Gunung Kelud Menarik Pemudik untuk Mampir

Kediri- Di tengah lalu-lalang arus lalu lintas mudik lebaran yang padat, sejumlah pemudik menyempatkan diri mampir ke Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (29/9). Pemudik yang rata-rata sedang dalam perjalanan menuju Surabaya, Malang, Jember hingga Bali, ketika tiba di sekitar Kediri, memutuskan sejenak mampir ke Gunung Kelud.

"Mumpung lewat dekat Kediri kami sempatkan melihat dari dekat Gunung Kelud yang katanya memiliki anak gunung," kata Cahyo Pradipto, pemudik dari Jakarta yang sedang dalam perjalanan menuju Jember. Dia mampir ke Kelud sekalian untuk melepas lelah setelah menempuh lebih dari separuh perjalanan.

Menurut Cahyo, selama ini dia hanya bisa mengikuti perkembangan Kelud lewat media masa, baik cetak maupun televisi. Begitu ada kesempatan mudik lebaran lewat Kediri, Cahyo bersama keluarga memutuskan mampir ke Kelud. "Kalau nggak disempatkan begini pasti nggak akan pernah sampai ke Kelud. Ternyata anak gunung itu luar biasa sekali," kata Cahyo.

Gunung berketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut itu saat ini masih dinyatakan berstatus waspada (level II) dan belum diturunkan ke aktif normal (level I). Setahun lalu, Kelud menembus status Siaga (level III) hingga status Awas (level IV). Dengan tetap berlakunya status Waspada di Kelud, seharusnya radius larangan 1,5 kilometer tetap ditaati. Namun atas Pemerintah Kabupaten Kediri jarak larangan diperpendek menjadi 150 meter.

Sejak dibuka Bupati Kediri, Sutrisno, pada awal Agustus 2008 lalu, kawasan wisata Gunung Kelud terus dibanjiri pelancong. Pengunjung rata-rata tertarik melihat kubah lava yang menyerupai anak gunung yang telah mendekonstruksi kawah Kelud. Pembukaan melalui rapat koordinasi Pemkab Kediri dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung.

Kompromi memperpendek radius larangan disepakati dengan syarat, Pemkab Kediri harus mendirikan pos penjagaan di dekat kubah lava yang akrab disebut anak gunung Kelud. Sekeliling kubah lava dipasang pembatas untuk menghindari pengunjung yang nekat menjamah dan pos penjagaan dilengkapi petugas emergensi dan pemandu. "Petugas harus benar-benar melarang pengunjung yang mendekat. Tidak ada yang bisa menerka bahaya yang sewaktu-waktu terjadi di Kelud," kata Khoirul Huda, seorang vulkanolog.

Pemerintah Kabupaten Kediri sendiri berusaha menjaga keamanan dengan menempatkan petugas. "Meski banyak pengunjung, kami tetap mengutamakan faktor keamanan. Kami terus berkoordinasi dengan pusat vulkanologi untuk memantau situasi," kata Sigit Rahardjo, Kepala Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemkab Kediri.

Sejak abad ke-15 Gunung Kelud telah banyak memakan korban lebih. Letusan terbesar tercatat pada tahun 1586 dengan korban jiwa sekitar 10 ribu orang. Pada abad 20, gunung meletus lima kali dengan sekala besar, yaitu tahun 1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990. Dan pada akhir 2007 Kelud kembali mengamuk dan berbuah anak gunung. (Dwidjo U. Maksum)

Sumber: www.tempointeraktif.com (29 September 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts