Jakarta - Sudah 12 tahun, es sekoteng menjadi salah satu jajanan favorit di Bogor. Apalagi di bulan puasa, jenis minuman ini menjadi rebutan untuk berbuka. Kebanyakan orang mengenal sekoteng yang dihidangkan panas-panas dengan campuran roti dan kacang hijau atau kacang goreng.
Nah, sekoteng yang ditawarkan Dino Jahtari, 45 tahun, yang berjualan es sekoteng di samping Toserba Bogor Permai, Jalan Jenderal Sudirman, Bogor, ini agak berbeda. Es sekotengnya terdiri atas sekoteng merah (pacar cina), kelapa muda, alpukat, dan susu kental.
Dino mengaku es sekoteng sebenarnya berasal dari Bandung, "Orang bilang pacar cina itu sekoteng, ya itu jadi namanya es sekoteng, " ujarnya.
Sekarang es sekoteng mulai jarang ditemukan di Kota Kembang. Dino merasa beruntung dikenal sebagai orang yang pertama menjual es sekoteng di Bogor. Ia mulai berjualan es sekoteng sejak harganya mulai dari Rp 1.500 sampai sekarang menjadi Rp 7.500 per porsi. Selain minuman ini, ia juga menawarkan siomay yang harganya Rp 10 ribu per porsi. Usaha ini ia rintis pada 1996 ketika rumah makan Gudeg Yogya miliknya yang terletak di Gedung Lautan Jalan Jenderal Sudirman bangkrut.
Selama Ramadan, Dino tak memasang tenda agar tak ada orang yang makan atau minum di waktu puasa. Walhasil, kebanyakan orang membeli es sekoteng untuk hidangan berbuka. Selain es sekoteng, ada juga minuman lain yakni es kopyor asli seharga Rp 15 ribu yang menggunakan kelapa asli. Bahkan kelapa tersebut didapat dari Pusat Bioteknologi dan Perkebunan Taman Kencana, Bogor.
"Saya ditawari kelapa kopyor. Setelah saya cek, ternyata semuanya isinya kopyor," kata Dino. Karena kelapanya harus kopyor, dia mengaku sering kekurangan bahan baku.
Meski banyak diminati, Dino tidak pernah membuka cabang di mana pun. Tapi setahun terakhir ini, pedagang yang mengikuti jejak Dino lumayan banyak. Tapi bila dibanding dengan es sekoteng Bogor Permai, rasa dan campurannya agak berbeda. Dino pun menanggapi kemunculan penirunya dengan positif.
Warung es sekoteng Dino kini mempekerjakan delapan karyawan dan mampu menjual 250-300 kantong dalam sehari. Di bulan puasa, ia menemukan berkah. Meskipun buka sejak pukul 13.00, tapi hasil penjualannya minimal sama, bahkan lebih banyak dibanding hari biasa di mana ia berjualan sejak pukul 09.00. (Deffan Purnama)
Sumber: www.tempointeraktif.com (29 September 2008)