Oleh: Siti Khoirnafiya
Neverthless, as museum are repositories of cultural relics, educacted people and moreover have a mission to impart cultural informations to society. They need to be arranged in ways that are most coommunicative for their respective target visitor.
Pemahaman Kebudayaan Melalui Museum
Masyarakat dan kebudayaan adalah ibarat mata uang yang satu sisinya berupa ungkapan sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya. Interaksi alam fisik dan manusia melalui masa dan ruang membina pelbagai insitusi sosial dan budaya yang selaras dengan keperluan hidup masyarakat, sedangkan pelbagai insitusi sosial dan budaya adalah respon manusia untuk menyelesaikan pelbagai masalah dan memenuhi desakan hidup sambil bersedia menghadapi tantangan mendatang. Bahan-bahan dari segala macam institusi sosial tidak hanya dilihat sebagai himpunan warisan masa lampau,. Tetapi petanda dinamika dan sumber daya yang mampu beradaptasi dengan desakan, baik dalam maupun luar sistem sosial budaya itu sendiri.
Aspek kebudayaan masyarakat secara universal dapat diamati kehadirannya di setiap masyarakat. Kebudayaan adalah wujud daya cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Kebudayaan juga menjadi blue print atau pedoman bagi manusia. Dengan kebudayaan inilah manusia tampak berbeda dengan binatang. Dengan kebudayaan, manusia dapat bertahan dan melangsungkan hidupnya.
Ada beberapa cara kita dapat mengetahui kebudayaan masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mengetahui gambaran kebudayaan masyarakat setempat adalah dengan datang ke museum. Hal itu karena di museumlah mereka dapat melihat gambaran tentang sebuah peradaban budaya daerah, baik zaman purbakala maupun di zaman modern.
Perkembangan museum di Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup bagus, tetapi tentu memerlukan peningkatan-peningkatan agar Indonesia sebagai bangsa yang menghargai hasil karya pendahulunya dan melestarikan warisan budaya leluhur sehingga museum sebagai fasilitator masyarakat dengan peradaban budaya dapat diwujudkan. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah peran museum. Lalu, seberapa besarkah peran museum saat ini?
Museum diharapkan tidak hanya sekedar memantulkan perubahan-perubahan yang ada di lingkungan, tetapi juga sebagai media untuk menunjukkan perubahan sosial serta pertumbuhan budaya dan ekonomi. Museum berperan dalam proses transformasi yang mewujudkan perkembangan struktur intelektual dan tingkat kehidupan yang membaik. Perkembangan tersebut tentu disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan dalam bahasa dan budayanya masing-masing. Inilah makna yang ingin disampaikan dan di transkripsikan oleh museum lewat benda yang disajikan atau dipamerkan sebagai instrumen memahami masyarakat pendukungnya.
Museum dalam bentuk apapun, baik secara ilmiah, seni maupun sejarah tentu tidak sekedar dibicarakan dalam artian teoritis semata. Museum diharapkan berarti praktis yang dapat diimplementasikan dengan kisaran jumlah publik yang tidak sedikit. Dengan demikian, bicara mengenai museum sebagai media komunikasi massa harus mendapatkan klaim dari semua golongan masyarakat. Museum tidak hanya diklaim menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi sangat perlu didukung oleh para akademisi, peneliti, bahkan pengusaha. Jadi, peran museum diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional, pembangunan masyarakat seluruhnya dan seutuhnya. Kita harus terus ingat bahwa pembangunan ataupuin modernisasi bukan sekedar know what, tetapi proses know how.
Berperan dalam Memerankan Peran Museum
Apa yang patut segera dilakukan agar museum berperan demikian?
