Solo, Jateng - "Astana Utara" adalah nama sebuah kompleks pemakaman raja Istana Mangkunegaran beserta kerabatnya, yang terletak di sisi utara Kota Solo.
Di "Astana Utara" dimakamkan jasad almarhum Sri Paduka KGPAA Mangkunegoro VI yang merupakan salah seorang penguasa Pura Mangkunegaran yang populer sebagai seniman dan tokoh pembaruan.
Berbeda dengan kompleks pemakaman pada umumnya, "Astana Utara" yang dikeramatkan dan lokasinya di tengah permukiman Kampung Nayu tak pernah sepi.
Terlebih pada hari-hari tertentu, seperti Kamis malam Jumat Legi atau Senin malam Selasa Kliwon, banyak orang berziarah sambil tirakat di makam penguasa Pura Mangkunegaran tersebut.
Popularitas "Astana Utara", pada tiga tahun terakhir dimanfaatkan masyarakat Kelurahan Nusukan, Solo, untuk menggelar hajadan budaya yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Hajadan budaya bertajuk "Kirab Gerebeg Astana Utara" yang ketiga tahun 2014, kembali digelar Minggu (23/11/2014) siang dalam suasana semarak.
Dalam kirab budaya tersebut, sebanyak 24 kelompok masyarakat tidak termasuk perorangan, terlibat dalam arak-arakan yang sangat meriah penuh warna.
Sebagian besar kelompok masyarakat dari berbagai Rukun Warga (RW), SKPD pemerintah kota, LPMK, dan lain-lain, mempertunjukkan potensi dan kreativitasnya yang beraneka ragam.
Menurut Lurah Nusukan, Sapta Endah, kirab budaya Gerebeg Astana Utara sekaligus merupakan Pengetan Tingalan Jumenengan Dalam atau peringatan naik tahtanya mendiang KGPAA Mangkunegoro VI, sehingga, pagelaran tersebut menjadi hajadan tahunan ajang kreativitas dan unjuk potensi warga Kelurahan Nusukan.
Dalam pagelaran terakhir kemarin, setiap kelompok menampilkan potensi dan kreativitas, seperti gunungan sayur-mayur dari warga pedagang Pasar Nusukan, kesenian tradisional Reog Ponorogo, kostum karnaval batik, tarian jaranan, Ogoh-ogoh, Ondel-ondel Jawa dan beragam kesenian lainnya.
Kirab budaya Gerebeg Astana Utara yang mengambil start di Lapangan Prawit, depan kantor Kelurahan Nusukan, diberangkatkan sekira pukul 13.30, disaksikan ribuah warga yang memadati jalur yang dilalui kirab.
Sebagai pimpinan kirab, Lurah Nusukan Sapta Endah yang berbusana tradisional Jawa berjalan di barisan terdepan dengan menunggang kuda. Di belakangnya, arak-arakan peserta kirab mengular hampir sepanjang 100 meter, menyusuri Jl. P Tendean sejauh sekitar lima kilometer.
Salah seorang anggota panitia, Bambang Sumitro, mengungkapkan kepada wartawa, kirab budaya tahunan twrsebut bertujuan mengingatkan masyarakat terhadap KGPAA Mangkunegoro VI yang dimakamkan di Astana Utara.
Menurut dia, selama ini banyak masyarakat tidak mengetahui siapa Mangkunegoro VI di makam tersebut. "Gerebeg ini untuk menggugah ingatan masyarakat terhadap perjuangan KGPAA Mangkunegoro VI. Sebab, selama ini masyarakat banyak yang belum tahu bahwa KGPAA Mangkunegoro VI dimakamkan di Astana Utara," jelasnya.
Arak-arakan kirab budaya yang khas merakyat itu diakhiri dengan pelepasan tiga pasang burung merpati. Bambang menyatakan, pelepasan burung merpati itu sebagai simbol perjalangan hidup manusia, yakni lahir, hidup, dan mati.
"Tiga pasang burung dara mengandung filosofi, kehidupan saat lahir, menjalani kehidupan itu sendiri dan setelah meninggal. Gerebeg ini sekaligus menandai pembukaan prasasti cagar budaya di Astana Utara," sambungnya
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com