Denpasar - Duta Besar Indonesia untuk Italia, Mohammad Oemar menyatakan, sudah setahun terakhir ini KBRI di Roma mempromosikan busana batik melalui para WNI dan staf di perwakilan Indonesia.
"Minimal tiga bulan dalam setahun, yaitu pada musim panas, kami semua `wajib` memakai batik. Ini kekayaan bangsa dan warisan budaya kita yang sangat kita banggakan. Selain itu juga karena udara panas sekali," katanya kepada ANTARA News, di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Oemar berada di Bali sebagai anggota delegasi Indonesia dalam perundingan dan persidangan Pertemuan ke-11 Sesi Khusus Dewan Pemerintahan UNEP/Pertemuan Menteri Lingkungan Hidup Global (GC-UNEP/GMEF).
Di Italia, katanya, bermukim sekitar 1.600 WNI yang sebagian adalah pasangan kawin campur antarkewarganegaraan Indonesia dengan Italia. Selain itu, para mahasiswa, pekerja, biarawan dan biarawati Katolik atau agama lain yang menimba ilmu atau melakukan kekaryaannya di Italia.
"Sebagai kepala perwakilan Indonesia, saya sosialisasikan pemakaian batik ini lewat saya dan isteri serta para staf dulu, kemudian menular ke WNI yang ada di Roma, lalu ke kota-kota lain," katanya.
Menurut Oemar, kebanyakan warga Roma dan kota-kota lain terpesona akan kekayaan rancangan, corak, potongan, dan bahan serta jahitan batik yang dikenakan orang-orang Indonesia.
"Orang Italia, terutama yang akrab dengan Asia, langsung tahu bahwa pemakai batik itu orang Indonesia, bukan yang lain. Ini baik sekali sebagai sarana promosi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dan kalangan pejabat setempat," katanya.
Dengan demikian, katanya, banyak sekali rancangan batik yang dipakai para staf KBRI di Roma dan WNI di Italia yang kemudian menjadi "penanda" bagi eksistensi Indonesia di negara itu.
Milano di Italia sebagai salah satu pusat utama mode dunia selain Paris dan New York, sebetulnya telah lama mengenal batik yang khas Indonesia. Batik kurang dipromosikan sehingga para perancang lebih memilih produk kebudayaan lain di dunia sebagai bahan rancangan adibusana.
"Selama Juni hingga Agustus atau malah September, kami kompak pakai batik dan itu menyenangkan sekali. Batik dipakai di kantor dan undangan informal, kecuali untuk kesempatan kenegaraan kita dan mereka atau kesempatan resmi lain," kata Oemar.
Bahkan, katanya, belakangan ini telah diketahui beberapa wanita Indonesia yang bersuamikan lelaki Italia yang berjualan batik secara orang per orang. Oleh KBRI di Roma, hal itu ditanggapi positif karena dinilai sangat efektif mempromosikan produk kebudayaan nasional.(A037/A038)
Sumber: http://www.antaranews.com
"Minimal tiga bulan dalam setahun, yaitu pada musim panas, kami semua `wajib` memakai batik. Ini kekayaan bangsa dan warisan budaya kita yang sangat kita banggakan. Selain itu juga karena udara panas sekali," katanya kepada ANTARA News, di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Oemar berada di Bali sebagai anggota delegasi Indonesia dalam perundingan dan persidangan Pertemuan ke-11 Sesi Khusus Dewan Pemerintahan UNEP/Pertemuan Menteri Lingkungan Hidup Global (GC-UNEP/GMEF).
Di Italia, katanya, bermukim sekitar 1.600 WNI yang sebagian adalah pasangan kawin campur antarkewarganegaraan Indonesia dengan Italia. Selain itu, para mahasiswa, pekerja, biarawan dan biarawati Katolik atau agama lain yang menimba ilmu atau melakukan kekaryaannya di Italia.
"Sebagai kepala perwakilan Indonesia, saya sosialisasikan pemakaian batik ini lewat saya dan isteri serta para staf dulu, kemudian menular ke WNI yang ada di Roma, lalu ke kota-kota lain," katanya.
Menurut Oemar, kebanyakan warga Roma dan kota-kota lain terpesona akan kekayaan rancangan, corak, potongan, dan bahan serta jahitan batik yang dikenakan orang-orang Indonesia.
"Orang Italia, terutama yang akrab dengan Asia, langsung tahu bahwa pemakai batik itu orang Indonesia, bukan yang lain. Ini baik sekali sebagai sarana promosi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dan kalangan pejabat setempat," katanya.
Dengan demikian, katanya, banyak sekali rancangan batik yang dipakai para staf KBRI di Roma dan WNI di Italia yang kemudian menjadi "penanda" bagi eksistensi Indonesia di negara itu.
Milano di Italia sebagai salah satu pusat utama mode dunia selain Paris dan New York, sebetulnya telah lama mengenal batik yang khas Indonesia. Batik kurang dipromosikan sehingga para perancang lebih memilih produk kebudayaan lain di dunia sebagai bahan rancangan adibusana.
"Selama Juni hingga Agustus atau malah September, kami kompak pakai batik dan itu menyenangkan sekali. Batik dipakai di kantor dan undangan informal, kecuali untuk kesempatan kenegaraan kita dan mereka atau kesempatan resmi lain," kata Oemar.
Bahkan, katanya, belakangan ini telah diketahui beberapa wanita Indonesia yang bersuamikan lelaki Italia yang berjualan batik secara orang per orang. Oleh KBRI di Roma, hal itu ditanggapi positif karena dinilai sangat efektif mempromosikan produk kebudayaan nasional.(A037/A038)
Sumber: http://www.antaranews.com