Medan, Sumut - Siapa yang tak kenal ulos Batak? Kain khas ini dibuat dengan menggunakan alat tenun tradisional bukan mesin. ulos begitu memikat, dengan warna alam yang didominasi hitam, merah, biru dan putih. Juga dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak.
Bukan hanya digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, ulos pada perkembangannya banyak dijumpai dalam berbagai produk souvenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, dasi, dompet hingga gorden. Sayang, saat ini sangat sedikit ditemukan para petenun ulos, sehingga mengancam keberlangsungan ulos itu sendiri.
"Tradisi tenun ulos sudah hampir punah karena minimnya jumlah penenun. Jumlah penenun yang masih aktif sangat sedikit dan sebagian besar dari mereka adalah orang yang sudah lanjut usia, tak ada generasi muda, kalaupun ada jumlahnya sedikit sekali," ujar MJA Nashir, seorang peniliti ulos Batak asal pulau Jawa.
Ia mengatakan hal itu di sela-sela acara Jong Batak Arts Festival di Taman Budaya Sumatera Utara. Nashir mengatakan, awal tertariknya dia menyukai penelitian ulos saat bertemu dengan peneliti Belanda yang meneliti ulos selama 30 tahun, Sandra Niessen, tahun 2010.
Para keturunan pembuat ulos pun banyak yang tidak mengetahui sejarah dan pembuatan ulos. Jika pelestarian ulos ini baik, otomatis akan meningkatkan pariwisata di Sumut," ujar sutradara film tentang ulos "Rangsa Ni Tonun" itu.
Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com