Jambi - Wali Kota Jambi Bambang Priyanto telah mencanangkan program muatan lokal Adat Melayu Jambi bagi peserta didik tingkat Taman Kanak-kanak hingga SMA di Kota Jambi.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi Rifai, Kamis, mengatakan, pencanangan itu dilakukan pada Rabu (29/8) untuk diterapkan mulai tahun ajaran 2013 bagi semua tingkatan sekolah.
"Wacana tentang muatan lokal ini sudah diwacanakan wali kota Jambi sejak jauh hari. Sekian lama persiapan, makanya tahun ajaran 2013 sudah mulai diberlakukan," ujarnya.
Menurut Rifai, dimasukannya muatan lokal pelajaran adat Melayu Jambi di sekolah karena saat ini telah terlalu banyak pengaruh budaya luar yang masuk kepada para pelajar di Kota Jambi.
Dengan itu dikhawatirkan terjadi pengikisan budi pekerti dan hilangnya rasa memiliki terhadap budaya Jambi.
Rifai menjelaskan, saat ini tata cara anak-anak berjalan di depan orang yang lebih tua sudah berbeda dengan anak-anak zaman dulu. Kalau dulu, anak lewat depan orang tua menunduk penuh hormat, kalau saat ini sudah tidak lagi.
Untuk pelaksanaan muatan lokal dalam pendidikan, pihaknya telah bekerja sama dengan Lembaga Adat Kota Jambi.
Tenaga guru muatan lokal adat Budaya Jambi akan diberdayakan dari guru-guru mata pelajaran PKN, kesenian dan sejarah.
Sebelum mengajar adat Melayu Jambi, guru-guru itu akan diberi pelatihan oleh Lembaga Adat Kota Jambi.
Porsi jam pelajaran muatan lokal ini sebanyak dua jam dalam seminggu, baik TK, SD, SMP, SMA/SMK. Hanya saja materi yang diberikan tentu tidak sama antar jenjang pendidikan, katanya.
Meski baru dicanangkan, sebenarnya sudah ada beberapa sekolah di Kota Jambi yang melaksanakan pelajaran bermuatan lokal.
Sekda Kota Jambi Daru Pratomo menambahkan, saat ini sudah ada enam literatur untuk materi mata pelajaran muatan lokal tersebut. "Ada enam literatur, jadi kita yakin bisa terlaksana dengan baik," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Kota Jambi Azrai Al Basyari membenarkan pihaknya dilibatkan dalam pembentukan muatan lokal tersebut.
Menurutnya, saat ini sangat sedikit pemuda Kota Jambi yang mengenal budayanya sendiri. "Contohnya bahasa Jambi asli, tidak banyak yang tahu sekarang bahwa celana itu bahasa Jambinya adalah ’sarwal’, kalau manis dalam bahasa Jambinya ’sahi’, sekarang banyak tak tahu lagi," katanya.
Ia mengatakan, tidak hanya terkait bahasa, dalam muatan lokal itu juga terdapat materi budi pekerti, baca tulis Al Quran dan tingkah laku.
Sumber: http://oase.kompas.com