Museum tidak boleh menjadi lembaga yang pasif, tetapi sebaliknya museum harus peserta aktif dalam pembangunan. Bisa diungkapkan atau menggunakan slogan museum –out-reach goal dengan bahasa bahwa apabila publik tidak datang ke museum, maka museumlah yang datang ke publik. Museum harus mampu menghadapi tantangan global di mana kontak antarbudaya tidak dapat dielakkan, termasuk berani menghadapi 'image" museum yang dianggap kuna dan antik, kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Mengubah image ibarat pepatah Bagai Mengubah Tekuk, yang berarti mengubah kebiasaan tidaklah mudah, tetapi yakinlah bahwa jika itu dilakukan terus menerus dilakukan akan berhasil ibarat pepatah Belakang Parang pun Kalau Diasah Akan Tajam.
Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan dengan fakta sejarah. Kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya tarik tersendiri. Ada yang mem buat saya cukup bangga saat ini, sudah cukup banyak pengelola museum yang membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja.
Paradigma tersebut tentu agak kontraversial dengan pemikiran terdahulu yang melihat museum sebagai tempat yang dipenuhi roh-roh leluhur yang menyeramkan. Pada hakikatnya museum dapat bersifat profan pada batas-batas tertentu tanpa harus menghilangkan nilai sakral yang berada di dalamnya jika itu memang yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pengelola museum tak perlu merasa terbebani dengan peran museum yang meluas, tidak sekedar menjadi tempat barang-barang sejarah itu diletakkan, karena ada yang lebih penting dari itu yaitu bagaimana nilai sejarah dari benda itu dapat tersampaikan kepada masyarakat. Dengan demikan, tentu museum bukanlah komoditas privat bagi sebagian orang, tetapi milik masyarakat bersama yang ingin mengetahui dan mendapatkan kepuasan mendalam dan kenikmatan dengan datang ke museum. Museum dapat menjadi media yang efektif untuk menyajikan proses pembangunan hasil-hasilnya dapat dimengerti oleh masyarakat. Museum membantu mengintegrasikan perubahan dalam masyarakat dan menciptakan keseimbangan dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan terus melestarikan kepribadian suatu bangsa melalui nilai-nilai dan pola-pola budaya yang terkandung di dalamnya. Di sinilah peran museum yang tidak sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi media untuk menancapkan nilai dan semangat yang mengakar umbi sebagai wadah patriotisme dan nasionalisme yang terancam dengan landaan globalisasi.
Dalam menghadapi krisis global, museum juga harus berani melangkah. Museum seharusnya tidak membatasi diri dengan pengkategorian museum sebagai kebudayaan material yang dimiliki segelintir orang yang menyukai keindahan, tetapi harus mampu mengintegrasikan multidisiplin ilmu dalam menampilkan perkembangan dan keterkaitan kebudayaan masyarakat sesuai dengan ekologi dunia, splendid isolation yang tetap terbungkus menyenangkan . Kompleksitas dalam perkembangan disiplin ilmu harus diakui dan dihadapi dengan bijak. Artinya, perlu pikiran positif untuk mengakui keterkaitan disiplin ilmu satu sama lain sehingga dapat terwujud kerjasama tim yang maksimal, termasuk dalam mengomunikasikan peran dan fungsi museum. Bahkan, tak perlu fobia untuk menerapkan kretaivitas dan menerima inovasi dalam ilmu permuseuman sehingga peran museum sebagai edukasi yang bertanggung jawab bagi suatu bangsa dapat terwujud. Sebagai contoh, pandangan masyarakat terhadap museum yang mencerminkan teknologi tradisional tidak menyangkal adanya teknologi modern dalam perkembangannya. Pengemasan museum yang disesuaikan dengan konteks waktu dan ruang yang tepat dapat membantu meningkatkan pengertian sebagai proses produksi dan pemenuhan kebutuhan dengan menyajikan teknologi baru yang tepat guna yang mendukung terpeliharanya keserasian dalam pembangunan. Di negara maju, seperti negara di kawasan Eropa ataupun Amerika, museum memegang peranan yang berhasil membangkitkan kesadaran yang kolektif dan tindakan kebijaksanaan yang baru terhadap perkembangan industralisasi tetapi tetap mencerminkan keserasian lingkungan.
