Bandung, Jabar - Wisatawan yang berkunjung ke Bandung, Jawa Barat akan memiliki pilihan tujuan baru yakni Imah Seniman. Kawasan itu bukan termasuk lokasi berlibur biasa-biasa saja karena terletak di lahan yang sangat luas, sekitar 15 hektar.
Lahan seluas itu agaknya akan dianggap wajar bila wisatawan yang berkunjung ke sana nanti menemukan beragamnya fasilitas di Imah Seniman. Kawasan wisata terpadu di Jalan Kolonel Masturi Nomor 8, Lembang, Kabupaten Bandung itu akan dibuka pada 28 Mei 2010.
Menurut pemilik Imah Seniman, Bob Doank, di tempatnya wisatawan akan menemukan hotel, resort, jajanan, kuliner, fasilitas outbound, galeri, bengkel kerajinan, factory outlet, wedding room, ruang pertemuan, spa, pemancingan, permainan anak, serta pasar tanaman dan buah.
"Waktu pembukaan nanti, semua sudah bisa dinikmati, tinggal wedding room dan spa yang sedang diselesaikan," tuturnya.
Momen pembukaan memang direncanakan untuk meraih potensi wisatawan saat liburan sekolah. Tamu bisa menginap dengan pilihan hotel sebanyak 60 kamar atau resort sebanyak 30 unit. Kisaran tarif kamar hotel sebesar Rp 300.000-Rp 3 juta dan resort sebesar Rp 1,2 juta-Rp 3 juta.
Ada pun restoran di Imah Seniman mengandalkan masakan Sunda yang unik seperti nasi goreng cikur, ayam goreng haseup (asap), dan mi tektek. Ayam goreng haseup misalnya, diolah dengan daging yang diasapi terlebih dulu. Ragam makanan itu bisa dinikmati di saung yang berjumlah 60 titik di sela-sela rimbunnya pepohonan yang menyerupai hutan. Setiap saung dilengkapi kentongan untuk memanggil pelayan.
"Sesekali, penjaja hidangan tradisional akan berkeliling menawarkan makanan kecil seperti singkong goreng, kerupuk, dan oncom," papar Bob. Tamu juga bisa memilih bersantap di saung yang menyediakan produk-produk kerajinan.
Di Imah Seniman terdapat 32 mata air yang tak terganggu. Tak ada pohon yang ditebang disela-sela pembangunan Imah Seniman. Bahkan, 1.000 bibit pohon baru sudah ditanam. Selain kawasan wisata, Imah Seniman juga berfungsi sebagai hutan atau paru-paru kota dan daerah resapan air. Di sela-sela pohon, sungai mengalir membelah kawasan tersebut.
"Pembangunan Imah Seniman sebagai hutan kota hanya sekitar lima bulan. Sesuai namanya, tempat itu akan dikembangkan menjadi bengkel kerajinan," ujar Bob.
Tidak hanya Jawa Barat, kerajinan itu juga berasal dari semua daerah di Indonesia. Imah Seniman mampu menyerap sekitar 200 tenaga kerja dan lebih dari 95 persennya adalah warga setempat. (BAY)
Sumber: http://travel.kompas.com
Lahan seluas itu agaknya akan dianggap wajar bila wisatawan yang berkunjung ke sana nanti menemukan beragamnya fasilitas di Imah Seniman. Kawasan wisata terpadu di Jalan Kolonel Masturi Nomor 8, Lembang, Kabupaten Bandung itu akan dibuka pada 28 Mei 2010.
Menurut pemilik Imah Seniman, Bob Doank, di tempatnya wisatawan akan menemukan hotel, resort, jajanan, kuliner, fasilitas outbound, galeri, bengkel kerajinan, factory outlet, wedding room, ruang pertemuan, spa, pemancingan, permainan anak, serta pasar tanaman dan buah.
"Waktu pembukaan nanti, semua sudah bisa dinikmati, tinggal wedding room dan spa yang sedang diselesaikan," tuturnya.
Momen pembukaan memang direncanakan untuk meraih potensi wisatawan saat liburan sekolah. Tamu bisa menginap dengan pilihan hotel sebanyak 60 kamar atau resort sebanyak 30 unit. Kisaran tarif kamar hotel sebesar Rp 300.000-Rp 3 juta dan resort sebesar Rp 1,2 juta-Rp 3 juta.
Ada pun restoran di Imah Seniman mengandalkan masakan Sunda yang unik seperti nasi goreng cikur, ayam goreng haseup (asap), dan mi tektek. Ayam goreng haseup misalnya, diolah dengan daging yang diasapi terlebih dulu. Ragam makanan itu bisa dinikmati di saung yang berjumlah 60 titik di sela-sela rimbunnya pepohonan yang menyerupai hutan. Setiap saung dilengkapi kentongan untuk memanggil pelayan.
"Sesekali, penjaja hidangan tradisional akan berkeliling menawarkan makanan kecil seperti singkong goreng, kerupuk, dan oncom," papar Bob. Tamu juga bisa memilih bersantap di saung yang menyediakan produk-produk kerajinan.
Di Imah Seniman terdapat 32 mata air yang tak terganggu. Tak ada pohon yang ditebang disela-sela pembangunan Imah Seniman. Bahkan, 1.000 bibit pohon baru sudah ditanam. Selain kawasan wisata, Imah Seniman juga berfungsi sebagai hutan atau paru-paru kota dan daerah resapan air. Di sela-sela pohon, sungai mengalir membelah kawasan tersebut.
"Pembangunan Imah Seniman sebagai hutan kota hanya sekitar lima bulan. Sesuai namanya, tempat itu akan dikembangkan menjadi bengkel kerajinan," ujar Bob.
Tidak hanya Jawa Barat, kerajinan itu juga berasal dari semua daerah di Indonesia. Imah Seniman mampu menyerap sekitar 200 tenaga kerja dan lebih dari 95 persennya adalah warga setempat. (BAY)
Sumber: http://travel.kompas.com