Yogyakarta - Keluarga Public Relation Yogyakarta menilai beredarnya film dokumenter "Cowboys in Paradise" yang menggambarkan sisi lain kehidupan pariwisata di Bali tidak akan banyak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Indonesia khususnya Bali.
"Gambaran dari film dokumenter karya sutradara Singapura yang menurut kabar akan disertakan dalam festival film dokumenter internasional tersebut hanya riak-riak kecil tentang sisi lain pariwisata di Bali semata dan tidak akan mempengaruhi kunjungan wisata secara nasional maupun wisata di Bali," kata Ketua Keluarga Public Relation (Kapurel) Yogyakarta Dedy Eryanto Pranowo, Sabtu.
Menurutnya dia, film yang menggambarkan para gigolo di Bali tidak lepas dari implikasi dari dunia pariwisata khususnya dampak negatifnya yang melibatkan salah satu oknum pelaku wisata di Bali.
"Jika di Yogyakarta kecil kemungkinan terjadi karena pelaku pariwisata masih memegang teguh budaya dan ada batasan norma, agama dan aturan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, dampak negatif dari industri pariwisata sendiri khususnya di DIY seperti adanya gigolo sangat mungkin terjadi, namun tidak sampai terekspos karena semua pelaku wisata menyadari adanya dampak negatif dari pariwisata.
"Mungkin satu dua ada yang melakukan hal yang sama seperti di dalam film tersebut, namun itu tidak terungkap dan kita berharap mengambil dampak yang positif saja industri pariwisata ini," katanya.
Dedy mengatakan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan organisasi pramuwisata untuk memberikan pelatihan dan batasan-batasan ketika menjadi pemandu wisata bagi wisatawan.
"Kami selalu berkoordinasi dengan orgainsasi pramuwisata untuk menjaga norma-norma dan aturan yang harus dilaksanakan pemandu wisata. Jika ada oknum yang bertindak di luar norma dan aturan akan diberi sanksi tegas," katanya. (Ant/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com
"Gambaran dari film dokumenter karya sutradara Singapura yang menurut kabar akan disertakan dalam festival film dokumenter internasional tersebut hanya riak-riak kecil tentang sisi lain pariwisata di Bali semata dan tidak akan mempengaruhi kunjungan wisata secara nasional maupun wisata di Bali," kata Ketua Keluarga Public Relation (Kapurel) Yogyakarta Dedy Eryanto Pranowo, Sabtu.
Menurutnya dia, film yang menggambarkan para gigolo di Bali tidak lepas dari implikasi dari dunia pariwisata khususnya dampak negatifnya yang melibatkan salah satu oknum pelaku wisata di Bali.
"Jika di Yogyakarta kecil kemungkinan terjadi karena pelaku pariwisata masih memegang teguh budaya dan ada batasan norma, agama dan aturan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, dampak negatif dari industri pariwisata sendiri khususnya di DIY seperti adanya gigolo sangat mungkin terjadi, namun tidak sampai terekspos karena semua pelaku wisata menyadari adanya dampak negatif dari pariwisata.
"Mungkin satu dua ada yang melakukan hal yang sama seperti di dalam film tersebut, namun itu tidak terungkap dan kita berharap mengambil dampak yang positif saja industri pariwisata ini," katanya.
Dedy mengatakan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan organisasi pramuwisata untuk memberikan pelatihan dan batasan-batasan ketika menjadi pemandu wisata bagi wisatawan.
"Kami selalu berkoordinasi dengan orgainsasi pramuwisata untuk menjaga norma-norma dan aturan yang harus dilaksanakan pemandu wisata. Jika ada oknum yang bertindak di luar norma dan aturan akan diberi sanksi tegas," katanya. (Ant/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com