Tugas museum memang seharusnya dapat membantu proses pembangunan yang tetap bertanggung jawab dengan permasalahan ekologi. Museum harus terus menjadi cermin identitas suatu bangsa dan inspirasi bagi masyarakat. Museum dapat berpera serta secara penuh untuk mengomunikasikan secara efektif pengaruh peradaban manusia bagi ekosistem. Museum harus dapat menjadi proyeksi bagi perkembangan zaman, tetapi tetap menjaga stabilitas dan produktivitas masyarakat. Museum perlu merefleksikan diri sebagai tempat yang menggambarkan pusat penelitian, pusat multi media, dan pusat pendidikan dalam melestarikan kebudayaan masyarakat. Namun, harus diingat bahwa pelaksanaan pendidikan atau process of enculturation di museum tidak dapat dijelaskan secara efektif tanpa kerja sama yang erat dan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya. Sekali lagi, dalam pelaksanaannya memerlukan integrasi inter-disiplin, program, dan metode. Museum dapat bertindak sebagai fasilitator dan katalisator bagi riset kebudayaan masa lampau sekaligus masa kini di semua ranah, baik lokal, nasional, regional, dan global. Museum integral atau interdisiplin ini tidak untuk mengingkari nilai-nilai museum yang telah ada dan juga tidak meninggalkan prinsip-prinsip museum. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya kemunculan internet justru harus mampu mendukung pemasaran museum sebagai sumber informasi untuk memberi penerangan dalam menyadarkan identitas suatu bangsa yang menghargai hasil karyanya.
Strategi Menyegarkan Museum
Tantangan yang dihadapi untuk membuat museum yang hidup, apalagi “lincah” yang berdendang seirama dengan masyarakat lingkungannya memang tidaklah mudah, tetapi tetap harus dilakukan usaha yang maksimal. Penghayatan falsafi tentang dasar serta tujuan penyelenggaraan dan pengelolaan museum tentu harus diperhatikan dan dipahami secara komprehensif dengan implementasi sikap yang diorientasikan pada kepentingan public, pemahaman dan karakteristik sosial budaya daerah, dan terus up to date dengan seluruh hal yang aktual bagi masyarakat dan lingkungannya serta kajian yang serius dan terus menerus terhadap museum. Hal ini tentu berkait dengan pokok permuseuman, di mana pengelola dan penyelenggaran museum tak lepas dengan museum itu sendiri, museum terkait dengan koleksi, dan koleksi dinikmati oleh publik. Dengan demikian, yang tidak boleh dilupakan dan perlu segera diwujudkan adalah membentuk leadership dalam permuseuman.
Seorang pemimpin dibutuhkan sebagai figur yang mampu menatap masa depan yang mempunyai keberanian mengevaluasi diri untuk menyegarkan museum. Namun, pada hakikatnya kita semualah pemimpin yang termaksud itu, pemimpin yang berkomitmen dengan berkontribusi memasarkan kekayaan milik bangsa. Pemimpin yang sadar menyadarkan betapa penting peran museum sebagai sumber daya potensial memajukan bangsa. Akhirnya, kita semua adalah pemimpin yang harus bertanggungjawab terhadap perkembangan museum yang membutuhkan manajemen yang tepat dan profesionalisme.
Manajemen permuseuman tersebut dapat dilakukan melalui beberapa faktor dasar pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan.
