Semarang, Jateng - Universitas Negeri Semarang menggelar Parade Budaya Dolanan mulai Selasa (18/5) hingga Kamis (20/5) untuk mengangkat citra kebudayaan daerah.
Para peserta meramaikan parade budaya tersebut dengan mengenakan kostum layaknya suku-suku di pedalaman dengan menyulap rangkaian dedaunan sebagai celana dan pengikat kepala.
Dengan tubuh dilumuri lumpur, mereka berjalan sambil menari mengelilingi kampus Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes, tetapi hal itu hanya dilakukan oleh mahasiswa laki-laki.
Mahasiswa perempuan justru terlihat asyik menyemarakkan parade budaya dengan berbagai properti wayang dan mainan tradisional, seperti senapan yang terbuat dari pelepah pisang.
"Parade ini digelar mahasiswa FBS Unnes dan melibatkan berbagai komunitas di kampus ini, mulai dari seni rupa, perkusi, tari, hingga paduan suara," kata Ketua Penyelenggara Parade Budaya Dolanan Afif Noviyanto.
Ia menyebutkan parade budaya tersebut menggelar berbagai kegiatan seperti arak-arakan budaya dolanan, pameran seni rupa, pameran surat cinta, instalasi seni, teater, dan parade puisi.
"Parade ini tidak digelar untuk memeringati momentum tertentu dan murni berasal dari sebuah ide sederhana untuk meretas dan mengangkat pamor kebudayaan tradisional," katanya.
Terlebih lagi, kata dia, pihaknya prihatin sebab saat ini tidak banyak orang yang peduli dengan kebudayaan tradisional yang dimiliki bangsanya sehingga dikhawatirkan akan punah.
"Karena itu, kegiatan ini bertemakan ’Dolanan Lombok’. Ibarat lombok atau cabai yang berasa pedas, ada yang suka dan tidak suka. Kalau suka ayo disokong rame-rame, kalau tidak suka ya silakan," katanya.
Selain itu, kata dia, seluruh perlengkapan yang digunakan dalam parade budaya tersebut merupakan barang-barang bekas yang tidak terpakai dengan pertimbangan pemanfaatan limbah.
Menurut dia, instalasi seni sebenarnya tidak hanya terbatas pada pemanfaatan barang-barang baru sebab masih banyak barang-barang bekas yang dapat diolah menjadi barang seni bernilai tinggi.
"Daripada limbah tersebut tidak digunakan dan sia-sia, lebih baik kami manfaatkan menjadi berbagai instalasi seni untuk mendukung pergelaran parade budaya itu," kata Afif. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
Para peserta meramaikan parade budaya tersebut dengan mengenakan kostum layaknya suku-suku di pedalaman dengan menyulap rangkaian dedaunan sebagai celana dan pengikat kepala.
Dengan tubuh dilumuri lumpur, mereka berjalan sambil menari mengelilingi kampus Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes, tetapi hal itu hanya dilakukan oleh mahasiswa laki-laki.
Mahasiswa perempuan justru terlihat asyik menyemarakkan parade budaya dengan berbagai properti wayang dan mainan tradisional, seperti senapan yang terbuat dari pelepah pisang.
"Parade ini digelar mahasiswa FBS Unnes dan melibatkan berbagai komunitas di kampus ini, mulai dari seni rupa, perkusi, tari, hingga paduan suara," kata Ketua Penyelenggara Parade Budaya Dolanan Afif Noviyanto.
Ia menyebutkan parade budaya tersebut menggelar berbagai kegiatan seperti arak-arakan budaya dolanan, pameran seni rupa, pameran surat cinta, instalasi seni, teater, dan parade puisi.
"Parade ini tidak digelar untuk memeringati momentum tertentu dan murni berasal dari sebuah ide sederhana untuk meretas dan mengangkat pamor kebudayaan tradisional," katanya.
Terlebih lagi, kata dia, pihaknya prihatin sebab saat ini tidak banyak orang yang peduli dengan kebudayaan tradisional yang dimiliki bangsanya sehingga dikhawatirkan akan punah.
"Karena itu, kegiatan ini bertemakan ’Dolanan Lombok’. Ibarat lombok atau cabai yang berasa pedas, ada yang suka dan tidak suka. Kalau suka ayo disokong rame-rame, kalau tidak suka ya silakan," katanya.
Selain itu, kata dia, seluruh perlengkapan yang digunakan dalam parade budaya tersebut merupakan barang-barang bekas yang tidak terpakai dengan pertimbangan pemanfaatan limbah.
Menurut dia, instalasi seni sebenarnya tidak hanya terbatas pada pemanfaatan barang-barang baru sebab masih banyak barang-barang bekas yang dapat diolah menjadi barang seni bernilai tinggi.
"Daripada limbah tersebut tidak digunakan dan sia-sia, lebih baik kami manfaatkan menjadi berbagai instalasi seni untuk mendukung pergelaran parade budaya itu," kata Afif. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com