`Padamu Negeri` Buka SIEM 2008

Solo, Jawa Tengah- Seni itu bersifat universal. Oleh karena itu, panitia Solo International Ethnic Music atau SIEM 2008 yang berlangsung mulai Selasa (28/10) malam ini hingga 1 November 2008 di Pamedan Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, sengaja menggunakan tema ”Kesadaran Berbeda, Kesadaran Bersama, dan Kesadaran Berubah”. Direncanakan, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu akan hadir dalam upacara pembukaan.

SIEM 2008 akan diikuti 19 kelompok penyaji dari berbagai daerah di Nusantara, termasuk empat kelompok dari luar negeri, yaitu Jepang, Australia, Singapura, dan Taiwan. Setelah dibuka dengan lagu Padamu Negeri yang dipimpin penyanyi Syaharani serta seluruh peserta, disajikan pertunjukan Kendang Rampak (Jawa Barat), Kahanan (Innisisri), dan kelompok Kinarya GSP pimpinan Guruh Soekarnoputra.

Ketua Umum SIEM, Bambang Suteja, menjelaskan, festival musik ini berangkat dari pemikiran bahwa musik etnik punya potensi amat besar, tetapi secara struktural justru terpinggirkan. Dan di tengah karut-marut berbagai persoalan yang melilit bangsa ini, kata Bambang, kesenian bersifat universal karena bebas nilai. ”Melalui kegiatan kesenian seperti SIEM, saya berharap bisa melakukan perubahan di negeri ini,” katanya, Senin (27/10).

Diseleksi
Para penampil di SIEM 2008 diseleksi oleh dewan kurator yang terdiri dari Prof Dr Rahayu Supanggah (Institut Seni Indonesia Solo) dan pemusik Gilang Ramadhan. Dewan kurator membuat rekomendasi kelompok musik etnik yang layak tampil pada SIEM, dan sebelumnya mereka dipersyaratkan mengirim rekaman contoh karyanya. Pemusik Yasudah menambahkan, sejak 1980-an komunitas pemusik etnik selama ini sudah memiliki jaringan.

Tahun ini dewan kurator merekomendasi tujuh kelompok musik dari luar, tetapi tiga di antaranya tidak bisa memenuhi undangan karena berbagai sebab; yaitu Amerika Serikat, Senegal, dan Bulgaria. Delegasi dari luar terdiri dari Margasari di bawah pimpinan Shin Nakagawa (Jepang), Sonofa (musik India dari Singapura), Glen Doyle (Australia), dan Yi Chen Chang (Taiwan).

Dari dalam negeri Kande (Aceh), Gangsadewa (Yogyakarta), Kayu Bakar (Papua), Teratai Pasiana (Pulau Selayar), Lumaras Budoyo (Magelang), Ensemble Kiai Fatahillah (Bandung), Sound of Kiser (Cirebon), Nedy Winusa (Riau), serta Al Suwardi (Solo).

Selain itu, sejumlah nama pemusik terkenal juga akan tampil, seperti penyanyi jazz Syaharani, Reza Artamevira, Viky Sianipar, Innisisri, dan Balawan, yang menyajikan komposisi musik etnik yang berkolaborasi dengan kelompok lain.

Dalam pandangan Syaharani yang belakangan intensif menggarap musik crossover, yang menyilangkan berbagai aliran musik seperti jazz, rock, dan etnik, ”Dalam tema musik etnik, semua musik apa saja sebenarnya bisa bertemu selama pelakunya, pemusiknya, bersedia melakukannya,” katanya.

Selain pertunjukan, ”Panitia juga mengadakan lokakarya serta konferensi bagi peserta,” kata Direktur Festival SIEM Putut H Pramana.

Sejumlah pembicara dalam konferensi itu, antara lain, Endo Suanda, Embi C Noer, Yasraff Piliang, dan Sutanto Mendut.(asa)

Sumber: cetak.kompas.com (28 Oktober 2008)

Related Posts:

-