1. Manusia
Manusia sebagai subjek pendukung sekaligus pencipta dan tujuan pemeliharaan kebebasan untuk berkreativitas. Manusia yang berbudaya adalah yang menghindari terkristalnya gaya hidup reifikasi, manipulasi, frgamentasi berlebihan, dan individualisasi berlebihan. Tidak reifikasi, artinya, manusia dalam permuseuman seharusnya tidak mengukur segala sesuatu berdasarkan material semata atau kuantitas saja, tetapi harus mampu dipersiapkan secara kualitas (qualified oriented) dan berorientasi pada tujuan dan masa depan (goal and future oriented). Tidak manipulasi artinya persepsi yang dibangun bukan sekedar peran media mengkontruksikan peranan museum, tetapi timbulnya kesadaran yang mendalam pentingnya keberadaan museum.Tidak fragmentasi berlebihan artinya tidak terjadi kesombongan jika individu mempunyai posisi jabatan, kedudukan, kekuasaan dalam menyelenggarakan dan mengelola museum, tetapi perlu diwujudkan rasa pentingnya belajar teru8s menerus dalam mengembangkan museum. Tidak individualisasi artinya tidak egois dalam membangun dan mengembangkan museum dan tidak serakah atau bertindak dalam pengelolaan museum.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah medan mansia berjuang melalui karyanya. Dengan demikian, lingkunggn adalah pendukung keberhasilaan kegiatan pemuseuman.
3. Peralatan
Teknologi harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya agar dapat mendukung kelangsungan kegiatan yang ada di museum dalam mengembangkan museum.
4. Komunitas
Karya manusia ditampung oleh kolektivitas menjadi warisan budaya bersama. Demikian pula dengan karya manusia masa lampau sangat diperlukan suatu kolektif manusia agar karya tersebut dapat dinikmati bersama untuk genberasi sekarang bahkan mendatang. Komunitas yang mencintai museum sangat diperlukan agar warisan budaya tetap lestari.
Review:Museum Masa Kini
Museum dalam masyarakat masa kini adalah fenomena yang kompleks, yaitu museum sebagai medium yang multifungsional. Museum masa kini identik dengan sebuah perusahaan yang dilengkapi sarana dan prasarana. Ruangan koleksi dalam museum perlu dikelola seteliti mungkin dengan perlengkapan teknologi mutakhir di bidang preservasi. Museum masa kini dilengkapi laboratorium konservasi dengan metode penyajian yang masa kini pula. Museum masa kini harus memperhatikan pelbagai metode komunikasi dan pengumpulan data serta penyaluran informasi yang maksimal. Di sini orang di museum harus bicara tentang multifungsi museum dengan metode visualisasi dan interpretasi yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh ahli museum Amerika Serikat, Paereker, yang menyatakan tugas utama museum untuk menafsirkan manusia, alam, dan hasil karyanya. Hal ini berarti museum berperan dalam membentuk cermin positif kebudayaan dan peradaban manusia.
Kegiatan dalam museum masa kini memerlukan kegiatan riset yang merupakan suatu mata rantai yang tidak putus sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat. Museum masakini tidak ada lagi yang merasa dirinya dapat berdiri sendri, tetapi semua museum di seluruh dunia sudah masuk suatu sistem jaringan hubungan kerja sebagai bidang kegiatan edukasi cultural.
--------------------------------------------------------------------------------
Image atau kesan adalah gambaran yang terekam dalam ingatan seseorang tentang suatu hal yang didengar ataupun dilihat, baik langsung maupun tidak langsung.
RUJUKAN:
Hans Jk. Daeng. 2000. Manusia, Kebudayaan, Lingkungan,; Tinjauan Antropologis. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
John P. Kotter and James L. haskett. 1992. Corporate Cuilture and Performance. New York: The Fives Press
Depdikbud. 1997/1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman. Jakarta
Direktorat Museum. 2007. Pedoman Pengelolaan Museum Jakarta: Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Direktorat Museum. 2008. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Proyek Pembangunan Permuseuman Jakarta
Sumadio, Bambang. 1996/1997. Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta:Direktorat Permuseuman
Suryadinata, Leo (ed). 2000. Nationalism and Globalization, East and West. Singapore: Insitute of Southest Asian Studies
Sumber Tulisan: http://www.museum-indonesia.net
Neverthless, as museum are repositories of cultural relics, educacted people and moreover have a mission to impart cultural informations to society. They need to be arranged in ways that are most coommunicative for their respective target visitor.
