Bintan, Kepri- Keindahan kawasan wisata Lagoi di pesisir Bintan Utara sudah terkenal ke seluruh dunia. Hampir 90 persen pengunjungnya dari luar negeri. Untuk mengenjot wisata domestik, pengelola dan Pemkab Bintan terus melakukan promosi walaupun dari APBD dananya minim.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bintan juga terbesar dari Lagoi. Tapi, untuk mendukung sarana parawisata tersebut, instansi terkait sepertinya kurang memperhatikan sarana infrastruktur seperti jalan memadai dan lampu jalannya.
Sekaligus mendukung tekad Pemkab Bintan untuk menggaet kunjungan wisatawan 1 juta orang ke daerah ini sekitar tahun 2010-2011. Semakin banyak jumlah kunjungan pelancong ke Lagoi, semakin besar pula pendapatan asli daerah Kabupaten Bintan. Saat ini ada sekitar 9 resort di kawasan wisata Lagoi, yaitu Nirwana Resort Hotel, Indra Maya Villa, Mayang Sari, Banyu Biru, Nirwana Beach Club, Banyan Tree, Angsana, Club Med dan Bintan Lagoon.
Termasuk tiga lapangan golf berstandar internasional, dan termasuk yang terbaik di Asia di kawasan yang mulai dibangun sekitar awal tahun 1990-an ini. Walau jumlah tempat wisatanya masih bisa dihitung dengan jari, namun sumbangannya ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah yang terbesar dari semua pendapatan asli yang diperoleh Kabupaten Bintan. Jumlahnya sekitar Rp5 miliar hingga Rp6 miliar setiap bulan atau sekitar Rp60 miliar sampai Rp72 miliar setiap tahunnya. Jumlahnya tergantung dari banyaknya pengunjung yang menginap dan makan minum di Lagoi.
Menurut Kepala Bidang Pendapatan Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD) Bintan Drs Panca Azdiguna, sampai September 2008 jumlah PAD dari kawasan pariwisata di Lagoi sudah sekitar Rp60 miliar. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan sumbangan dari sektor lainnya bagi pendapatan asli daerah daerah ini.
Ada beberapa sumber pemasukan dari kawasan wisata Lagoi, sehingga mampu menyumbangkan puluhan miliar rupiah ke PAD Kab Bintan. Seperti, pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan pajak hiburan. ``Sebulan rata-rata sekitar Rp5 miliar sampai Rp6 miliar, semakin ramai yang berkunjung semakin besar juga PAD Bintan,” kata Panca.
Pertengahan tahun dan akhir tahun termasuk bulan yang paling ramai kunjungan wisman ke Lagoi. Sebagaimana pernah disampaikan salah satu manajer di Nirwana Resort Lagoi, Yudhianto. Ini terkait dengan masa liburan panjang pelajar di luar negeri yang berlangsung di tengah dan akhir tahun. Selain bulan-bulan libur, kawasan ini juga ramai saat perayaan hari besar di luar negeri. Karena setiap perayaan hari besar itu para pekerja di luar negeri libur.
Ironisnya, tekad mendatangkan 1 juta wisatawan dan besarnya sumbangan sektor pariwisata yang disumbangkan sektor pariwisata, khususnya dari kawasan wisata Lagoi ternyata belum membuat jalan raya yang menghubungkannya dari Tanjungpinang dan Tanjunguban, Bintan mulus. Padahal, adanya jalan raya yang mulus alias memadai menjadi faktor penting bagi pengembangan pariwisata. Selain juga promosi, yang dana promosi wisatanya di APBD juga masih sangat minim. Walau, sektor ini penyumbang PAD terbesar.
Jalan raya yang menghubungkan Tanjungpinang – simpang Lagoi di Batu 66 masih sempit, naik turun dan berbelok dengan tikungan tajam di beberapa tempat. Belakangan, di beberapa titik jalan sudah bermunculan lubang yang bisa membahayakan pengguna jalan. Apalagi jika malam hari, karena kurangnya rambu lalu lintas dan tiadanya lampu penerangan jalan nyaris di sepanjang jalan tersebut. Begitu juga dari Tanjungpuban – simpang Lagoi yang berjarak sekitar 24 kilometer.
