Denpasar - Dua pria yang berperan sebagai gigolo dalam film "Cowboys in Paradise", Jumat, dijemput polisi dari tempat mangkalnya selama ini di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Setelah dijemput, kedua aktor amatiran yakni Dennis (28) dan Bima (31), selanjutnya menjalani pemeriksaan di ruang penyidik Direktorat Reskrim Polda Bali di Denpasar.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar mengakui bahwa pihaknya telah menjemput dua orang itu yang telah ambil bagian dalam produksi film yang kontroversial tersebut.
"Untuk lebih cepatnya, ya kami jemput saja, ketimbang lama-lama menunggu mereka lewat upaya pemanggilan," ujarnya.
Selain yang dijemput dari Pantai Kuta, ada juga pemeran lain yang datang sendiri ke Markas Polda yakni I Ketut Suardana.
Pada Kamis (29/4), polisi juga telah menjemput tiga orang pemeran lainnya dari tempat mangkal mereka di Pantai Kuta.
Ketiganya adalah Rosnan Efendik alias Fendi, Sugiarto alias Argo, dan Suwarno yang akrab dipanggil Arnold.
"Semua pemeran film tersebut kami jemput atau kami panggil untuk dimintai keterangan, tidak yang lainnya," kata Kombes Sugianyar.
Dalam adegan film "Cowboys in Paradise", Dennis yang asal Bukittinggi, Sumatera Barat, antara lain terlihat menendang-nendang bola di Pantai Kuta.
Sementara Bima yang asli Jember, Jawa Timur, diambil gambarnya ketika sedang berselancar.
Senada dengan ketika temannya yang telah terlebih dadulu diperiksa, baik Dennis maupun Bima juga mengaku tidak tahu jika adegan yang direkam oleh Amit Virmani, sang sutradara, itu adalah untuk keperluan film dokumenter.
"Kami tidak tahu kalau itu untuk film dokumenter, sebab kru yang mengambil gambar hanya mengatakan untuk koleksi pribadi," ujar Dennis kepada polisi.
Sedangkan Suardana yang adalah tokoh masyarakat Ubud, Kabupaten Gianyar, dalam film tersebut terlihat muncul selama beberapa detik bersama istrinya, Jeanet De Neffee, yang kelahiran Australia.
Sebelum memasuki ruang pemeriksaan, Suardana mengaku siap dimintai keterangan oleh polisi seputar film yang "dibingtanginya". "Dimintai keterangan apa pun, saya siap," ujarnya menandaskan.
Suardana mengaku tidak tahu jika wajah dan namanya telah dicatut dalam film yang sudah merusak citra Pulau Dewata itu. Awalnya, ia ditemui oleh Amit dan rekannya yang meminta untuk berkomentar seputar bahaya penyakit HIV/AIDS di Bali.
Karena merasa peduli dengan bahaya penyakit tersebut, ia pun mengaku bersedia untuk diwawancarai.
Namun belakangan, Suardana mengaku sangat kecewa bahwa hasil wawancara tersebut ternyata muncul dalam rangkaian film dokumenter yang mengisahkan tentang kehidupan gigolo di Pantai Kuta.
Kabid Humas mengatakan bahwa ketiga orang yang diperiksa pihaknya hingga petang hari itu masih dalam kapasitas sebagai saksi. "Tidak mungkin kami panggil orang untuk tiba-tiba dijadikan sebagai tersangka," katanya.
Ia menjelaskan masih ada beberapa saksi yang terlibat dalam film tersebut yang akan dimintai keterangan. "Mungkin besok atau beberapa hari ke depan masih ada beberapa saksi yang akan dipanggil lagi," ucapnya. (ANT/S026)
Sumber: http://www.antaranews.com
Setelah dijemput, kedua aktor amatiran yakni Dennis (28) dan Bima (31), selanjutnya menjalani pemeriksaan di ruang penyidik Direktorat Reskrim Polda Bali di Denpasar.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar mengakui bahwa pihaknya telah menjemput dua orang itu yang telah ambil bagian dalam produksi film yang kontroversial tersebut.
"Untuk lebih cepatnya, ya kami jemput saja, ketimbang lama-lama menunggu mereka lewat upaya pemanggilan," ujarnya.
Selain yang dijemput dari Pantai Kuta, ada juga pemeran lain yang datang sendiri ke Markas Polda yakni I Ketut Suardana.
Pada Kamis (29/4), polisi juga telah menjemput tiga orang pemeran lainnya dari tempat mangkal mereka di Pantai Kuta.
Ketiganya adalah Rosnan Efendik alias Fendi, Sugiarto alias Argo, dan Suwarno yang akrab dipanggil Arnold.
"Semua pemeran film tersebut kami jemput atau kami panggil untuk dimintai keterangan, tidak yang lainnya," kata Kombes Sugianyar.
Dalam adegan film "Cowboys in Paradise", Dennis yang asal Bukittinggi, Sumatera Barat, antara lain terlihat menendang-nendang bola di Pantai Kuta.
Sementara Bima yang asli Jember, Jawa Timur, diambil gambarnya ketika sedang berselancar.
Senada dengan ketika temannya yang telah terlebih dadulu diperiksa, baik Dennis maupun Bima juga mengaku tidak tahu jika adegan yang direkam oleh Amit Virmani, sang sutradara, itu adalah untuk keperluan film dokumenter.
"Kami tidak tahu kalau itu untuk film dokumenter, sebab kru yang mengambil gambar hanya mengatakan untuk koleksi pribadi," ujar Dennis kepada polisi.
Sedangkan Suardana yang adalah tokoh masyarakat Ubud, Kabupaten Gianyar, dalam film tersebut terlihat muncul selama beberapa detik bersama istrinya, Jeanet De Neffee, yang kelahiran Australia.
Sebelum memasuki ruang pemeriksaan, Suardana mengaku siap dimintai keterangan oleh polisi seputar film yang "dibingtanginya". "Dimintai keterangan apa pun, saya siap," ujarnya menandaskan.
Suardana mengaku tidak tahu jika wajah dan namanya telah dicatut dalam film yang sudah merusak citra Pulau Dewata itu. Awalnya, ia ditemui oleh Amit dan rekannya yang meminta untuk berkomentar seputar bahaya penyakit HIV/AIDS di Bali.
Karena merasa peduli dengan bahaya penyakit tersebut, ia pun mengaku bersedia untuk diwawancarai.
Namun belakangan, Suardana mengaku sangat kecewa bahwa hasil wawancara tersebut ternyata muncul dalam rangkaian film dokumenter yang mengisahkan tentang kehidupan gigolo di Pantai Kuta.
Kabid Humas mengatakan bahwa ketiga orang yang diperiksa pihaknya hingga petang hari itu masih dalam kapasitas sebagai saksi. "Tidak mungkin kami panggil orang untuk tiba-tiba dijadikan sebagai tersangka," katanya.
Ia menjelaskan masih ada beberapa saksi yang terlibat dalam film tersebut yang akan dimintai keterangan. "Mungkin besok atau beberapa hari ke depan masih ada beberapa saksi yang akan dipanggil lagi," ucapnya. (ANT/S026)
Sumber: http://www.antaranews.com