Cendera Mata Indonesia 2008

Jakarta- Bintang film senior Christine Hakim mengaku senang mendengar kabar Depbudpar kini tertarik mengeksploitasi karya-karya lukis sebagai cendera mata. “Saya pernah mengusulkan itu ke Depbudpar beberapa tahun lalu. Kalau sekarang mulai diwujudkan, alhamdulillah. Soalnya, banyak lukisan milik maestro Indonesia yang bisa diberdayakan sebagai cendera mata.”

Tentu saja karya lukis milik maestro yang akan dijadikan cendera mata itu direproduksi dulu. “Saya melihat besar sekali manfaatnya itu," ujar Christine Hakim ketika berbincang dengan Suara Karya di Jakarta, Senin kemarin, menanggapi aktivitas Depbudpar yang baru-baru ini mengeksplorasi koleksi cendera mata hasil karya pelukis maestro Indonesia.

“Saya sendiri, bahkan banyak juga artis lain di Indonesia, suka menjadikan reproduksi lukisan maestro sebagai cendera mata ketika bepergian ke luar negeri. Ternyata cendera mata semacam itu malah disukai di luar negeri, terutama sekali bagi kalangan seni budaya Indonesia, khususnya mereka yang mencintai lukisan," kata Christine Hakim.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, melalui Direktorat Kesenian, Sabtu (13/12) lalu, menggelar acara Citra Cendera Mata Indonesia 2008 di Galeri Nasional, Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta. Acara yang dimeriahkan ratusan murid dari 20 SDN di Jakarta itu juga mempertunjukkan kegiatan anak-anak dalam melukis di atas caping, layang-layang, payung tasikmalaya, melukis asbak dan gelas dari bahan tanah lempung, dan beragam aktivitas menarik khas anak-anak lainnya. Dipamerkan pula lukisan di atas dasi, gelas keramik, aksesori pintu kulkas, pin, topi, dan alas tetikus (mouse).

Menurut Surya Yuga, Direktur Kesenian Ditjen Nilai Budaya, Seni dan Film Depbudpar, lukisan yang dibuat anak-anak sekolah dasar itu juga bisa dijadikan cendera mata yang menarik. "Lihat dan perhatikan lukisan anak-anak itu, lucu-lucu dan indah. Pasti bisa dijadikan cendera mata. Kalau di luar negeri, lukisan sebagai cendera mata memang disukai," tutur Surya Yuga.

Pejabat yang hobi memancing ini yakin sekali, jika karya lukis bisa diterima masyarakat umum sebagai cendera mata yang menarik, maka makin bertambahlah bentuk-bentuk cendera mata khas Indonesia.

Betapa tidak, Indonesia punya banyak sekali lukisan karya pelukis maestro yang hingga kini tersimpan di Galeri Nasional. Beberapa di antara lukisan maestro itu dipamerkan dalam Citra Cendera Mata Indonesia 2008. Ada lukisan "Ekspresi Tari" buatan tahun 1960 karya Bagong Kusudiardjo, lukisan "Tentang Banyuwangi" buatan tahun 1960 karya Achmad Sadeli, lukisan "Merapi Tak Kunjung Padam" buatan tahun 1952 karya Basuki Abdullah, lukisan "Barong" buatan tahun 1974 karya Affandi, lukisan "Calon Arang" buatan tahun 1968 karya Nyoman Gunarsa, lukisan "Gadis Pantai" buatan tahun 1952 karya Mochtar Apin. Bahkan, ada lukisan yang berusia lebih dari satu abad seperti lukisan "Badai" buatan tahun 1852 karya Raden Saleh.

Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus Sukmana, mengemukakan, di museum yang dipimpinnya masih banyak lukisan maestro lain yang bentuknya unik-unik dan pasti menarik jika dijadikan cendera mata khas Indonesia. Untuk menjadikannya sebagai "buah tangan" para wisatawan, pihak Depbudpar sudah melakukan sosialisasi ke dalam bentuk reproduksi lukisan karya-karya maestro.

"Di mancanegara repoduksi lukisan karya maestro sudah sering dijadikan cendera mata. Lukisan itu ada yang cukup digulung, lalu dimasukkan ke dalam tabung khusus, juga ada yang langsung dibingkai. Kita juga bisa menerapkan cara seperti itu. Saya sering melihat artis kita membeli cendera mata berupa lukisan di dalam tabung. Ada juga yang langsung dibingkai. Kita bisa melakukan semua itu," kata Tubagus Sukmana. Bagaimana menurut Anda? (Ami Herman)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com (16 Desember 2008)

Related Posts:

-