Pemahaman Kebudayaan Melalui Museum
Masyarakat dan kebudayaan adalah ibarat mata uang yang satu sisinya berupa ungkapan sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya. Interaksi alam fisik dan manusia melalui masa dan ruang membina pelbagai insitusi sosial dan budaya yang selaras dengan keperluan hidup masyarakat, sedangkan pelbagai insitusi sosial dan budaya adalah respon manusia untuk menyelesaikan pelbagai masalah dan memenuhi desakan hidup sambil bersedia menghadapi tantangan mendatang. Bahan-bahan dari segala macam institusi sosial tidak hanya dilihat sebagai himpunan warisan masa lampau,. Tetapi petanda dinamika dan sumber daya yang mampu beradaptasi dengan desakan, baik dalam maupun luar sistem sosial budaya itu sendiri.
Aspek kebudayaan masyarakat secara universal dapat diamati kehadirannya di setiap masyarakat. Kebudayaan adalah wujud daya cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Kebudayaan juga menjadi blue print atau pedoman bagi manusia. Dengan kebudayaan inilah manusia tampak berbeda dengan binatang. Dengan kebudayaan, manusia dapat bertahan dan melangsungkan hidupnya.
Ada beberapa cara kita dapat mengetahui kebudayaan masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mengetahui gambaran kebudayaan masyarakat setempat adalah dengan datang ke museum. Hal itu karena di museumlah mereka dapat melihat gambaran tentang sebuah peradaban budaya daerah, baik zaman purbakala maupun di zaman modern.
Perkembangan museum di Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup bagus, tetapi tentu memerlukan peningkatan-peningkatan agar Indonesia sebagai bangsa yang menghargai hasil karya pendahulunya dan melestarikan warisan budaya leluhur sehingga museum sebagai fasilitator masyarakat dengan peradaban budaya dapat diwujudkan. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah peran museum. Lalu, seberapa besarkah peran museum saat ini?
Museum diharapkan tidak hanya sekedar memantulkan perubahan-perubahan yang ada di lingkungan, tetapi juga sebagai media untuk menunjukkan perubahan sosial serta pertumbuhan budaya dan ekonomi. Museum berperan dalam proses transformasi yang mewujudkan perkembangan struktur intelektual dan tingkat kehidupan yang membaik. Perkembangan tersebut tentu disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan dalam bahasa dan budayanya masing-masing. Inilah makna yang ingin disampaikan dan di transkripsikan oleh museum lewat benda yang disajikan atau dipamerkan sebagai instrumen memahami masyarakat pendukungnya.
Museum dalam bentuk apapun, baik secara ilmiah, seni maupun sejarah tentu tidak sekedar dibicarakan dalam artian teoritis semata. Museum diharapkan berarti praktis yang dapat diimplementasikan dengan kisaran jumlah publik yang tidak sedikit. Dengan demikian, bicara mengenai museum sebagai media komunikasi massa harus mendapatkan klaim dari semua golongan masyarakat. Museum tidak hanya diklaim menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi sangat perlu didukung oleh para akademisi, peneliti, bahkan pengusaha. Jadi, peran museum diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional, pembangunan masyarakat seluruhnya dan seutuhnya. Kita harus terus ingat bahwa pembangunan ataupuin modernisasi bukan sekedar know what, tetapi proses know how.
Berperan dalam Memerankan Peran Museum
Apa yang patut segera dilakukan agar museum berperan demikian?
