Seoul - Semenanjung Korea, Senin (24/5), memanas lagi. Dua negara bertetangga, Korea Selatan dan Korea Utara, saling ancam dan saling meningkatkan keamanan di perbatasan. Pertikaian senjata mungkin bisa pecah apabila salah satu pihak terpancing mengambil ”tindakan tegas” terhadap pihak lain.
Ketegangan meningkat setelah tim investigasi multinasional pada pekan lalu mengumumkan hasil penyelidikan atas tenggelamnya kapal Cheonan milik Korea Selatan (Korsel), 26 Maret 2010. Kapal berbobot 1.200 ton itu tenggelam akibat ditorpedo oleh Korea Utara (Korut). Ketua tim investigasi Yoon Duk-young merilis banyak soal tindakan Korut itu.
Sebanyak 46 marinir di kapal korvet—kapal perang dengan fungsi sebagai kapal pemburu dan perusak—itu tewas, sedangkan 58 marinir lainnya selamat. Insiden terjadi di Laut Kuning, perairan barat Semenanjung Korea yang paling sensitif.
Presiden Korsel Lee Myung-bak berang. Dalam pidato yang disiarkan jaringan televisi, Senin (24/5), Lee mengatakan, ”Saya dengan sungguh-sungguh mendesak Korut agar segera meminta maaf kepada Korsel dan komunitas internasional.”
Jika tidak, Korsel akan mengambil tindakan tegas dan tidak akan pernah lagi membiarkan provokasi Korut tanpa pembalasan sepadan dari Korsel.
Lee memutuskan jalur perdagangan dan bantuan, melanjutkan propaganda anti-Korut, serta meminta dukungan internasional untuk memberikan sanksi keras kepada tetangganya itu. Di sektor perdagangan dan bantuan, ekspor barang-barang kebutuhan ke Korut akan dilarang.
Berdasarkan data Korsel, perdagangan Korsel dengan Korut didominasi produk-produk pertanian dan perikanan. Puncak perdagangan bilateral kedua negara terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 286 juta dollar AS.
Larangan perdagangan tak termasuk pengiriman barang dari dan ke kawasan industri Kaesong di Korut. Di sejumlah pabrik di Kaesong, banyak investor Korsel yang memakai tenaga kerja dengan upah murah untuk pembuatan sejumlah barang konsumsi.
Korsel juga melarang warganya melakukan perjalanan, termasuk perjalanan wisata ke Korut, terkecuali ke Kaesong. Jumlah pekerja di Kaesong akan berkurang. Tidak akan ada investasi baru dari Korsel ke wilayah Korut. Bantuan kemanusiaan akan ditangguhkan, kecuali untuk anak-anak.
Korsel juga tidak akan membiarkan kapal Korut melintasi perairan Selat Jeju dan pulau kecil di selatan, yang rutenya lebih pendek dan murah. Kapal-kapal itu diduga digunakan untuk mata-mata.
Di bidang militer, Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-young mengatakan, pihaknya akan melanjutkan propaganda anti-Korut yang disiarkan lewat pengeras suara di sepanjang perbatasan untuk mengusik militer Korut yang miskin. Propaganda ini terhenti tahun 2004.
Korsel juga akan segera mengadakan latihan antikapal selam bersama militer AS di lepas pantai barat semenanjung, tempat tenggelamnya Cheonan. Saat ini ada 28.000 tentara AS di Semenanjung Korea.
Perang habis-habisan
Lee mengatakan, Korsel akan membawa insiden penembakan terhadap Cheonan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menlu Korsel Yu Myung-hwan mengatakan, berbagai pilihan dipertimbangkan. Korsel akan memperjuangkan penegakan sanksi atas uji coba nuklir dan rudal yang menyebabkan Korut miskin.
Ancaman Seoul ditanggapi dingin oleh Pyongyang. Korut tetap membantah telah menyerang kapal Cheonan milik Korsel. Juru bicara Angkatan Laut Korut, Pak In Ho, mengatakan, setiap tindakan yang bermaksud menghukum Pyongyang sama artinya dengan perang.
Korut mengancam akan melancarkan ”perang habis-habisan” untuk menanggapi setiap tindakan terhadap Pyongyang. Jika Korsel sampai melakukan propaganda melalui pengeras suara di perbatasan, militer Korut akan menembak kendaraan dan orang yang terlibat dalam propaganda yang provokatif itu.
