Budaya Kontributor Terbesar Pendapatan Pariwisata

Jakarta - Seni tari klasik maupun kontemporer Indonesia yang ditampilkan dalam berbagai acara seperti Indonesian Dance Festival 2014 dipandang dapat menarik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan dari segi ekonomi, 60 persen pendapatan pariwisata Indonesia didorong dari aspek budaya.

"Jadi ini sekitar 200 triliun (rupiah), tapi yang kembali ke pekerja seni tidak terlalu besar, kurang dari 50 triliun," kata Arief saat menyaksikan Indonesian Dance Festival (IDF) 2014, di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu (5/11/2014) malam.

Ia menuturkan perlunya sebuah ekosistem pariwisata, sehingga pekerja seni tidak berdiri sendiri, tetapi melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, guru seni, pelaku usaha, pemerintah, sampai komunitas.

"Kalau dari segi bisnis, perlu adanya kalender event, lalu fasilitasi agar seluruh travel agent di dunia dan indonesia bisa masukan dalam kalender mereka," ungkapnya.

Arief mengakui seni pertunjukan di Indonesia lemah di sisi pemasaran, terutama ketika mengemasnya sebagai produk pariwisata.

Ke depan, Kementerian Pariwisata berencana untuk membuat platform televisi digital (online television) supaya bisa diakses di seluruh dunia. Juga, dokumentasi digital kesenian Indonesia. Targetnya, televisi digital bisa diluncurkan Januari 2015 yang konten akan diisi sanggar tari, IKJ (Institut Kesenian Jakarta), maupun pihak lain yang terkait.

"Ketiga (dukungan pemerintah) adalah masalah hak cipta," kata Arief.

Rencana lainnya adalah Arief ingin Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) juga menjadi tempat kaum muda. Ia ingin GKJ ada fasilitas internet via Wifi.

IDF digelar dua tahun sekali dan tahun ini merupakan kali ke-20. Festival bertaraf internasional itu menampilkan ratusan penari dan 15 koreografer dari mancanegara seperti Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Singapura, Jerman, Perancis, dan Belgia.

Tahun ini, festival bertema "Expand" dan berlangsung lima hari pada 4-8 November 2014. Acara berlangsung di Teater Kecil TIM, Gedung Kesenian Jakarta, Goethe Haus, Salihara, dan Teater Luwes IKJ.

-

Arsip Blog

Recent Posts