Sambas, Kalbar - Sikap mental sangat menentukan upaya pelestarian dan pengembangan Kain Tenun Sambas. Kerajinan khas Sambas ini akan maju, jika penenun tetap eksis menenun kain secara mandiri. Hal ini diungkapkan Alfian yang tetap eksis mempromosikan kain songket khas Sambas kepada Equator, Senin (10/1) di galerinya.
Menurut Alfian yang kerap menampilkan kain khas Sambas dalam setiap pameran ini, ada tidaknya kain songket ke depan tergantung dari sikap mental kita untuk mengembangkannya. Kalau sikap mental tersebut didukung skill yang baik, maka kain tenun yang ada akan semakin berkualitas. “Sikap mental ini yang harus kita pacu, karena tidak selamanya anak tukang tenun yang eksis mengembangkan kain tenun akan turut menjadi penenun. Oleh karena itu, sikap mental ini menjadi penting,” jelas Alfian didampingi ibunya, Sahidah.
Alfian menjelaskan, kreasi pembuatan kain tenun khas Sambas tergantung dari ide dan kreativitas pengrajin. Bisa juga saat ada pesanan khusus dengan motif tertentu dari konsumen. Khusus jenis yang telah dikerjakan dan ada di galerinya ungkap Alfian, baik Tenun Coal maupun Kain Songket memiliki delapan motif, di antaranya Kain Padang Dibakar Daging, Kain Belabor, Kain Berterus, Kain Berkali, Kain Coal, Kain Coal Belabor, Kain Pelangi dan Kain Petak.
Alfian menegaskan, baik tidaknya kualitas pembuatan kain Sambas tergantung dari penenunnya, termasuk juga perhatian pemerintah dalam mendukung pelestarian kain khas Sambas tersebut. Caranya, pemerintah dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas melalui pembuatan sanggar. “Tujuannya agar ada tempat khusus yang menopang pengrajin kain tenun, ataupun masyarakat yang ingin belajar kursus menenun. Tempat seperti ini yang belum ada, sehingga penenun masing-masing mengerjakan temuannya di tempatnya masing-masing,” ulas Alfian.
Dari segi ekonomi, kain Sambas banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat. Dari hasil menenun, tidak sedikit pengrajin dapat menyekolahkan anaknya hingga menjadi sarjana. Selain itu, kain Sambas juga bermanfaat sebagai industri wisata yang bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Ia menilai, perlu perhatian khusus untuk membuat kain khas Sambas ini menjadi kain yang digemari masyarakat luar. “Setiap kain Sambas memiliki harga yang bervariasi. Mulai dari harga Rp 300 ribu sampai Rp 3 jutaan. Tentunya harga tersebut sesuai dengan jenis kainnya, terutama bahan baku dan tingkat kesulitan motif yang dibuat. Ini yang membuat harga kain songket jadi bervariasi,” beber Alfian.
Untuk lebih memperkenalkan kain tenun khas Sambas di kancah international, sebut Alfian, ia telah membuat buku tentang sejarah kain Sambas. Buku ini telah selesai dicetak. Pebarluasan buku ini akan dilakukan setelah hak paten selesai diurus. “Penulisan buku inilah diharapkan dapat lebih mempopulerkan kain Sambas, terutama bagaimana buku ini bisa menjadi muatan lokal Kalbar,” harapnya.
Sumber: http://www.equator-news.com