AS, Jepang, Inggris, dan Australia siap mendukung Korsel. Adapun China, sekutu Korut, bersikap netral. (AP/AFP/REUTERS/CAL)
Sumber: http://cetak.kompas.com
Ketegangan meningkat setelah tim investigasi multinasional pada pekan lalu mengumumkan hasil penyelidikan atas tenggelamnya kapal Cheonan milik Korea Selatan (Korsel), 26 Maret 2010. Kapal berbobot 1.200 ton itu tenggelam akibat ditorpedo oleh Korea Utara (Korut). Ketua tim investigasi Yoon Duk-young merilis banyak soal tindakan Korut itu.
Sebanyak 46 marinir di kapal korvet—kapal perang dengan fungsi sebagai kapal pemburu dan perusak—itu tewas, sedangkan 58 marinir lainnya selamat. Insiden terjadi di Laut Kuning, perairan barat Semenanjung Korea yang paling sensitif.
Presiden Korsel Lee Myung-bak berang. Dalam pidato yang disiarkan jaringan televisi, Senin (24/5), Lee mengatakan, ”Saya dengan sungguh-sungguh mendesak Korut agar segera meminta maaf kepada Korsel dan komunitas internasional.”
Jika tidak, Korsel akan mengambil tindakan tegas dan tidak akan pernah lagi membiarkan provokasi Korut tanpa pembalasan sepadan dari Korsel.
Lee memutuskan jalur perdagangan dan bantuan, melanjutkan propaganda anti-Korut, serta meminta dukungan internasional untuk memberikan sanksi keras kepada tetangganya itu. Di sektor perdagangan dan bantuan, ekspor barang-barang kebutuhan ke Korut akan dilarang.
Berdasarkan data Korsel, perdagangan Korsel dengan Korut didominasi produk-produk pertanian dan perikanan. Puncak perdagangan bilateral kedua negara terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 286 juta dollar AS.
Larangan perdagangan tak termasuk pengiriman barang dari dan ke kawasan industri Kaesong di Korut. Di sejumlah pabrik di Kaesong, banyak investor Korsel yang memakai tenaga kerja dengan upah murah untuk pembuatan sejumlah barang konsumsi.
Korsel juga melarang warganya melakukan perjalanan, termasuk perjalanan wisata ke Korut, terkecuali ke Kaesong. Jumlah pekerja di Kaesong akan berkurang. Tidak akan ada investasi baru dari Korsel ke wilayah Korut. Bantuan kemanusiaan akan ditangguhkan, kecuali untuk anak-anak.
Korsel juga tidak akan membiarkan kapal Korut melintasi perairan Selat Jeju dan pulau kecil di selatan, yang rutenya lebih pendek dan murah. Kapal-kapal itu diduga digunakan untuk mata-mata.
Di bidang militer, Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-young mengatakan, pihaknya akan melanjutkan propaganda anti-Korut yang disiarkan lewat pengeras suara di sepanjang perbatasan untuk mengusik militer Korut yang miskin. Propaganda ini terhenti tahun 2004.
Korsel juga akan segera mengadakan latihan antikapal selam bersama militer AS di lepas pantai barat semenanjung, tempat tenggelamnya Cheonan. Saat ini ada 28.000 tentara AS di Semenanjung Korea.
Perang habis-habisan
Lee mengatakan, Korsel akan membawa insiden penembakan terhadap Cheonan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menlu Korsel Yu Myung-hwan mengatakan, berbagai pilihan dipertimbangkan. Korsel akan memperjuangkan penegakan sanksi atas uji coba nuklir dan rudal yang menyebabkan Korut miskin.
Ancaman Seoul ditanggapi dingin oleh Pyongyang. Korut tetap membantah telah menyerang kapal Cheonan milik Korsel. Juru bicara Angkatan Laut Korut, Pak In Ho, mengatakan, setiap tindakan yang bermaksud menghukum Pyongyang sama artinya dengan perang.
Korut mengancam akan melancarkan ”perang habis-habisan” untuk menanggapi setiap tindakan terhadap Pyongyang. Jika Korsel sampai melakukan propaganda melalui pengeras suara di perbatasan, militer Korut akan menembak kendaraan dan orang yang terlibat dalam propaganda yang provokatif itu.
AS, Jepang, Inggris, dan Australia siap mendukung Korsel. Adapun China, sekutu Korut, bersikap netral. (AP/AFP/REUTERS/CAL)
Sumber: http://cetak.kompas.com