Medan - Kalangan industri pariwisata di Sumatera Utara (Sumut) mendesak pemerintah memperbaiki jalan dari dan menuju Danau Toba termasuk objek wisatanya, karena turis semakin enggan datang ke kawasan yang ironisnya masih menjadi andalan pariwisata Sumut itu.
"Sangat menyakitkan ketika mempromosikan Danau Toba di Natas Fair (Singapura) maupun di Matta Fair 2010 (Malaysia) Februari dan pertengahan Maret lalu. Para pengunjung termasuk perusahaan perjalanan wisata di dua negara itu mengaku malas ke Danau Toba, bahkan ada yang bertanya apakah danau itu masih ada," kata eksekutif travel biro "Synergi Ravelino T&T", Yulhendry, di Medan, Selasa.
Dia berbicara dalam kegiatan evaluasi keikutsertaan di Natas Fair 2010 dan Matta Fair 2010 yang digelar Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumut dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut yang dimaksudkan untuk mencari masukan dari peserta.
Kalau jalan menuju Danau Toba dan objek di kawasan itu tidak diperbaiki juga, menurut dia, diyakini Sumut akan semakin kehilangan pasar, apalagi persaingan menjual pariwisata antara provinsi semakin ketat.
"Lalu kalau Sumut tidak bisa menjual Danau Toba, mau jual apa lagi. Apalagi objek wisata lainnya juga kondisinya sama saja seperti Berastagi yang juga kurang terawat," katanya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumut, Arthur Batubara, menyebutkan, pihaknya sudah berulang kali meminta bahkan mendesak pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah dimana Danau Toba berlokasi untuk memperbaiki jalan dan memelihara objek wisata itu.
"Tetapi memang belum ada solusi, namun pelaku industri wisata tidak boleh putus asa. Promosi harus tetap dijalankan," katanya.
Apalagi, kata dia, semua daerah dewasa ini semakin gencar mempromosikan pariwisata daerahnya, yang tercermin dari semakin banyaknya jumlah peserta dari Indonesia yang mengikuti Natas Fair dan Matta Fair itu.
Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumut, Dewi Yunita, menegaskan, promosi ke Singapura dan Malaysia harus tetap dilakukan karena dua negara itu tetap menjadi andalan pemasok wisatawan ke Sumut.
"Jangan putus asa, sembari menunggu kesadaran dan kemampuan pemerintah untuk memperbaiki jalan dan objek wisata, promosi harus tetap jalan. Industri pariwisata harus jemput bola ke Singapura dan Malaysia karena dua negara itu menjadi andalan Sumut," katanya.
Kepala BPS Sumut Alimuddin Sidabalok menyebutkan, pada Januari 2010 kunjungan wisatawan Malaysia mendominasi kedatangan ke Sumut atau mencapai 56,18 persen.
Dari 14.067 orang wisatawan mancanegara (wisman) ke Sumut pada Januari 2010 itu, tamu asal Malaysia mencapai 7.903 orang dan terbesar kedua dari Singapura sebanyak 638 orang.
"Di tahun-tahun 1990-an kunjungan terbanyak memang dari Eropa, namun sejak beberapa tahun terakhir ini dari ASEAN khususnya Malaysia dan Singapura," katanya. (T.E016/R014/P003)
Sumber: http://www.antaranews.com
"Sangat menyakitkan ketika mempromosikan Danau Toba di Natas Fair (Singapura) maupun di Matta Fair 2010 (Malaysia) Februari dan pertengahan Maret lalu. Para pengunjung termasuk perusahaan perjalanan wisata di dua negara itu mengaku malas ke Danau Toba, bahkan ada yang bertanya apakah danau itu masih ada," kata eksekutif travel biro "Synergi Ravelino T&T", Yulhendry, di Medan, Selasa.
Dia berbicara dalam kegiatan evaluasi keikutsertaan di Natas Fair 2010 dan Matta Fair 2010 yang digelar Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumut dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut yang dimaksudkan untuk mencari masukan dari peserta.
Kalau jalan menuju Danau Toba dan objek di kawasan itu tidak diperbaiki juga, menurut dia, diyakini Sumut akan semakin kehilangan pasar, apalagi persaingan menjual pariwisata antara provinsi semakin ketat.
"Lalu kalau Sumut tidak bisa menjual Danau Toba, mau jual apa lagi. Apalagi objek wisata lainnya juga kondisinya sama saja seperti Berastagi yang juga kurang terawat," katanya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumut, Arthur Batubara, menyebutkan, pihaknya sudah berulang kali meminta bahkan mendesak pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah dimana Danau Toba berlokasi untuk memperbaiki jalan dan memelihara objek wisata itu.
"Tetapi memang belum ada solusi, namun pelaku industri wisata tidak boleh putus asa. Promosi harus tetap dijalankan," katanya.
Apalagi, kata dia, semua daerah dewasa ini semakin gencar mempromosikan pariwisata daerahnya, yang tercermin dari semakin banyaknya jumlah peserta dari Indonesia yang mengikuti Natas Fair dan Matta Fair itu.
Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumut, Dewi Yunita, menegaskan, promosi ke Singapura dan Malaysia harus tetap dilakukan karena dua negara itu tetap menjadi andalan pemasok wisatawan ke Sumut.
"Jangan putus asa, sembari menunggu kesadaran dan kemampuan pemerintah untuk memperbaiki jalan dan objek wisata, promosi harus tetap jalan. Industri pariwisata harus jemput bola ke Singapura dan Malaysia karena dua negara itu menjadi andalan Sumut," katanya.
Kepala BPS Sumut Alimuddin Sidabalok menyebutkan, pada Januari 2010 kunjungan wisatawan Malaysia mendominasi kedatangan ke Sumut atau mencapai 56,18 persen.
Dari 14.067 orang wisatawan mancanegara (wisman) ke Sumut pada Januari 2010 itu, tamu asal Malaysia mencapai 7.903 orang dan terbesar kedua dari Singapura sebanyak 638 orang.
"Di tahun-tahun 1990-an kunjungan terbanyak memang dari Eropa, namun sejak beberapa tahun terakhir ini dari ASEAN khususnya Malaysia dan Singapura," katanya. (T.E016/R014/P003)
Sumber: http://www.antaranews.com