Palembang, Sumsel - Tim peneliti dari Balai Arkeologi Palembang mengeksvakasi tiga tempat berbeda di Palembang dalam satu pekan terakhir ini. Mereka mencari petunjuk yang memperkuat temuan sebelumnya yang menyebutkan Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.
Retno Purwanti, salah seorang peneliti, berujar, dalam pekan pertama ini, mereka menemukan struktur bangunan kuno, pecahan keramik, dan tulang hewan. Beragam temuan itu semakin memperkuat penelitian sebelumnya yang menyimpulkan Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang. “Bisa kami pastikan pusat Sriwijaya itu adanya di Palembang, bukan di tempat lain,” kata Retno Purwanti, Jumat, 28 November 2014. (Baca juga: Arkeolog Sriwijaya Menjajah Hingga Madagaskar)
Pernyataaan Retno diperkuat oleh temuan prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Sabokingking, dan situs-situs masa Kejayaan Sriwijaya. Hingga saat ini, temuan tersebut sebagian besar masih dapat dilihat masyarakat. Dalam penelitian terbaru ini, para arkeolog hanya mencari bukti tambahan sebagai penguat temuan sebelumnya.
Menurut Retno, Palembang sebagai pusat Sriwijaya sudah diketahui dari abad ketujuh hingga kesepuluh. Selanjutnya, pada 1982-1992, terdapat penelitian yang dilakukan para arkeolog dari luar negeri dan dalam negeri. Mereka adalah O.W. Wolter, E.E. McKinnon, Hermann Kulke, Pierre-Yves Manguin, Bambang Budi Utomo, dan dirinya.
Dari penelitian panjang itu, menurut Retno, para arkeolog tidak ragu menyimpulkan bahwa Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya. “Saya sendiri ikut penelitian sejak awal dulu, dan kami sudah publikasikan hasilnya,” tutur Retno.
Budi Wiyana, peneliti lainnya, berujar, dalam penggalian di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, pihaknya menemukan serpihan pecahan keramik yang memiliki nilai sejarah tinggi. Pecahan keramik tersebut merupakan bukti sejarah adanya hubungan kuat antara Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, dan Dinasti Ching dari Tiongkok. “Pecahan keramik kami kumpulkan untuk diteliti lebih lanjut,” katanya.
Sumber: http://www.tempo.co