Sintang, Kaltim - Kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten Sintang memiliki peranan penting dan berimbang. Karena sama-sama memiliki peran, kedua hal ini tidak dapat dipisahkan.
“Kita memberi perhatian yang sama dan berusaha mengembangkan dua bidang tersebut,” papar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sintang A Tilla, di ruang kerjanya, Jumat (7/1) siang.
Definisi budaya disebut Tilla, keseluruhan gagasan pikiran manusia yang tidak berakar pada naluri. Untuk mendapatkannya harus melalui proses belajar. Terdapat tiga wujud budaya, yakni non fisik, aktivitas, dan fisik. “Pariwisata juga berkaitan dengan tiga wujud budaya tersebut,” ucapnya.
Tilla lantas mencontohkan tenun ikat khas Sintang, patut menjadi wujud karya budaya dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Setiap lekukan tenun ikat memiliki arti.
Wajar kiranya, lembaga luar negeri turut memberi apresiasi tinggi terhadap tenun ikat khas Sintang. Pihaknya senantiasa menjadikan tenun ikat sebagai cenderamata bagi tamu-tamu kehormatan Kabupaten Sintang. Beberapa warga secara rutin dan massal memproduksi tenun ikat di Yayasan Kobus Sintang. “Bagi siapa saja boleh membeli tenun ikat dan tersedia di Yayasan Kobus dan beberapa lokasi lain,” katanya.
Lebih jauh, Tilla menjelaskan, Kabupaten Sintang memiliki empat objek wisata unggulan. Pertama, Bukit Kelam di Kecamatan Kelam Permai. Ia mengakui kalau infrastruktur jalan ke Bukit Kelam rusak parah. Bis dan berbagai kendaran wajib ekstra hati-hati melintas di aspal rusak. Pemda Sintang tidak dapat memperbaiki kerusakan tersebut karena status jalan negara. “Kalau kerusakan semakin parah, wisatawan menjadi jera berkunjung ke Bukit Kelam,” papar dia.
Objek wisata andalan kedua, sebut Tilla, Rumah Betang Ensaid Panjang di Kecamatan Dedai. Jarak tempuh dari ibukota Kabupaten Sintang 60 kilometer. Selanjutnya Baning Forest (Hutan Baning) yang menjadi wadah beberapa orang utan. Pihaknya bekerjasama dengan Wild Wide Fund (WWF) untuk memberdayakan para orang utan tersebut.
Terakhir adalah Museum Kapuas Raya yang merupakan hasil kerjasama Pemda Sintang dengan Belanda. “Seluruh desain museum dari Belanda dan museum ini terbaik sisi penataan dibandingkan seluruh museum di Kalbar,” cetusnya.
Secara terbuka Tilla mengakui, kontribusi dunia pariwisata di Sintang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru mencapai sebesar Rp 25 miliar. Pihaknya tidak berwenang memungut retribusi dari objek-objek wisata tersebut. “Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hanya sebatas pembina terhadap kebudayaan dan pariwisata di Sintang,” tutur dia.
Sumber: http://www.equator-news.com