Jakarta - Peramal terkenal, Mama Lauren meninggal dunia pada Senin malam sekitar pukul 21.37 di Rumah Sakit PGI Cikini JL Raden Saleh Jakarta Pusat.
Petugas informasi rumah sakit tersebut mengemukakan, Mama Lauren yang berusia 78 tahun dirawat sejak Minggu (16/5) siang.
Keluarga almarhumah kemudian menyemayamkannya di rumah duka di Perumahan Cipinang Indah II , Blok GG No 2, Kalimalang, Jakarta Timur. Menurut keterangan, jenazah Mama Lauren akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo Jakarta pada Selasa (18/5) siang.
Kehadiran atau kemunculan Mama Lauren selalu ditunggu-tunggu masyarakat, terutama menjelang tahun baru. Di malam pergantian tahun, Mama Lauren ini tak pernah absen meramalkan apa yang akan terjadi di tahun berikutnya.
Data yang dihimpun menyebutkan, Mama Lauren lahir di Eindhoven, Belanda, 23 Januari 1932. Perempuan keturunan Belanda dengan nama Laurentia itu berada di Indonesia sejak 1953.
Di usia tiga bulan, Lauren sudah ditinggal ibunya. Beberapa tahun kemudian, ayahnya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Sejak itu, Lauren tinggal bersama nenek buyutnya, Antoineta di Belgia. Antoineta adalah orang yang paling berperan penting dalam kehidupan masa kecil Lauren.
Lauren memperoleh "pendengaran" itu pertama kali tahun 1939. Lauren yang tengah mengikuti pelajaran di kelas satu SD tiba-tiba mendengar bisikan. Bisikan itu menyuruhnya cepat-cepat keluar dari kelas. Lauren kaget dan segera menyampaikan apa yang dia dengar kepada ibu guru. Namun, ibu guru menganggap Lauren sedang mempermainkannya. Tak pelak lagi, Lauren dimarahi dan diusir pulang.
Beberapa hari kemudian, Lauren mendengar kabar sekolahnya hancur terkena bom. Ratusan orang tewas dalam peristiwa itu. Memang, ketika itu Perang Dunia II belum lama pecah.
Sejak saat itu, Lauren mulai menyadari bahwa dirinya berbeda. Sebelum peristiwa-peristiwa mengerikan benar-benar terjadi, konon Lauren sudah terlebih dulu mengetahuinya lewat "penglihatan" atau "pendengaran". Tak jarang Lauren dianggap gadis kecil yang aneh. Bahkan, Lauren sempat dijuluki nenek sihir yang naik sapu terbang.
Saat berusia 12 tahun, Lauren benar-benar meyakini bahwa dia memiliki indera keenam. Antoinet menjelaskan kepada Lauren bahwa mereka adalah keturunan kaum gypsy. Mereka dianugerahi bakat khusus untuk bisa melihat masa depan.
Perjalanan indah Lauren dan Antoineta juga tak bertahan lama. Ketika Lauren berusia 13 tahun, harus merelakan kepergian Antoineta yang sangat dicintainya. Di usia 16 tahun, Lauren hidup sebatang kara.
Sepeninggal Antoineta, seorang kerabat memasukkan Lauren ke sebuah asrama. Akan tetapi, ketika Lauren tinggal di sana, ia gerah dengan aturan asrama. Lauren pun kabur setelah seminggu tinggal di asrama.
Tahun 1953, Lauren meninggalkan negeri kelahirannya menuju Indonesia untuk mengikuti Natakusuma, suaminya yang menikahi tahun 1952 di usia Lauren baru 20 tahun.
Keduanya bertemu di Universitas Leuven, Belgia. Setiba di Indonesia, di tempat yang serba asing ini, Lauren berusaha beradaptasi, bahasa, makanan maupun budaya.
