Malioboro Unggul di Living Culture

Yogyakarta-- "Living Culture" atau suasana budaya di suatu masyarakat yang masih tetap terbangun dan berkembang adalah letak keunggulan wisata yang ditawarkan oleh Malioboro.

"Suasana yang ditawarkan Malioboro tidak dapat ditemukan di daerah lain, atau di wilayah sekitar Yogyakarta seperti Jawa Tengah atau Jawa Timur, bahkan di Indonesia sekalipun," kata Kepala Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Prof. Dr. Ir. Chafid Fandeli, di Yogyakarta, Senin.

Menurut Chafid, "living culture" yang ditawarkan oleh Malioboro adalah suasana tenteram dan interaksi yang terjadi antar komponen di Malioboro memberikan kesan mendalam kepada wisatawan yang berkunjung.

Ia mencontohkan, kawasan di depan Gedung Agung pada Sabtu malam banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbaur dan suasana tersebut sangat dirindukan oleh wisatawan, khususnya oleh wisatawan manca negara.

"Suasana tenteran dan interaksi antar masyarakat yang cukup erat ternyata menjadi salah satu daya tarik kuat bagi wisatawan manca," katanya.

Ikon Malioboro, lanjut Chafid, sudah melekat sejak lama dan menjadi tempat di Yogyakarta yang memiliki hubungan emosional bagi yang tinggal atau yang pernah berkunjung ke Yogyakarta.

Chafid melanjutkan, stake holder pariwisata kemudian menyadari kekuatan tersebut sehingga banyak yang memanfaatkannya dengan mengisinya melalui berbagai kegiatan, seperti kesenian.

"Misalnya dengan membuat pentas musik, menjajakan cinderamata atau menyajikan berbagai kuliner khas Yogyakarta dan itu semua bisa dijadikan obyek pariwisata," katanya.(ANT) JY

Sumber: www.kompas.com (21 Oktober 2008)

Related Posts:

-