Jakarta - Pengelola Candi Borobudur, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, benahi sistem layanan wisatawan dan tingkatkan keamanan serta ketertiban di lokasi wisata dunia tersebut. Hal ini untuk mencapai target kunjungan wisatawan mencapai 10 juta dalam 5-10 tahun ke depan.
"Kami akan membenahi diri untuk memenuhi target kami mendatangkan 10 juta pengunjung dalam 5 sampai 10 tahun ke depan. Ini juga untuk meningkatkan pendapatan dari karcis sebesar Rp60 miliar tahun lalu (2008) menjadi dua kali lipatnya atau lebih," kata Komisaris Utama PT Taman Wisata Candi, SD Darmono, kepada wartawan, di Jakarta, Senin (16/2).
Pembenahan yang bakal dilakukan, jelas Darmono, terutama akan membenahi sistem tiketing yang mengandung diskriminasi terhadap turis mancanegara. Selama ini, wisatawan domestik hanya dikenakan biaya tiket sebesar Rp10.000 per orang tetapi wisatawan asing atau turis manca negara dikenai biaya US$12 dolar. Padahal tidak semua turis manca negara memiliki kemampuan ekonomi yang sama.
"Kami akan mengupayakan pengaturan harga karcis yang lebih baik. Ada perbedaan tarif tetapi tidak terlalu jauh," katanya.
Dalam kaitannya untuk mendatangkan lebih banyak pengunjung, pihaknya juga akan melakukan up grading perbaikan fasilitas yang berdampak langsung terhadap peningkatan kualitas pelayanan. Misalnya penginapan tradisional yang nyaman dan aman, petunjuk jalan atau peta yang lebih baik menuju lokasi.
"Perlu disediakan banyak fasilitas agar orang-orang bisa tinggal di Borobudur lebih lama dan lebih nyaman," katanya.
Hingga kini telah terbangun berbagai macam fasilitas seperti hotel berbintang di sekitar Borobudur termasuk di Yogyakarta dan Magelang. Selain hotel berbintang, telah ada dua lapangan golf standar internasional yang berada di dekat kawasan wisata Candi Budha terbesar di dunia itu. Itu merupakan salah satu dukungan besar untuk menjadikan Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata dunia.
Sejumlah fasilitas dan daya tarik yang mendukung yang lainnya di antaranya Sendang Sono, Sekolah Katholik Van Lith, Suroloyo, Akademi Militer, dan Klenteng Hok An Kiong yang sudah berusia ratusan tahun. (Faw/OL-03)
Sumber: http://mediaindonesia.com (17 Februari 2009)