Selama lima tahun, mereka terus berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lain. Baru pada tahun 1958, Natakusuma, mengajak Lauren pindah ke Kotabumi, Lampung Utara. Selama dua tahun mereka tinggal di daerah perkebunan. (Ant/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com
Petugas informasi rumah sakit tersebut mengemukakan, Mama Lauren yang berusia 78 tahun dirawat sejak Minggu (16/5) siang.
Keluarga almarhumah kemudian menyemayamkannya di rumah duka di Perumahan Cipinang Indah II , Blok GG No 2, Kalimalang, Jakarta Timur. Menurut keterangan, jenazah Mama Lauren akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo Jakarta pada Selasa (18/5) siang.
Kehadiran atau kemunculan Mama Lauren selalu ditunggu-tunggu masyarakat, terutama menjelang tahun baru. Di malam pergantian tahun, Mama Lauren ini tak pernah absen meramalkan apa yang akan terjadi di tahun berikutnya.
Data yang dihimpun menyebutkan, Mama Lauren lahir di Eindhoven, Belanda, 23 Januari 1932. Perempuan keturunan Belanda dengan nama Laurentia itu berada di Indonesia sejak 1953.
Di usia tiga bulan, Lauren sudah ditinggal ibunya. Beberapa tahun kemudian, ayahnya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Sejak itu, Lauren tinggal bersama nenek buyutnya, Antoineta di Belgia. Antoineta adalah orang yang paling berperan penting dalam kehidupan masa kecil Lauren.
Lauren memperoleh "pendengaran" itu pertama kali tahun 1939. Lauren yang tengah mengikuti pelajaran di kelas satu SD tiba-tiba mendengar bisikan. Bisikan itu menyuruhnya cepat-cepat keluar dari kelas. Lauren kaget dan segera menyampaikan apa yang dia dengar kepada ibu guru. Namun, ibu guru menganggap Lauren sedang mempermainkannya. Tak pelak lagi, Lauren dimarahi dan diusir pulang.
Beberapa hari kemudian, Lauren mendengar kabar sekolahnya hancur terkena bom. Ratusan orang tewas dalam peristiwa itu. Memang, ketika itu Perang Dunia II belum lama pecah.
Sejak saat itu, Lauren mulai menyadari bahwa dirinya berbeda. Sebelum peristiwa-peristiwa mengerikan benar-benar terjadi, konon Lauren sudah terlebih dulu mengetahuinya lewat "penglihatan" atau "pendengaran". Tak jarang Lauren dianggap gadis kecil yang aneh. Bahkan, Lauren sempat dijuluki nenek sihir yang naik sapu terbang.
Saat berusia 12 tahun, Lauren benar-benar meyakini bahwa dia memiliki indera keenam. Antoinet menjelaskan kepada Lauren bahwa mereka adalah keturunan kaum gypsy. Mereka dianugerahi bakat khusus untuk bisa melihat masa depan.
Perjalanan indah Lauren dan Antoineta juga tak bertahan lama. Ketika Lauren berusia 13 tahun, harus merelakan kepergian Antoineta yang sangat dicintainya. Di usia 16 tahun, Lauren hidup sebatang kara.
Sepeninggal Antoineta, seorang kerabat memasukkan Lauren ke sebuah asrama. Akan tetapi, ketika Lauren tinggal di sana, ia gerah dengan aturan asrama. Lauren pun kabur setelah seminggu tinggal di asrama.
Tahun 1953, Lauren meninggalkan negeri kelahirannya menuju Indonesia untuk mengikuti Natakusuma, suaminya yang menikahi tahun 1952 di usia Lauren baru 20 tahun.
Keduanya bertemu di Universitas Leuven, Belgia. Setiba di Indonesia, di tempat yang serba asing ini, Lauren berusaha beradaptasi, bahasa, makanan maupun budaya.
Selama lima tahun, mereka terus berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lain. Baru pada tahun 1958, Natakusuma, mengajak Lauren pindah ke Kotabumi, Lampung Utara. Selama dua tahun mereka tinggal di daerah perkebunan. (Ant/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com