Kondisi serupa juga terjadi pada jalan raya yang menuju ke kawasan pariwisata Pantai Trikora yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Tanjungpinang. Padahal, di kawasan ini juga terdapat beberapa tempat wisata yang dikelola secara profesional oleh manajemen Bintan Agro Resort. Padahal, saat ini sarana transportasi utama wisatawan domestik dari Jakarta harus melalui Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF), Tanjungpinang. Tentunya ada yang lewat Batam. Ada keinginan untuk membangun sebuah bandara baru di sekitar kawasan Busung, namun sampai sekarang masih sebatas wacana. Apalagi, Menhub Djusman Sjafii Jamal saat meresmikan penggunaan kapal KM Gunung Bintan di Tanjungpinang, minta semua pihak berkonsentrasi pada peningkatan kualitas Bandara RHF Tanjungpinang.
Dari Tanjungpinang kawasan wisata Lagoi yang berjarak sekitar 80-an kilometer, dan harus ditempuh dengan jalan darat. Sedangkan dari Tanjunguban sekitar 30-an kilometer. Jika dari Batam bisa ditempuh melalui pelabuhan Telaga Punggur, dan setiap hari ada speedboat yang melayani trip Telaga Punggur – Terminal Feri Bintan Telani, Lagoi.
Selain dengan speedboat, bagi yang ingin membawa kendaraan sendiri dari Batam ke Lagoi bisa menggunakan kapal penyeberangan atau kapal roro, juga setiap hari secara rutin. Bedanya, jika menggunakan speedboat turunnya langsung di terminal feri dan sudah di dalam kawasan wisata Lagoi. Sedangkan jika membawa kendaraan sendiri, turunnya di Tanjunguban, dan harus menempuh jalan darat sekitar 30-an kilometer lagi.
Jarak itu relatif tidak terlalu jauh, dan jika di Batam mungkin bisa ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam atau kurang dengan menggunakan mobil pribadi. Namun, dari Tanjunguban ke Lagoi, tak cukup waktu setengah jam untuk menempuhnya. Meskipun kondisi mobil bagus, dan cuaca cerah. Begitu dari Tanjungpinang ke Lagoi yang jaraknya lebih jauh, waktu tempuhnya minimal satu jam. Itu baru sampai di simpang Lagoi yang berjarak sekitar 66 kilometer dari Tanjungpinang.
Kondisi yang jalan yang sempit mulai dari batu 16 hingga batu 66 arah Tanjunguban, menjadi salah satu penyebab terbesarnya. Bukan hanya sempit, jalan raya yang dirintis Jepang mulai di sekitar batu 20-an (simpang Gesek, red) itu juga berliku-liku dengan tikungan tajam di beberapa titiknya.
Seperti jalan raya dari Pekanbaru ke Padang tempo dulu yang menyusuri punggung Bukit Barisan.
Bagi yang belum terbiasa, perlu ekstra hati-hati karena jalan ini sekarang ramai dengan lalu lintas kendaraan, termasuk alat berat di sekitar batu 50-an. Ditambah lagi di sepanjang jarak itu terdapat sejumlah perkampungan, sehingga kendaraan tidak mungkin dipacu kencang. Bisa saja dilakukan tapi dengan resiko laka lantas yang lebih besar.
Saat ini Pemkab Bintan sedang membangun jalan lintas barat, yang dimulai dari sekitar batu 16. Namun, sampai sekarang tak kunjung selesai, dan jalan inipun saat ini hanya lebar di sekitar simpang batu 16 saja, sedang di dalamnya lebarnya nyaris serupa dengan jalan lama.
Jika jalan ini cepat selesai, lebar, punya lampu jalan, dan rambu lantas yang cukup, mungkin jarak antara Tanjungpinang dengan Lagoi bisa lebih dekat dan bisa lebih cepat ditempuh. Sekaligus bisa merealisasikan target 1 juta jumlah kunjungan wisatawan ke Bintan. Apalagi, jika disertai dengan peningkatan dana promosi pariwisata di APBD Kabupaten Bintan.
Sumber: www.batampos.co.id (01 November 2008)