Jakarta - Saat ini, anak-anak Indonesia lebih memilih bermain menggunakan alat elektronik baik melalui telepon genggam maupun tablet dibandingkan mengenal permainan tradisional. Sebaliknya, anak-anak negara lain justru berlomba-lomba mengenal permainan tradisional Indonesia secara lebih dekat.
Hal itu pula yang terjadi di Kedutaan Besar RI di Bangkok, Thailand ketika dua dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar workshop batik dan permainan tradisional Indonesia. Kedua dosen tersebut ialah Wati Istanti dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Rodia Syamwil dari Pendidikan Kejuruan.
Permainan tradisional yang diberikan dalam workshop antara lain dakon, bekelan, cublak-cublak suweng, dan sudamanda. Para siswa Negeri Gajah Putih yang menyambangi pameran tersebut tampak antusias mencoba beragam permainan itu.
“Siswa dari Thailand sangat menyukai permainan tradisional tersebut. Begitu pula dengan siswa-siswa Indonesia yang telah tinggal di Bangkok. Mereka juga mengikuti dengan antusias,” kata Wati, seperti dinukil dari laman Unnes, Rabu (5/11/2014).
Dia menjelaskan, workshop permainan tradisional diikuti sekitar 30 peserta dari tiga sekolah berbeda di Sport Hall Kedutaan Besar RI di Bangkok. Selain dari Sekolah Indonesia Bangkok, para peserta juga berasal dari Debsirin School dan Sae Nampheung School.
“Salah satu tujuan kegiatan ini adalah memperkenalkan warisan budaya Indonesia seperti batik dan permainan tradisional. Ini bagian dari upaya memajukan konservasi budaya yang ada di Unnes,” paparnya.
Adapaun kegiatan workshop batik diselenggarakan di lokasi berbeda, yakni Dhurakij Pundit University. Kegiatan tersebut diikuti oleh 20 peserta yang terdiri atas dosen dan staf di universitas tersebut.
“Program ini sebagai pengembangan kerja sama Unnes dengan Universitas di Thailand. Ke depan kami berharap kegiatan semacam ini dapat diselenggarakan tidak hanya di Thailand, tapi di berbagai negara lain,” tutup Wati.
Sumber: http://news.okezone.com