Yogyakarta - Baju dan kain batik kini semakin sering dijadikan cenderamata oleh para wisatawan yang tengah berkunjung ke Yogyakarta.
"Sentra penjualan baju dan kain batik di Yogyakarta pada saat libur panjang akhir tahun cukup ramai wisatawan yang membeli produk kerajinan tersebut," kata Direktur Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Republik Indonesia (APIKRI), Amir Fanzuri, di Yogyakarta.
Menurut dia, Yogyakarta yang dikenal dengan produk kerajinan batik memang potensial untuk lebih mempromosikan batik kepada wisatawan, apalagi pariwisata di daerah ini juga berkembang pesat.
"Setiap musim libur sekolah atau libur nasional hampir semua sentra penjualan kain dan baju batik di Yoyakarta selalu diserbu wisatawan," ujarnya.
Ketika banyak wisatawan mancanegara datang ke Yogyakarta, mereka umumnya mencari produk batik untuk dijadikan oleh-oleh saat kembali ke negaranya.
Meski demikian, kata dia, produk batik maupun jenis kerajinan lainnya asal Yogyakarta masih perlu lebih dikenalkan kepada masyarakat melalui promosi baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Upaya mengenalkan produk kerajinan seperti itu salah satunya dengan menyelenggarakan pameran tingkat regional, nasional maupun internasional," katanya.
Dengan demikian, pada libur panjang para penjual atau pedagang batik di Yogyakarta dapat memperoleh pendapatan signifikan karena dipastikan wisatawan akan mencari produk tesebut.
Sementara itu, pengelola outlet kerajinan batik Pandak Kabupaten Bantul, Alex Syamsuri mengatakan, selama libur akhir tahun 2008 hingga awal 2009, penjualan kain maupun baju batik di outlet-nya meningkat drastis.
Selama musim libur itu, wisatawan banyak yang datang ke outlet ini baik rombongan keluarga maupun siswa sekolah. Mereka banyak memborong kain batik tulis maupun cap mulai harga Rp50.000 per potong hingga lima sampai enam juta rupiah per potong.
"Meskipun kain batik khususnya jenis tulis berbahan sutera harganya mencapai jutaan rupiah, namun tetap ada wisatawan yang membeli dalam jumlah cukup banyak," katanya.
Menurut dia, banyaknya wisatawan terutama wisatawan nusantara yang membeli bahkan memborong batik berarti mereka mulai menyadari pentingnya menggunakan produk milik bangsa sendiri. "Mereka mulai mencintai produk dalam negeri," ujarnya.
Menyinggung beredarnya batik produk China, ia mengatakan batik produk Indonesia tetap akan laku dan unggul karena motifnya sulit ditiru oleh negara lain khususnya motif batik tulis.
Ketua Paguyuban Pencinta Batik Yogyakarta, Ny Larasati Sulaintoro mengatakan, di masa datang diharapkan produk batik menjadi cenderamata wisatawan baik mancanegara maupun nusantara, sehingga keberadaan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia ini dapat dilestarikan dengan baik.
Jika batik sudah menjadi bagian pariwisata Indonesia maka diharapkan kehidupan para perajin batik di nusantara menjadi lebih baik, apalagi sektor pariwisata sudah menjadi tumpuan kehidupan sebagaian masyarakat di negeri ini.
Jadi, kata dia, selain bisa menghidupi para perajin batik di Indonesia, upaya menjadikan batik sebagai cenderamata untuk wisatawan yang berkunjung ke objek wisata diharapkan ikut melestarikan hasil karya nenek moyang ini dari kepunahan.
"Jika produk batik menghilang dari Indonesia, maka dikhawatirkan sebagian budaya bangsa ini juga akan ikut hilang. Sangat disayangkan jika keberadaan batik punah hanya karena kurangnya kepedulian kita," katanya. (Ant/OL-02)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com (9 Januari 2009)