Oleh: Kolubi Arman
Karyawan Industri Lobam-Bintan
Pada bulan Oktober dan November 2008 yang lalu perusahaan tempat saya bekerja di Kawasan Industri Lobam-Bintan, mendapat kesempatan untuk melatih pekerja yang berasal dari Negara Vietnam, jumlah mereka 12 orang. Jabatan mereka paling rendah teknisi hingga engineer, mereka semua masih muda, baru tamat dari berbagai fakultas di negaranya (baca berpendidikan semua). Setiap dua minggu di akhir pekan saya diminta oleh perusahaan untuk mengadakan kegiatan bagi mereka.
Olahraga, jalan-jalan ke Lagoi, ke Tanjungpinang, dan Batam. Kegiatan yang diadakan di samping agar mereka tidak bosan di dormitory di akhir pekan juga kita bermaksud untuk memperkenalkan budaya serta tempat-tempat wisata di Bintan dan Batam. Tulisan tidak bermaksud buruk terhadap program Pemko Batam, Visit Batam 2010, namun tulisan ini sebagai bentuk kepedulian saya.
Di Lagoi mereka sangat terkesan dikarenakan memang Lagoi adalah kawasan pariwisata yang dikemas dan dikelola secara internasional. Jelas sekali bagaimana kawasan itu mempersiapkan diri.Mulai dari pintu masuk dari laut maupun dari darat, apalagi ketika memasuki kawasan hingga ketempat-tempat resort dan pantainya, kesiapan kawasan dan resort benar-benar maksimal. Infrastruktur, lingkungan yang bersih dan tertata secara maksimal, dan orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan para turis sangat maksimal juga pelayanannya.
Sabtu pagi di pertengahan Oktober 2008 rombongan kami berangkat menuju Batam. Punggur adalah tempat pertama kami memasuki Batam. Kesan yang pertama mereka alami adalah kesemrawutan, sumpek dari sebuah terminal yang tak tertata dan manusia di sana terkesan tidak ramah, supir taksi hampir semua menegur dan terus mengikuti walau sudah dijelaskan kita sudah ada jemputan. Ketika orang-orang Vietnam itu mempertanyakan siapa mereka, saya tidak berani memastikan apakah mereka benar-benar supir taksi atau tidak.
Esoknya di hari Minggu kami menuju Barelang, sebelum sampai di jembatan yang menjadi ikon Batam dan Logo Visit Batam 2010, kami sempat menjumpai logonya. Hal wajar jika orang bertanya tentang logo itu dan mengapa dipilih jembatan sebagai logo, saya bersama rekan kerja dengan semangat menjelaskan jembatan kebanggaan itu sebisa kami dan tentu saja kami coba menjelaskan secara baik. Sebagai ikon dan logo tentu jembatan tersebut harusnya menjadi daya tarik utama kota Batam, tapi alangkah kecewa dan malunya kami ketika sampai di jembatan itu. Jembatan itu tidak memiliki tanda-tanda sebagai ikon.
Bagaimana kami tidak malu, suasana dijembatan itu tidak bersih, tidak indah, tidak rapi, orang sesukanya memarkirkan kendaraannya. Jauh benar dari yang kami jelaskan, tak sesuai dari harapan dan cerita indah kami kepada orang-orang Vietnam itu. Rasa penasaran tentang jembatan sebagai ikon lenyap seketika.
Tidak ada orang yang sepatutnya berjaga-jaga atau bertugas di sana, tempat bertanya atau sebagai orang yang sigap untuk menolong atau menegur orang yang berdiri terlalu pingir, orang buang sampah sembarangan, orang yang hendak mencoba merusak jembatan. Tidak ada informasi apapun yang dapat layak kami dapatkan, baik secara lisan,tertulis, maupun photo-photo misalnya sejarah, panjang, tinggi jembatan, souvenir khas ikon (baca jembatan), tidak ada juga fasilitas umum seperti toilet dan musala.
Tidak ada fasilitas tambahan apapun di sana untuk mendukung sebuah ikon agar lebih menarik dan dimanfaatkan sebagai wahana rekreasi, berkreasi, bermain, bersantai serta bergembira untuk menyenangkan diri, seperti pengeras suara, kafe, arena bermain, kolam bermain dan sebagainya. Dimalam hari jembatan itu juga sangat tidak menarik, pencahayaannya kurang, lampu sorot/penerangan yang seharusnya memperindah jembatan hampir tidak ada. Konon katanya setiap malam minggu di sana banyak pasangan muda mudi yang duduk-duduk untuk menghabiskan waktu sambil berbuat maksiat yang semakin menambah kelam jembatan itu.
