Jakarta- Untuk menambah minat wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Indonesia, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) menggulirkan program anyar berupa pengadaan kios elektronik alias e-kiosk. Selain memberikan layanan informasi, kios tersebut juga tengah dielaborasi untuk telepon, e-mail, e-commerce, dan e-payment.
Direktur Jenderal Pemasaran Depbudpar Sapta Nirwandar kepada wartawan mengungkapkan, untuk tahap awal, sebanyak 275 e-kiosk telah terpasang di tempat-tempat keramaian—baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan—di Pulau Dewata.
Menurut rencana, kios yang sama akan dibangun di Yogyakarta dan Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). "Tujuan utama pengadaan e-kiosk di Bali adalah untuk memberi pelayanan sebaik-baiknya kepada wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik. Karena itu, kami berupaya meningkatkan fasilitas pelayanannya. Jika yang di Bali sudah bagus, maka akan segera dikembangkan di daerah lain. Kami sudah berpikir untuk membuka e-kiosk di wilayah Yogya atau Batam," kata Sapta.
E-kiosk yang kini telah beroperasi di Bali memiliki dua layar, dengan bentuk seperti mesin ATM. Layar pertama (berada di bagian bawah) menyimpan data-data direktori elektronik. Sedangkan layar kedua (berada di bagian atas) untuk display tempat-tempat wisata, karya seni dan budaya, restoran, hotel, dan sebagainya. Sedangkan perangkat telepon terpasang di sebelah samping.
Dengan menggunakan sistem layar sentuh dan layanan multibahasa-Indonesia, Inggris, China, dan Jepang-para pengguna bisa mengeksplorasi Bali secara utuh untuk mendapat informasi lengkap tentang tempat-tempat wisata, peta lokasi, pusat-pusat kerajinan, event, restoran, hotel, travel, rumah sakit, pusat olahraga, kantor-kantor pemerintah, dan sebagainya. Mereka juga bisa mengunduh gambar atau video yang tersedia.
Lewat sistem yang kini tengah dikembangkan, para pengguna nantinya juga bisa melakukan komunikasi secara langsung dengan para pihak yang dikehendaki (via telepon), berinteraksi lewat e-mail, serta melakukan transaksi perdagangan sekaligus pembayaran secara elektronik. Semua fasilitas canggih yang tersedia tersebut bisa dimanfaatkan secara gratis.
Wakil Ketua Komisi X DPR Heri Akhmadi saat ditemui terpisah memuji terobosan Depbudpar ini saat melakukan kunjungan kerja ke Denpasar, Bali.
"Masukan yang kami terima, baik dari turis, pengusaha lokal, maupun seniman yang memanfaatkan e-kiosk untuk iklan jasa, produk, dan hasil karya seni mereka, sangat bagus dan positif," katanya.
Heri bahkan yakin, keberadaan e-kiosk bisa mendukung peningkatan pertumbuhan sektor budaya dan pariwisata. Karena itu, pihaknya berjanji akan mendukung pengembangan program tersebut.
"Kalau memang di Bali positif, DPR menilai ini bisa dikembangkan di daerah-daerah wisata lain di Indonesia," kata anggota Fraksi PDI Perjuangan itu.
Harus diakui, dibanding negara-negara tetangga, pertumbuhan pariwisata Indonesia relatif masih ketinggalan. Negara tetangga Singapura, misalnya, tahun 2007 berhasil menggaet 10,3 juta wisman. Dari jumlah wisman sebanyak itu, penerimaan yang diperoleh negara mencapai 9,65 miliar dolar AS atau Rp 90 triliun.
Sementara itu, tahun yang sama, jumlah wisman ke Indonesia hanya 5,5 juta orang dengan pemasukan sekitar Rp 45 triliun. (Jimmy Radjah)
Sumber: www.suarakarya-online.com (29 Oktober 2008)