dengan kamera saku.
Di dekat pintu masuk ruang pamer, terlihat dua orang menunjukkan cara memainkan angklung. Tidak jauh dari mereka, seorang perempuan mempraktikkan cara membatik. Di pendopo juga ada sekelompok pengrawit yang memainkan gamelan.
Berbagai pertunjukan seni dan demonstrasi membatik itulah yang dimaksud dengan menghidupkan koleksi museum.
”Sayang, kami tidak sempat menyiapkan pertunjukan wayang kulit,” kata Gunarso.
Menurut dia, dengan cara itu, para turis dapat melihat langsung bagaimana sepotong kain batik dibuat atau alat seni tradisional dimainkan. Turis juga dapat bertanya langsung kepada para penampil.
”Saya baru pertama kali datang ke Semarang dan saya langsung suka dengan lagu Jawa,” kata seorang turis, David Ashley. Selama di museum, ia menghabiskan waktu menyaksikan dan memotret penampilan seorang sinden yang sedang bernyanyi.
Cara pengelola museum menjamu tamunya itu meninggalkan kesan mendalam. Graham Hunt, turis lain, misalnya, berniat kembali ke Semarang jika berlibur ke Indonesia.
Rangkul agen wisata
Pengelola Museum Ronggowarsito memiliki cara lain untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Pihak museum berinisiatif merangkul agen wisata dalam mempromosikan museum.
Saat ini, Museum Ronggowarsito bekerja sama dengan tiga agen wisata. ”Dengan demikian, jika ada kapal asing berlabuh, museum kami sudah masuk dalam daftar kunjungan,” kata Gunarso.
Anik dari Department MICE Nusantara Tour and Travel mengatakan, cara itu mampu membuat Kota Semarang menjadi tujuan utama pariwisata. ”Selama ini Kota Semarang hanya dianggap sebagai kota transit bagi para wisatawan,” kata Anik. (Herpin Dewanto)
Sumber: http://cetak.kompas.com
Hasil dari usaha pengembangan museum yang mengoleksi 13.806 benda bersejarah dari Jateng itu terlihat pada Selasa (29/12) pagi. Sebanyak 149 turis dari Inggris mengunjungi museum yang resmi dibuka pada 5 Juli 1989 itu.
Kepala Subbagian Tata Usaha Museum Ronggowarsito Gunarso mengatakan, peristiwa ini baru pertama kali terjadi. Biasanya dalam satu kali kunjungan, jumlah turis asing yang datang maksimal 50 orang.
Jadwal kunjungan juga tidak pasti karena biasanya bergantung pada jadwal kapal pesiar yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Sedikitnya, dalam satu bulan hanya ada satu atau dua kali kunjungan turis asing.
Para turis dari Inggris yang datang dengan kapal pesiar ”The Spirit of Adventure” Selasa pukul 10.00 tiba di museum. Mereka disambut empat perempuan yang menarikan Tari Pesisir di pendopo museum.
Beberapa turis yang sebagian besar sudah berusia lanjut pun ikut menari. Meski terlihat kaku, para turis menyiratkan antusiasme dan kegembiraan. Turis lain menyaksikan penampilan para penari sambil memotret dengan kamera saku.
Di dekat pintu masuk ruang pamer, terlihat dua orang menunjukkan cara memainkan angklung. Tidak jauh dari mereka, seorang perempuan mempraktikkan cara membatik. Di pendopo juga ada sekelompok pengrawit yang memainkan gamelan.
Berbagai pertunjukan seni dan demonstrasi membatik itulah yang dimaksud dengan menghidupkan koleksi museum.
”Sayang, kami tidak sempat menyiapkan pertunjukan wayang kulit,” kata Gunarso.
Menurut dia, dengan cara itu, para turis dapat melihat langsung bagaimana sepotong kain batik dibuat atau alat seni tradisional dimainkan. Turis juga dapat bertanya langsung kepada para penampil.
”Saya baru pertama kali datang ke Semarang dan saya langsung suka dengan lagu Jawa,” kata seorang turis, David Ashley. Selama di museum, ia menghabiskan waktu menyaksikan dan memotret penampilan seorang sinden yang sedang bernyanyi.
Cara pengelola museum menjamu tamunya itu meninggalkan kesan mendalam. Graham Hunt, turis lain, misalnya, berniat kembali ke Semarang jika berlibur ke Indonesia.
Rangkul agen wisata
Pengelola Museum Ronggowarsito memiliki cara lain untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Pihak museum berinisiatif merangkul agen wisata dalam mempromosikan museum.
Saat ini, Museum Ronggowarsito bekerja sama dengan tiga agen wisata. ”Dengan demikian, jika ada kapal asing berlabuh, museum kami sudah masuk dalam daftar kunjungan,” kata Gunarso.
Anik dari Department MICE Nusantara Tour and Travel mengatakan, cara itu mampu membuat Kota Semarang menjadi tujuan utama pariwisata. ”Selama ini Kota Semarang hanya dianggap sebagai kota transit bagi para wisatawan,” kata Anik. (Herpin Dewanto)
Sumber: http://cetak.kompas.com