Saya fikir Visit Batam 2010 tidak hanya sekedar selogan dan program yang tanpa makna dan persiapan. Tapi sepertinya program itu hanya akan menjadi mimpi indah belaka karena ikon dan logonya saja seperti itu, apalagi tempat atau sudut-sudut lain di Batam. Ikon adalah simbol dari nilai-nilai peradaban/budaya, kemajuan, keberhasilan, kejayaan, kemegahan, estetika atau sesuatu menjadi ikon karena lebih menonjol, selalu muncul dan sering dilihat/dikunjungi oleh orang banyak. Ikon adalah bermakna positif jika dikaitkan dengan Visit Batam 2010.
Lihatlah Malaysia dengan ikon Menara Kembar benar-benar sebuah simbol dari nilai-nilai peradaban/budaya, kemajuan, keberhasilan, kejayaan, kemegahan, estetika. Malaysia benar-benar bangga dan menggunakan menara kembar dan lingkungannya sebagai tempat yang layak dikunjungi karena membuat orang penasaran ingin melihat secara langsung, sepertinya belum lengkap ke Malaysia jika belum ke Menara Kembar, lingkungannya bersih, asri, dan sangat nyaman, dengan mudah pula kita dapatkan souvenir khas menara kembar.
Lalu bagimana dengan Ikon Visit Batam 2010, tampaknya pemerintah kota Batam harus berbenah dan bekerja ekstra keras agar ikonnya tidak sekedar ada. Masih banyak yang harus disediakan dan dilengkapi agar orang mau berkunjung dan terus ingin mengulanginya, dan akhirnya adalah sukses untuk menghasilkan atau meningkatkan pendapatan kota Batam.
Mampukah pemerintah kota Batam melakukan hal itu dalam hitungan beberapa bulan lagi? Sepertinya sulit, dengar kisah Jodoh Boulevard. Jika itu tidak dilakukan maka pemilihan ikon dan logo program Visit Batam 2010, tersebut hanya akan menjadi sebuah ironi dan lalu sia-sia.
Sumber: http://www.harianbatampos.com
Karyawan Industri Lobam-Bintan
Pada bulan Oktober dan November 2008 yang lalu perusahaan tempat saya bekerja di Kawasan Industri Lobam-Bintan, mendapat kesempatan untuk melatih pekerja yang berasal dari Negara Vietnam, jumlah mereka 12 orang. Jabatan mereka paling rendah teknisi hingga engineer, mereka semua masih muda, baru tamat dari berbagai fakultas di negaranya (baca berpendidikan semua). Setiap dua minggu di akhir pekan saya diminta oleh perusahaan untuk mengadakan kegiatan bagi mereka.
Olahraga, jalan-jalan ke Lagoi, ke Tanjungpinang, dan Batam. Kegiatan yang diadakan di samping agar mereka tidak bosan di dormitory di akhir pekan juga kita bermaksud untuk memperkenalkan budaya serta tempat-tempat wisata di Bintan dan Batam. Tulisan tidak bermaksud buruk terhadap program Pemko Batam, Visit Batam 2010, namun tulisan ini sebagai bentuk kepedulian saya.
Di Lagoi mereka sangat terkesan dikarenakan memang Lagoi adalah kawasan pariwisata yang dikemas dan dikelola secara internasional. Jelas sekali bagaimana kawasan itu mempersiapkan diri.Mulai dari pintu masuk dari laut maupun dari darat, apalagi ketika memasuki kawasan hingga ketempat-tempat resort dan pantainya, kesiapan kawasan dan resort benar-benar maksimal. Infrastruktur, lingkungan yang bersih dan tertata secara maksimal, dan orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan para turis sangat maksimal juga pelayanannya.
Sabtu pagi di pertengahan Oktober 2008 rombongan kami berangkat menuju Batam. Punggur adalah tempat pertama kami memasuki Batam. Kesan yang pertama mereka alami adalah kesemrawutan, sumpek dari sebuah terminal yang tak tertata dan manusia di sana terkesan tidak ramah, supir taksi hampir semua menegur dan terus mengikuti walau sudah dijelaskan kita sudah ada jemputan. Ketika orang-orang Vietnam itu mempertanyakan siapa mereka, saya tidak berani memastikan apakah mereka benar-benar supir taksi atau tidak.
