Karawang - Banjir akibat luapan air Sungai Citarum pada sepekan terakhir merendam 9.561 rumah di 27 desa/kelurahan di sembilan kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Banjir juga merendam 817 hektar tanaman padi usia 1-100 hari.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Karawang Banuara Nadeak, Selasa (23/3), menyatakan, areal genangan sepanjang Selasa cenderung surut dibandingkan pada Minggu dan Senin. Namun, sebanyak 10.059 keluarga diperkirakan masih mengungsi karena rumahnya masih terendam air setinggi 0,5-3 meter.
Kecamatan yang terendam adalah Karawang Barat, Karawang Timur, Teluk Jambe Barat, Teluk Jambe Timur, Ciampel, Batujaya, Pakisjaya, Rengasdengklok, dan Klari.
Di Kabupaten Purwakarta, sekitar 560 keluarga di Desa Cikaobandung, Kecamatan Jatiluhur, masih mengungsi. Menurut Koordinator Posko I Cikaobandung Jamaludin, jumlah pengungsi bertambah selama 2 hari terakhir seiring naiknya genangan air.
Bantuan pangan, obat-obatan, dan relawan terus berdatangan dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga sosial.
Selasa pagi, permukaan air bendungan utama Waduk Ir H Djuanda, Jatiluhur, menurun dibandingkan dengan dua hari sebelumnya yang mencapai 108,41 meter di atas permukaan laut. Namun, debit yang menuju hilir Sungai Citarum diperkirakan masih lebih dari 600 meter kubik per detik sehingga memicu banjir di sebagian wilayah.
Seusai meninjau kondisi bendungan, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, debit air keluar dari Waduk Ir H Djuanda masih jauh dari kapasitas maksimal, 3.000 meter kubik per detik. Meski dengan debit sekarang telah memicu banjir di hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, bendungan relatif aman.
Djoko menambahkan, tingginya curah hujan dan kerusakan daerah resapan di sepanjang DAS Citarum memicu naiknya debit air. Dengan adanya tiga waduk, yakni Saguling, Cirata, dan Ir H Djuanda, banjir akibat luapan air Sungai Citarum lebih terkendali.
Tanggul jebol
Banjir akibat luapan Sungai Citarum di Kabupaten Bekasi meluas. Penyebabnya, tanggul sungai ambrol sepanjang lebih dari 50 meter di Desa Pantaibakti, Kecamatan Muaragembong, Senin malam.
Sampai Selasa, lima kecamatan di Kabupaten Bekasi, Cikarang Timur, Kedungwaringin, Pebayuran, Cabangbungin, dan Muaragembong terkena dampak.
Di Muaragembong, air menggenangi Desa Pantaibakti, Pantaibahagia, Pantaisederhana, Pantaimekar, dan Jayasakti. Rumah yang dihuni 4.698 keluarga terendam. Banjir juga menenggelamkan 4.600 hektar tambak udang dan ikan serta menggenangi 1.300 hektar sawah. Tinggi banjir
0,5-1,5 meter. ”Kami sudah mendistribusikan karung pasir untuk memperkuat tanggul dan menahan limpasan air sungai ke rumah penduduk,” kata Camat Muaragembong Herman Susilo.
Di Cikarang Timur, banjir merendam tiga dusun di Desa Labansari. Di Kedungwaringin, luapan air Sungai Citarum menggenangi dua dusun di Desa Bojongsari.
Bantuan berupa bahan makanan didatangkan ke Kantor Camat Muaragembong dan pos pengungsian setempat. Selasa, Kepolisian Resor Metropolitan Kabupaten Bekasi mendistribusikan bantuan sembako kepada sejumlah korban banjir di Muaragembong. (MKN/COK)
Sumber: http://cetak.kompas.com
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Karawang Banuara Nadeak, Selasa (23/3), menyatakan, areal genangan sepanjang Selasa cenderung surut dibandingkan pada Minggu dan Senin. Namun, sebanyak 10.059 keluarga diperkirakan masih mengungsi karena rumahnya masih terendam air setinggi 0,5-3 meter.
Kecamatan yang terendam adalah Karawang Barat, Karawang Timur, Teluk Jambe Barat, Teluk Jambe Timur, Ciampel, Batujaya, Pakisjaya, Rengasdengklok, dan Klari.
Di Kabupaten Purwakarta, sekitar 560 keluarga di Desa Cikaobandung, Kecamatan Jatiluhur, masih mengungsi. Menurut Koordinator Posko I Cikaobandung Jamaludin, jumlah pengungsi bertambah selama 2 hari terakhir seiring naiknya genangan air.
Bantuan pangan, obat-obatan, dan relawan terus berdatangan dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga sosial.
Selasa pagi, permukaan air bendungan utama Waduk Ir H Djuanda, Jatiluhur, menurun dibandingkan dengan dua hari sebelumnya yang mencapai 108,41 meter di atas permukaan laut. Namun, debit yang menuju hilir Sungai Citarum diperkirakan masih lebih dari 600 meter kubik per detik sehingga memicu banjir di sebagian wilayah.
Seusai meninjau kondisi bendungan, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, debit air keluar dari Waduk Ir H Djuanda masih jauh dari kapasitas maksimal, 3.000 meter kubik per detik. Meski dengan debit sekarang telah memicu banjir di hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, bendungan relatif aman.
Djoko menambahkan, tingginya curah hujan dan kerusakan daerah resapan di sepanjang DAS Citarum memicu naiknya debit air. Dengan adanya tiga waduk, yakni Saguling, Cirata, dan Ir H Djuanda, banjir akibat luapan air Sungai Citarum lebih terkendali.
Tanggul jebol
Banjir akibat luapan Sungai Citarum di Kabupaten Bekasi meluas. Penyebabnya, tanggul sungai ambrol sepanjang lebih dari 50 meter di Desa Pantaibakti, Kecamatan Muaragembong, Senin malam.
Sampai Selasa, lima kecamatan di Kabupaten Bekasi, Cikarang Timur, Kedungwaringin, Pebayuran, Cabangbungin, dan Muaragembong terkena dampak.
Di Muaragembong, air menggenangi Desa Pantaibakti, Pantaibahagia, Pantaisederhana, Pantaimekar, dan Jayasakti. Rumah yang dihuni 4.698 keluarga terendam. Banjir juga menenggelamkan 4.600 hektar tambak udang dan ikan serta menggenangi 1.300 hektar sawah. Tinggi banjir
0,5-1,5 meter. ”Kami sudah mendistribusikan karung pasir untuk memperkuat tanggul dan menahan limpasan air sungai ke rumah penduduk,” kata Camat Muaragembong Herman Susilo.
Di Cikarang Timur, banjir merendam tiga dusun di Desa Labansari. Di Kedungwaringin, luapan air Sungai Citarum menggenangi dua dusun di Desa Bojongsari.
Bantuan berupa bahan makanan didatangkan ke Kantor Camat Muaragembong dan pos pengungsian setempat. Selasa, Kepolisian Resor Metropolitan Kabupaten Bekasi mendistribusikan bantuan sembako kepada sejumlah korban banjir di Muaragembong. (MKN/COK)
Sumber: http://cetak.kompas.com