Menanti Kembali Medan Arts Festival

Medan, Sumut - Tak dapat dipungkiri, gelaran Medan Arts Festival 2010 lalu jadi salah satu pelepas dahaga akan even kesenian di Kota Medan. Lebih besar dari itu, pelbagai agenda seni yang digelar dapat dikaitkan kepada kepedulian terhadap lingkungan, nilai-nilai etis hingga estetika beretika.

Setidaknya hal itu diungkapkan Anita Daryatmo, Ketua Dewan Kesenian Medan (DKM) saat menutup even tersebut akhir Desember lalu.

Menurutnya, seni adalah salah satu ungkapan ekspresi manusia dari suatu proses penciptaan didasarkan atas nilai-nilai etis dan estetis. Festival seni ini merupakan upaya peningkatan apresiasi dan pengembangan seni di kalangan generasi muda Kota Medan dengan beragam acara seni yang berlangsung di berbagai tempat. Di samping Medan Arts Festival, sejumlah even kesenian, pertunjukan, perlombaan dan workshop seni juga digelar DKM.

Termasuk Parade Teater Tradisional yang menampilkan cerita rakyat Sumatera Utara di Gedung BM3. Parade ini menampilkan grup Teater Kencana Medan pimpinan Edwin Lubis, Teater Balerong Jaya dan Teater Komedi Jamal CS.

Pertunjukan seni teater ini berupaya menganalisis berbagai ragam tema, kecenderungan tema sosial lingkungan hidup dan lain hal. Begitu pula dalam pencapaian estetika. Teater tradisional ini mencoba keluar dari pakem tradisional dengan menawarkan bentuk seni yang inovatif.

Kepedulian akan sejarah dan budaya masa lalu juga masih dipertahankan. Salah satunya adalah Seni Ronggeng, yang ditampilkan di TVRI Medan. Seni ronggeng sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional Melayu nyaris punah. Dalam 20 tahun terakhir, ronggeng bahkan tak dikenal dan tak diminati oleh generasi muda.

Dari seluruh rangkaian kegiatan pertunjukan, perlombaan dan workshop seni Medan Arts Festival ini ditutup dengan seminar dan bengkel Zapin Nusantara dengan pembicara Tuanku Lukman Sinar Basyarsah SH II, H. Jose Rizal, SH dan DR. Muhammad Takari, Drs Muhammad Fadlin, dan Mukhlis dari Universitas Islam Riau. Sedangkan pembanding disampaikan oleh Erwin Syahfrudin. Acara seminar dan Bengkel Zapin Nusantara ini diikuti oleh 150 peserta dari Medan dan 50 peserta dari Riau.

Selain kembali menonjolkan budaya yang nyaris terlupakan, Festival Medan Art juga diharapkan menjalin keakraban dan ikatan persaudaraan dengan tujuan meningkatkan apresiasi, solidaritas dan kreativitas masyarakat khususnya seniman dalam upaya menggali potensi nilai-nilai tradisi, situs sejarah budaya berbagai etnis di Kota Medan.

Melihat kondisi zaman yang mulai terbuka sekarang ini, di masa depan karya seni hasil cipta seniman diharapkan akan lebih beragam. Indikasi dari hal itu sudah terlihat sekarang. Selain itu, ada sinyalemen akan muncul bentuk seni baru kontemporer tumbuh dalam keberagaman seni tradisional.

“Penciptaan dan penikmatan karya seni merupakan salah satu penopang kebudayaan yang mengandung nilai-nilai yang sangat berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengakrabkan kembali seni kepada masyarakat adalah dengan diadakannya berbagai even seni di Kota Medan,” terang Anita.

Nah, akankah gelaran serupa akan kembali jadi agenda tahun ini? Kalau memang arah ke sana telah dijadwal, hendaknya hal-hal lebih baik bisa direncanakan. Termasuk menggaet lebih banyak partisipan dan upaya menyatukan para seniman di Kota Medan dan sekitarnya yang mulai mengkotak-kotakkan diri.

Related Posts:

-