Banjarmasin, Kalsel - Saat ini, hampir semua rumah adat di Indonesia hampir punah. Begitu juga dengan rumah adat Banjar bubungan tinggi. Agar rumah adat di Indonesia tak punah, tapi tetap bisa mengikuti perkembangan zaman, pemilik rumah bisa memodifikasinya dengan bahan dan bentuk khusus.
Tak dipungkiri, kini warga Banjar lebih memilih membangun rumah bergaya modern dibanding rumah Banjar. Memang ada beberapa rumah bubungan tinggi yang baru dibangun, tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari, terutama untuk perkantoran pemerintah. Sebut saja gedung DPRD Kalsel di Jalan Lambung Mangkurat, Kantor Gubernur Kalsel dan kantor PT Pertani di Jalan tembus Kilometer 6 Banjarmasin.
Gedung DPRD Kalsel dan PT Pertani merupakan rumah bubungan tinggi yang sudah disesuaikan dengan kemajuan zaman di mana bahan bangunannya tidak lagi dari kayu ulin, tapi dari beton semen dan berlantai keramik.
Karyawan PT Pertani, Sarwono mengatakan, mereka memilih rumah khas Banjar tersebut karena untuk melestarikan budaya Banjar. "Kantor PT Pertani di Jawa Tengah pun merupakan rumah adat setempat, yaitu rumah Joglo," katanya.
Menurut dia, salah satu kelebihan rumah bumbungan tinggi adalah sirkulasi udara lebih terbuka sehingga lebih sejuk di dalam rumah. "Makanya karyawan perusahaan kami betah bekerja karena suasananya sejuk. Walaupun udara di luar panas, di dalam ruangan tetap sejuk karena bubunggan rumah sangat tinggi sekitar lima meter. Bentuknya lancip dengan konstruksi atap pelana, membentuk sudut 45 derajat. Apalagi gedung ini dindingnya terbuat dari beton, sehingga terasa lebih dingin," paparnya.
Menurut Kasi Keuangan dan Umum PT Pertani ini, di kantornya terdapat tangga depan (tangga hadapan). Di kanan kiri tangga terdapat semacam pagar ukir dengan motif bunga dan hiasan buah nanas.
Lepas dari tangga, terdapat palataran yang digunakan untuk tempat santai. Halaman yang luas digunakan untuk parkir mobil dan kendaraan karyawan. "Kalau rumah bubungan asli, anjungan rumah terbuka. Karena ini perkantoran, dimanfaatkan sebagai ruang tamu. Untuk memperindah ruangan, kita beri gorden seng yang bisa membuka dan menutup," paparnya.
Dia menyarankan, masyarakat Banjar harus mempertahankan rumah bubungan tinggi. Agar kelihatan kokoh, jangan ragu membangun dengan beton dan dimodifikasi dengan gaya modern.
Rudi Ahadi, warga Jalan Gatot Subroto, Kompleks Mandastan mengatakan, cukup prihatin dengan punahnya rumah bubungan tinggi. "Sekarang ini orang lebih memilih membangun rumah bergaya modern dibanding rumah asli Banjar. Rumah Banjar seperti bubungan tinggi dianggap ketinggalan zaman dan membangunnya menelan biaya lebih besar, padahal itu tidak benar," paparnya.
Sebenarnya, lanjut dia, jika dimodifikasi, rumah bubungan tinggi bisa lebih menarik. Malah bentuk rumah Banjar itu banyak keuntungannya, yaitu aman dari banjir yang beberapa tahun ini melanda Kota Banjarmasin.
"Tiang rumah bubungan tinggi sekitar 2,5 sampai 3 meter, sehingga walaupun banjir datang saat musim hujan disertai air pasang, penghuni rumah tak perlu risau. Lantai rumahnya tak bakalan kebanjiran," ucapnya.
Membangun rumah bubungan tinggi, lanjut dia, memang lebih mahal dibanding bangunan biasa. Namun, dengan musibah banjir yang kerap melanda, pemilik rumah tak perlu membongkar rumah dan meninggikan tongkat rumah.
Sumber Berita: http://www.banjarmasinpost.co.id