Museum tidak boleh menjadi lembaga yang pasif, tetapi sebaliknya museum harus peserta aktif dalam pembangunan. Bisa diungkapkan atau menggunakan slogan museum –out-reach goal dengan bahasa bahwa apabila publik tidak datang ke museum, maka museumlah yang datang ke publik. Museum harus mampu menghadapi tantangan global di mana kontak antarbudaya tidak dapat dielakkan, termasuk berani menghadapi 'image" museum yang dianggap kuna dan antik, kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Mengubah image ibarat pepatah Bagai Mengubah Tekuk, yang berarti mengubah kebiasaan tidaklah mudah, tetapi yakinlah bahwa jika itu dilakukan terus menerus dilakukan akan berhasil ibarat pepatah Belakang Parang pun Kalau Diasah Akan Tajam.
Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan dengan fakta sejarah. Kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya tarik tersendiri. Ada yang mem buat saya cukup bangga saat ini, sudah cukup banyak pengelola museum yang membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja.
Paradigma tersebut tentu agak kontraversial dengan pemikiran terdahulu yang melihat museum sebagai tempat yang dipenuhi roh-roh leluhur yang menyeramkan. Pada hakikatnya museum dapat bersifat profan pada batas-batas tertentu tanpa harus menghilangkan nilai sakral yang berada di dalamnya jika itu memang yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pengelola museum tak perlu merasa terbebani dengan peran museum yang meluas, tidak sekedar menjadi tempat barang-barang sejarah itu diletakkan, karena ada yang lebih penting dari itu yaitu bagaimana nilai sejarah dari benda itu dapat tersampaikan kepada masyarakat. Dengan demikan, tentu museum bukanlah komoditas privat bagi sebagian orang, tetapi milik masyarakat bersama yang ingin mengetahui dan mendapatkan kepuasan mendalam dan kenikmatan dengan datang ke museum. Museum dapat menjadi media yang efektif untuk menyajikan proses pembangunan hasil-hasilnya dapat dimengerti oleh masyarakat. Museum membantu mengintegrasikan perubahan dalam masyarakat dan menciptakan keseimbangan dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan terus melestarikan kepribadian suatu bangsa melalui nilai-nilai dan pola-pola budaya yang terkandung di dalamnya. Di sinilah peran museum yang tidak sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi media untuk menancapkan nilai dan semangat yang mengakar umbi sebagai wadah patriotisme dan nasionalisme yang terancam dengan landaan globalisasi.
Dalam menghadapi krisis global, museum juga harus berani melangkah. Museum seharusnya tidak membatasi diri dengan pengkategorian museum sebagai kebudayaan material yang dimiliki segelintir orang yang menyukai keindahan, tetapi harus mampu mengintegrasikan multidisiplin ilmu dalam menampilkan perkembangan dan keterkaitan kebudayaan masyarakat sesuai dengan ekologi dunia, splendid isolation yang tetap terbungkus menyenangkan . Kompleksitas dalam perkembangan disiplin ilmu harus diakui dan dihadapi dengan bijak. Artinya, perlu pikiran positif untuk mengakui keterkaitan disiplin ilmu satu sama lain sehingga dapat terwujud kerjasama tim yang maksimal, termasuk dalam mengomunikasikan peran dan fungsi museum. Bahkan, tak perlu fobia untuk menerapkan kretaivitas dan menerima inovasi dalam ilmu permuseuman sehingga peran museum sebagai edukasi yang bertanggung jawab bagi suatu bangsa dapat terwujud. Sebagai contoh, pandangan masyarakat terhadap museum yang mencerminkan teknologi tradisional tidak menyangkal adanya teknologi modern dalam perkembangannya. Pengemasan museum yang disesuaikan dengan konteks waktu dan ruang yang tepat dapat membantu meningkatkan pengertian sebagai proses produksi dan pemenuhan kebutuhan dengan menyajikan teknologi baru yang tepat guna yang mendukung terpeliharanya keserasian dalam pembangunan. Di negara maju, seperti negara di kawasan Eropa ataupun Amerika, museum memegang peranan yang berhasil membangkitkan kesadaran yang kolektif dan tindakan kebijaksanaan yang baru terhadap perkembangan industralisasi tetapi tetap mencerminkan keserasian lingkungan.
