Tradisi tahunan warga Desa Ujunggebang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, menggelar upacara adat "Mapag Sri" setiap menjelang musim panen sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen musim kali ini.
Para petani desa tersebut turun ke jalan berpesta merayakan upacara "Mapag Sri" ini dengan menggelar arak-arakan yang menampilkan hasil panen sawah mereka, Jumat.
Kuwu (Kepala Desa) Desa Ujunggebang Tarudin, mengatakan meski hasil panen kali ini menurun karena serangan hama wereng namun upacara adat tersebut tetap digelar walau dengan berbagai keterbatasan.
"Meski dengan keterbatasan dana, cukup dengan mengandalkan kreativitas warga Alhamdulillah upacara adat ini bisa terlaksana dan mendapat sambuatan luar biasa dari masyarakat," ujar Tarudin.
Upacara adat "Mapag Sri" diawali dengan arak-arakan dua calon "mempelai" pria putra Kuwu Ujunggebang dari kediaman kuwu tersebut menuju kediaman dua putri juru kunci makam keramat desa setempat untuk dikawinkan.
Namun kedua pasangan mempelai tersebut bukan laiknya calon pengantin berwujud manusia pada umumnya, melainkan berbentuk "golek" atau boneka kayu yang didandani seperti pengantin.
Perjalanan dua mempelai pria menuju rumah juru kunci ini diantar oleh ribuan warga desa yang ingin menyaksikan prosesi lamaran.
Layaknya perkawinan manusia sungguhan, kedua pasang pengantin "golek" ini dikawinkan oleh seorang penghulu desa sedangkan wali dari mempelai wanita adalah "kuncen" (juru kunci) makam keramat Buyut Nyi Mas Junti dan nyi Mas Kejaksan yang ada di desa tersebut.
Setelah prosesi pernikahan selesai, dua pasang pengantin berwujud boneka ini pun diarak keliling desa.
Mengawali perjalanannya dari rumah Kuwu Ujunggebang, dua pasang pengantin golek ini diarak sambil diikuti oleh penampilan kreasi warga berupa replika berbagai jenis binatang seperti ikan, naga dan burung raksasa yang diiringi musik dan kesenian tradisional serta atraksi akrobat yang menghibur menuju komplek makam keramat desa setempat.
Peserta arak-arakan adalah warga masyarakat di 13 blok yang ada di Desa Ujunggebang.
Arak-arakan yang sebagian besar diikuti oleh para pemuda desa tersebut menampilkan sejumlah kreasinya diantaranya seorang pemuda dengan dandanan mirip "limbad" lengkap dengan burung hantu kertas atau orang dewasa yang didandani seperti bayi yang dilengkapi dot raksasa.
Penampilan para pemuda desa ini cukup menghibur dan mengundang gelak tawa warga yang dilalui oleh arak-arakan.
Bahkan Camat Susukan, Sudarjo Adam berpendapat pesta rakyat tersebut bisa dijadikan ajang silaturahmi antarwarga sehingga semakin mempererat tali persaudaraan dan keakraban warganya.
"Ini merupakan wisata rakyat yang cukup menghibur terutama untuk anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga. Dengan adanya kegiatan ini saya yakin dapat mempererat hubungan kekeluargaan antarwarga sehingga kebersamaan dan kerukunan pun dapat terwujud," katanya. (M Taufik)
Sumber: http://www.antarajawabarat.com
Para petani desa tersebut turun ke jalan berpesta merayakan upacara "Mapag Sri" ini dengan menggelar arak-arakan yang menampilkan hasil panen sawah mereka, Jumat.
Kuwu (Kepala Desa) Desa Ujunggebang Tarudin, mengatakan meski hasil panen kali ini menurun karena serangan hama wereng namun upacara adat tersebut tetap digelar walau dengan berbagai keterbatasan.
"Meski dengan keterbatasan dana, cukup dengan mengandalkan kreativitas warga Alhamdulillah upacara adat ini bisa terlaksana dan mendapat sambuatan luar biasa dari masyarakat," ujar Tarudin.
Upacara adat "Mapag Sri" diawali dengan arak-arakan dua calon "mempelai" pria putra Kuwu Ujunggebang dari kediaman kuwu tersebut menuju kediaman dua putri juru kunci makam keramat desa setempat untuk dikawinkan.
Namun kedua pasangan mempelai tersebut bukan laiknya calon pengantin berwujud manusia pada umumnya, melainkan berbentuk "golek" atau boneka kayu yang didandani seperti pengantin.
Perjalanan dua mempelai pria menuju rumah juru kunci ini diantar oleh ribuan warga desa yang ingin menyaksikan prosesi lamaran.
Layaknya perkawinan manusia sungguhan, kedua pasang pengantin "golek" ini dikawinkan oleh seorang penghulu desa sedangkan wali dari mempelai wanita adalah "kuncen" (juru kunci) makam keramat Buyut Nyi Mas Junti dan nyi Mas Kejaksan yang ada di desa tersebut.
Setelah prosesi pernikahan selesai, dua pasang pengantin berwujud boneka ini pun diarak keliling desa.
Mengawali perjalanannya dari rumah Kuwu Ujunggebang, dua pasang pengantin golek ini diarak sambil diikuti oleh penampilan kreasi warga berupa replika berbagai jenis binatang seperti ikan, naga dan burung raksasa yang diiringi musik dan kesenian tradisional serta atraksi akrobat yang menghibur menuju komplek makam keramat desa setempat.
Peserta arak-arakan adalah warga masyarakat di 13 blok yang ada di Desa Ujunggebang.
Arak-arakan yang sebagian besar diikuti oleh para pemuda desa tersebut menampilkan sejumlah kreasinya diantaranya seorang pemuda dengan dandanan mirip "limbad" lengkap dengan burung hantu kertas atau orang dewasa yang didandani seperti bayi yang dilengkapi dot raksasa.
Penampilan para pemuda desa ini cukup menghibur dan mengundang gelak tawa warga yang dilalui oleh arak-arakan.
Bahkan Camat Susukan, Sudarjo Adam berpendapat pesta rakyat tersebut bisa dijadikan ajang silaturahmi antarwarga sehingga semakin mempererat tali persaudaraan dan keakraban warganya.
"Ini merupakan wisata rakyat yang cukup menghibur terutama untuk anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga. Dengan adanya kegiatan ini saya yakin dapat mempererat hubungan kekeluargaan antarwarga sehingga kebersamaan dan kerukunan pun dapat terwujud," katanya. (M Taufik)
Sumber: http://www.antarajawabarat.com