Esoknya di hari Minggu kami menuju Barelang, sebelum sampai di jembatan yang menjadi ikon Batam dan Logo Visit Batam 2010, kami sempat menjumpai logonya. Hal wajar jika orang bertanya tentang logo itu dan mengapa dipilih jembatan sebagai logo, saya bersama rekan kerja dengan semangat menjelaskan jembatan kebanggaan itu sebisa kami dan tentu saja kami coba menjelaskan secara baik. Sebagai ikon dan logo tentu jembatan tersebut harusnya menjadi daya tarik utama kota Batam, tapi alangkah kecewa dan malunya kami ketika sampai di jembatan itu. Jembatan itu tidak memiliki tanda-tanda sebagai ikon.
Bagaimana kami tidak malu, suasana dijembatan itu tidak bersih, tidak indah, tidak rapi, orang sesukanya memarkirkan kendaraannya. Jauh benar dari yang kami jelaskan, tak sesuai dari harapan dan cerita indah kami kepada orang-orang Vietnam itu. Rasa penasaran tentang jembatan sebagai ikon lenyap seketika.
Tidak ada orang yang sepatutnya berjaga-jaga atau bertugas di sana, tempat bertanya atau sebagai orang yang sigap untuk menolong atau menegur orang yang berdiri terlalu pingir, orang buang sampah sembarangan, orang yang hendak mencoba merusak jembatan. Tidak ada informasi apapun yang dapat layak kami dapatkan, baik secara lisan,tertulis, maupun photo-photo misalnya sejarah, panjang, tinggi jembatan, souvenir khas ikon (baca jembatan), tidak ada juga fasilitas umum seperti toilet dan musala.
Tidak ada fasilitas tambahan apapun di sana untuk mendukung sebuah ikon agar lebih menarik dan dimanfaatkan sebagai wahana rekreasi, berkreasi, bermain, bersantai serta bergembira untuk menyenangkan diri, seperti pengeras suara, kafe, arena bermain, kolam bermain dan sebagainya. Dimalam hari jembatan itu juga sangat tidak menarik, pencahayaannya kurang, lampu sorot/penerangan yang seharusnya memperindah jembatan hampir tidak ada. Konon katanya setiap malam minggu di sana banyak pasangan muda mudi yang duduk-duduk untuk menghabiskan waktu sambil berbuat maksiat yang semakin menambah kelam jembatan itu.
Saya fikir Visit Batam 2010 tidak hanya sekedar selogan dan program yang tanpa makna dan persiapan. Tapi sepertinya program itu hanya akan menjadi mimpi indah belaka karena ikon dan logonya saja seperti itu, apalagi tempat atau sudut-sudut lain di Batam. Ikon adalah simbol dari nilai-nilai peradaban/budaya, kemajuan, keberhasilan, kejayaan, kemegahan, estetika atau sesuatu menjadi ikon karena lebih menonjol, selalu muncul dan sering dilihat/dikunjungi oleh orang banyak. Ikon adalah bermakna positif jika dikaitkan dengan Visit Batam 2010.
Lihatlah Malaysia dengan ikon Menara Kembar benar-benar sebuah simbol dari nilai-nilai peradaban/budaya, kemajuan, keberhasilan, kejayaan, kemegahan, estetika. Malaysia benar-benar bangga dan menggunakan menara kembar dan lingkungannya sebagai tempat yang layak dikunjungi karena membuat orang penasaran ingin melihat secara langsung, sepertinya belum lengkap ke Malaysia jika belum ke Menara Kembar, lingkungannya bersih, asri, dan sangat nyaman, dengan mudah pula kita dapatkan souvenir khas menara kembar.
Lalu bagimana dengan Ikon Visit Batam 2010, tampaknya pemerintah kota Batam harus berbenah dan bekerja ekstra keras agar ikonnya tidak sekedar ada. Masih banyak yang harus disediakan dan dilengkapi agar orang mau berkunjung dan terus ingin mengulanginya, dan akhirnya adalah sukses untuk menghasilkan atau meningkatkan pendapatan kota Batam.
Mampukah pemerintah kota Batam melakukan hal itu dalam hitungan beberapa bulan lagi? Sepertinya sulit, dengar kisah Jodoh Boulevard. Jika itu tidak dilakukan maka pemilihan ikon dan logo program Visit Batam 2010, tersebut hanya akan menjadi sebuah ironi dan lalu sia-sia.
Sumber: http://www.harianbatampos.com