Padang, Sumatera Barat - Kekayaan alam dan adat masyarakat Sumatera Barat membuat kelompok masyarakat ini berpotensi menjadi contoh terbaik di Indonesia dalam penerapan metode komunitas berbasis pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Demikian disampaikan pengajar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Dr Ricky Avenzora, Jumat (27/2).
”Potensi itu sejalan dengan tegaknya adat matrilinial dan adat harta pusaka tinggi di Ranah Minang. Dengan adat ini, pemberdayaan masyarakat lokal dalam pembangunan bisa jadi lebih mudah dan realistis,” kata Ricky.
Kekayaan alam di Sumbar terentang mulai dari perbukitan hingga tepi pantai. Tidak hanya itu, Sumbar juga mempunyai pelbagai upacara adat, tradisi, hingga sejarah yang menarik bagi wisatawan.
Ricky mengatakan, perwujudan pariwisata model ini membutuhkan kesungguhan dan konsistensi pemerintah daerah untuk memotivasi masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat mau berpartisipasi aktif mengambil bagian dalam berbagai proses dan peluang pembangunan yang ada secara berkelompok dalam bagian adat yang secara tradisional telah mendarah daging dalam kehidupan mereka.
Ricky mengatakan, para pemegang tanggung jawab pariwisata di Sumbar perlu perencanaan untuk 30 tahun mendatang. Perencanaan itu perlu mempunyai akar pada sejarah kelahiran dan perjalanan nenek moyang masyarakat Minang. Sejarah menunjukkan bahwa nenek moyang masyarakat Minang telah melahirkan sejumlah filosofi hidup yang sederhana, tetapi komprehensif dan berlaku sepanjang masa.
Setelah terbangunnya perencanaan pariwisata untuk 30 tahun mendatang, pendekatan untuk melaksanakan rencana ini perlu disepakati agar perencanaan itu dapat terwujud.
Ricky mengusulkan agar Sumbar membuat dokumen perencanaan pembangunan ekowisata yang komprehensif. Dokumen ini perlu disahkan sebagai peraturan daerah oleh DPRD.
Pengesahan ini diharapkan sanggup menjaga keberlangsungan dan konsistensi pembangunan pariwisata di Sumbar. (ART)
Sumber: http://cetak.kompas.com (28 Februari 2009)