Momentum Imlek di Tengah Visit Kalbar 2010

Oleh Karlina Yulianava SSi*

Beberapa hari lagi masyarakat keturunan Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Cina yang biasa disebut: IMLEK. Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting masyarakat Tionghoa. Perayaan Imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama pada penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke lima belas (di kala bulan purnama). Malam tahun baru Imlek dikenal sebagai Chúx yang berarti "Malam Pergantian Tahun".

Masyarakat Tionghoa Negeri ini berhutang budi pada Almarhum Mantan Presiden K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang mencabut Inpres Nomor 14 tahun 1967 yang melarang perayaan Imlek, sehingga kaum minoritas ini dapat merayakan Imlek secara bebas dan terbuka. Juga kepada Mantan Presiden Ibu Megawati Soekarnoputri yang pernah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2002 yang meresmikan Imlek sebagai Hari Libur Nasional. Sehingga sejak tahun 2003, Imlek dirayakan masyarakat Tionghoa secara nasional. Terimakasih Gus Dur dan Ibu Mega.

Perayaan Imlek di Kalbar
Sebagai insan yang pernah menghabiskan masa kecil di Kalbar, saya masih ingat betul betapa masyarakat Kalbar yang terdiri dari berbagai suku bangsa, seperti suku Dayak, Melayu, Madura, Jawa, Batak, Manado, dan lain sebagainya, begitu menghargai dan bertoleransi pada kalangan Tionghoa saat perayaan Imlek. Meskipun saat itu masih di era Orde Baru dan Imlek belum diresmikan sebagai hari libur nasional.

Kalangan Tionghoa di Kalbar dari tahun ke tahun selalu merayakan Imlek dalam suasana aman, damai, dan tentram. Momentum Imlek di Kalbar merupakan cermin nyata Bhinneka Tunggal Ika, dimana kalangan Tionghoa begitu dihargai eksistensinya.

Salah satu ritual Imlek yang terkenal di Kalbar adalah perayaan Cap Goh Meh di Singkawang. Kota yang berjulukan kota seribu kuil, karena begitu banyaknya kuil di kota ini, memiliki tradisi yang unik, yaitu arak-arakan Para Tatung menuju Vihara atau Klenteng.

Tatung adalah sekelompok orang yang memiliki keistimewaan karena ilmu kekebalan tubuh yang dikuasainya. Para Tatung berasal dari berbagai Vihara yang tersebar di seluruh penjuru Singkawang. Dalam satu Vihara atau Klenteng biasanya terdapat beberapa orang Tatung.

Pada hari Cap Go Meh, yaitu hari ke 15 setelah Imlek, para Tatung akan berkumpul untuk bersembahyang kepada Langit di Altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung ini ditandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang atau paku tajam, sambil menunjukkan kekebalan tubuhnya.

Beberapa Tatung akan menaiki tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 hingga 72 tangga. Semakin naik ke atas, maka semakin kuat ilmu sang Tatung. Ada pula yang beratraksi menusukkan besi tajam ke wajahnya tanpa luka sedikitpun.. Dapat dikatakan ritual Para Tatung ini sebagai “Ilmu Debusnya” kaum Tionghoa. Ritual Para Tatung ini konon merupakan warisan Nenek Moyang sejak ratusan tahun yang lalu. Tradisi unik ini merupakan objek pariwisata yang menarik bagi para wisatawan.

Menggali Ide Visit Kalbar 2010
Momentum Imlek dan Cap Go Meh ditengah Visit Kalbar 2010 merupakan kesempatan emas bagi masyarakat Propinsi ini untuk mempromosikan Jantung Khatulistiwa di mata turis domestik maupun internasional. Banyak ide yang bisa digali untuk memanfaatkan momentum ini.

Yang pertama adalah meningkatkan peran media massa, baik cetak maupun elektronik untuk mempromosikan secara maksimal seluruh prosesi perayaan Tahun Baru Cina. Termasuk peran komunitas dunia maya, melalui Facebook, Twitter, dan jejaring sosial lainnya dalam membuka mata dunia tentang keaneka ragaman budaya Kalbar. Promosi merupakan Marketing Tool terbaik untuk menarik minat wisatawan mengunjungi Propinsi tercinta ini..

Terbersit di benak saya, seandainya di Kalimantan Barat dapat diadakan Pemilihan “Koko dan Cece” untuk menyemarakkan agenda Visit Kalbar 2010. Pemilihan putra putri keturunan Tionghoa ini sudah diadakan terlebih dahulu di Jakarta dengan sebutan Pemilihan “Koko dan Cici” yang menarik minat banyak muda mudi kalangan ini setiap tahunnya.

Kontes ini akan membuka peluang bagi kaum muda Kalbar menunjukkan bakat dan potensi yang dimilikinya, selain Pemilihan “Bujang dan Dare” yang sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Pemilihan “Koko dan Cece” tentunya juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana promosi wisata “Khuntien”.

Pontianak mau tak mau pasti diidentikkan dengan Tugu Khatulistiwa, yang merupakan satu-satunya monumen di dunia yang berada tepat di titik garis Equator. Sudah saatnya kita mengembalikan kejayaan Tugu Khatulistiwa dengan meningkatkan kebersihan tugu kebanggaan itu. Sehingga setiap orang yang datang ke Tugu tersebut akan merasa nyaman menikmati keindahan bangunan bersejarah ini.

Peran Pemerintah Daerah dan segenap masyarakat setempat sangat dinantikan untuk mewujudkannya. Tak ada salahnya jika tradisi memberikan Sertifikat pada setiap pengunjung Tugu Khatulistiwa seperti beberapa tahun lalu dapat dihidupkan kembali, sehingga siapapun yang melintasi monumen ini akan merasa bangga. Penerapan jurus “Experiential Marketing” (teknik pemasaran dengan menciptakan pengalaman yang berkesan bagi konsumen) agaknya perlu diterapkan dalam hal ini.

Salah satu keunggulan Kalbar terdapat pada kuliner-nya yang beraneka ragam dan enak, seperti: kwetiau, aneka sayur dan seafood, pisang goreng, aneka bubur, nasi campur, masakan khas Tiociu, dan lain sebagainya.

Ini tentunya dapat dijadikan wisata kuliner yang menarik dalam agenda Visit Kalbar 2010. Dengan adanya keunggulan ini, sangat disayangkan apabila masakan Kalbar kurang dikenal di mata Indonesia dan dunia. Kita dapat memperkenalkan kuliner Kalbar dengan cara mengajak para pengusaha untuk menerapkan sistem Franchise (waralaba) dalam menjual aneka kuliner Propinsi kita.

Saya yakin kuliner kita memiliki keistimewaan dan tempat tersendiri di hati penikmat kuliner Nusantara.

Adakah Ide Lainnya?
Diakhir tulisan ini saya ingin mengajak rekan-rekan pembaca menuangkan ide-ide kreatif lainnya untuk mensukseskan agenda Visit Kalbar 2010 demi kejayaan Propinsi kebanggaan kita bersama. Selamat hari raya Imlek. Gong Xi Fa Chai. (* : Pegiat sosial)

Sumber: http://www.equator-news.com

Related Posts:

-