Tugas museum memang seharusnya dapat membantu proses pembangunan yang tetap bertanggung jawab dengan permasalahan ekologi. Museum harus terus menjadi cermin identitas suatu bangsa dan inspirasi bagi masyarakat. Museum dapat berpera serta secara penuh untuk mengomunikasikan secara efektif pengaruh peradaban manusia bagi ekosistem. Museum harus dapat menjadi proyeksi bagi perkembangan zaman, tetapi tetap menjaga stabilitas dan produktivitas masyarakat. Museum perlu merefleksikan diri sebagai tempat yang menggambarkan pusat penelitian, pusat multi media, dan pusat pendidikan dalam melestarikan kebudayaan masyarakat. Namun, harus diingat bahwa pelaksanaan pendidikan atau process of enculturation di museum tidak dapat dijelaskan secara efektif tanpa kerja sama yang erat dan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya. Sekali lagi, dalam pelaksanaannya memerlukan integrasi inter-disiplin, program, dan metode. Museum dapat bertindak sebagai fasilitator dan katalisator bagi riset kebudayaan masa lampau sekaligus masa kini di semua ranah, baik lokal, nasional, regional, dan global. Museum integral atau interdisiplin ini tidak untuk mengingkari nilai-nilai museum yang telah ada dan juga tidak meninggalkan prinsip-prinsip museum. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya kemunculan internet justru harus mampu mendukung pemasaran museum sebagai sumber informasi untuk memberi penerangan dalam menyadarkan identitas suatu bangsa yang menghargai hasil karyanya.
Strategi Menyegarkan Museum
Tantangan yang dihadapi untuk membuat museum yang hidup, apalagi “lincah” yang berdendang seirama dengan masyarakat lingkungannya memang tidaklah mudah, tetapi tetap harus dilakukan usaha yang maksimal. Penghayatan falsafi tentang dasar serta tujuan penyelenggaraan dan pengelolaan museum tentu harus diperhatikan dan dipahami secara komprehensif dengan implementasi sikap yang diorientasikan pada kepentingan public, pemahaman dan karakteristik sosial budaya daerah, dan terus up to date dengan seluruh hal yang aktual bagi masyarakat dan lingkungannya serta kajian yang serius dan terus menerus terhadap museum. Hal ini tentu berkait dengan pokok permuseuman, di mana pengelola dan penyelenggaran museum tak lepas dengan museum itu sendiri, museum terkait dengan koleksi, dan koleksi dinikmati oleh publik. Dengan demikian, yang tidak boleh dilupakan dan perlu segera diwujudkan adalah membentuk leadership dalam permuseuman.
Seorang pemimpin dibutuhkan sebagai figur yang mampu menatap masa depan yang mempunyai keberanian mengevaluasi diri untuk menyegarkan museum. Namun, pada hakikatnya kita semualah pemimpin yang termaksud itu, pemimpin yang berkomitmen dengan berkontribusi memasarkan kekayaan milik bangsa. Pemimpin yang sadar menyadarkan betapa penting peran museum sebagai sumber daya potensial memajukan bangsa. Akhirnya, kita semua adalah pemimpin yang harus bertanggungjawab terhadap perkembangan museum yang membutuhkan manajemen yang tepat dan profesionalisme.
Manajemen permuseuman tersebut dapat dilakukan melalui beberapa faktor dasar pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan.
1. Manusia
Manusia sebagai subjek pendukung sekaligus pencipta dan tujuan pemeliharaan kebebasan untuk berkreativitas. Manusia yang berbudaya adalah yang menghindari terkristalnya gaya hidup reifikasi, manipulasi, frgamentasi berlebihan, dan individualisasi berlebihan. Tidak reifikasi, artinya, manusia dalam permuseuman seharusnya tidak mengukur segala sesuatu berdasarkan material semata atau kuantitas saja, tetapi harus mampu dipersiapkan secara kualitas (qualified oriented) dan berorientasi pada tujuan dan masa depan (goal and future oriented). Tidak manipulasi artinya persepsi yang dibangun bukan sekedar peran media mengkontruksikan peranan museum, tetapi timbulnya kesadaran yang mendalam pentingnya keberadaan museum.Tidak fragmentasi berlebihan artinya tidak terjadi kesombongan jika individu mempunyai posisi jabatan, kedudukan, kekuasaan dalam menyelenggarakan dan mengelola museum, tetapi perlu diwujudkan rasa pentingnya belajar teru8s menerus dalam mengembangkan museum. Tidak individualisasi artinya tidak egois dalam membangun dan mengembangkan museum dan tidak serakah atau bertindak dalam pengelolaan museum.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah medan mansia berjuang melalui karyanya. Dengan demikian, lingkunggn adalah pendukung keberhasilaan kegiatan pemuseuman.
3. Peralatan
Teknologi harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya agar dapat mendukung kelangsungan kegiatan yang ada di museum dalam mengembangkan museum.
4. Komunitas
Karya manusia ditampung oleh kolektivitas menjadi warisan budaya bersama. Demikian pula dengan karya manusia masa lampau sangat diperlukan suatu kolektif manusia agar karya tersebut dapat dinikmati bersama untuk genberasi sekarang bahkan mendatang. Komunitas yang mencintai museum sangat diperlukan agar warisan budaya tetap lestari.
Review:Museum Masa Kini
Museum dalam masyarakat masa kini adalah fenomena yang kompleks, yaitu museum sebagai medium yang multifungsional. Museum masa kini identik dengan sebuah perusahaan yang dilengkapi sarana dan prasarana. Ruangan koleksi dalam museum perlu dikelola seteliti mungkin dengan perlengkapan teknologi mutakhir di bidang preservasi. Museum masa kini dilengkapi laboratorium konservasi dengan metode penyajian yang masa kini pula. Museum masa kini harus memperhatikan pelbagai metode komunikasi dan pengumpulan data serta penyaluran informasi yang maksimal. Di sini orang di museum harus bicara tentang multifungsi museum dengan metode visualisasi dan interpretasi yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh ahli museum Amerika Serikat, Paereker, yang menyatakan tugas utama museum untuk menafsirkan manusia, alam, dan hasil karyanya. Hal ini berarti museum berperan dalam membentuk cermin positif kebudayaan dan peradaban manusia.
Kegiatan dalam museum masa kini memerlukan kegiatan riset yang merupakan suatu mata rantai yang tidak putus sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat. Museum masakini tidak ada lagi yang merasa dirinya dapat berdiri sendri, tetapi semua museum di seluruh dunia sudah masuk suatu sistem jaringan hubungan kerja sebagai bidang kegiatan edukasi cultural.
--------------------------------------------------------------------------------
Image atau kesan adalah gambaran yang terekam dalam ingatan seseorang tentang suatu hal yang didengar ataupun dilihat, baik langsung maupun tidak langsung.
RUJUKAN:
Hans Jk. Daeng. 2000. Manusia, Kebudayaan, Lingkungan,; Tinjauan Antropologis. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
John P. Kotter and James L. haskett. 1992. Corporate Cuilture and Performance. New York: The Fives Press
Depdikbud. 1997/1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman. Jakarta
Direktorat Museum. 2007. Pedoman Pengelolaan Museum Jakarta: Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Direktorat Museum. 2008. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Proyek Pembangunan Permuseuman Jakarta
Sumadio, Bambang. 1996/1997. Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta:Direktorat Permuseuman
Suryadinata, Leo (ed). 2000. Nationalism and Globalization, East and West. Singapore: Insitute of Southest Asian Studies
Sumber Tulisan: http://www.museum-indonesia.net