Gunung Padangmeramaikan perbincangan khazanah pariwisata Indonesia tahun 2012. Melihat namanya, mungkin anda berpikir bahwa gunung ini terletak di Pulau Sumatra bukan? Padahal tidak demikian. Nama Gunung Padang ada kaitannya dengan bahasa lokal dimana gunung ini berada. Secara geografis, gunung padang berlokasi di kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tepatnya di perbatasan dusun Gunungpadang dan Panggulan. Secara bahasa Sunda, Gunung Padang berarti gunung cahaya.
Dari penelitian diketahui bahwa Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Luas kompleks bangunannya sekitar 900 m2 di ketinggian 885 meter diatas permukaan laut (dpl). Bila melihat situs secara keseluruhan, luas arealnya ternyata sangat luas. Bahkan hingga mencapai 15 hektar. Angka ini jauh lebih luas dari candi Borobudur yang hanya 1,5 hektar. Luas yang 15 hektar tersebut diketahui setelah diadakan penelitian lanjutan dengan menyisir semua lereng gunung padang. Dengan ukuran ini, praktis Situs Gunung Padang menjadi punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Usia Situs Gunung Padang
Tim peneliti Situs Gunung Padang menyimpulkan sementara bahwa bangunan di lapisan atas Situs Gunung Padang ini telah ada sejak 2800 hingga 4500 tahun sebelum masehi (SM).Penentuan umur absolut itu didasarkan pada analisa ‘carbon radiometric dating’ terhadap sampel serpihan karbon dari situs yang berada di kedalaman tiga hingga empat meter di lapisan atas Gunung Padang, sebagaimana dituturkan oleh Boediarto Ontowirjo, salah seorang perwakilan tim peneliti dalam siaran pers yang diterima oleh kantor berita ANTARA.
Tim peneliti Situs Gunung Padang juga menyatakan bahwa terdapat geometri-konstruksi bangunan berupa ruang-ruang besar sekitar 15 meter di bawah puncak Situs Gunung Padang. Dugaan ini setelah diteliti menggunakan metoda Geolistrik, Georadar, dan Geomagnet. Menurut Boediarto, Bagian kecil dari salah satu ruang yang berada di teras lima, bagian selatan situs, sudah dibuktikan dengan pemboran.
Selain itu, tim juga menyatakan bahwa lapisan batuan tanah di kedalaman hingga 15 meter dari puncak Gunung Padang merupakan konstruksi bangunan buatan manusia dan bukan lapisan batuan alamiah dengan perkiraan umur maksimum 10.500 tahun sebelum masehi. Dari hasil penelitian awal ini, Situs Gunung Padang merupakan sebuah struktur punden berundak raksasa yang menutupi lereng bukit dan dibuat dengan desain arsitektur konstruksi canggih setara dengan konstruksi bangunan Michu-Pichu di Peru.
Penemuan Awal Situs Gunung Padang
Laporan awal akan keberadaan Situs Gunung Padang sebenarnya telah ada sejak jaman pendudukan belanda. Laporan ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) tahun 1914. Seorang sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949.
Setelah sempat terlupakan, penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak dan mengarah ke Gunung Gede pada tahun 1979.
Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur saat itu, R. Adang Suwanda, diadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Pusat Peneilitan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada tahun 1979 terhadap situs Gunung Padang ini.
Kompleks Situs Gunung Padang berbentuk memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Lokasi ini tergolong terjaldan sulit dilewati. Situs Gunung Padang dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Situs Gunung Padang dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi (raja Sunda) berusaha membangun istana dalam semalam. Mirip seperti legenda pembangunan Candi Prambanan ataupun Gunung Tangkuban Perahu.
Situs Gunung Padang dikabarkan Mengandung Emas
Eskavasi atau penggalian di Situs Gunung Padang diteruskan di tahun 2012. Tim arkeolog akan membuka sisi timur Gunung Padang yang selama ini belum pernah dijamah. Dari penggalian ini diharapkan bisa membuka misteri sisi timur yang diduga terdapat jejak punden berundak.
Ada cerita lain soal Gunung Padang ada yang cukup menarik. Tanah kawasan itu sejak dahulu dikenal memiliki kandungan emas. Bahkan, sekitar 4 kilometer dari situs itu masih ada pertambangan emas. Seorang penambang emas di areal situs Gunung Padang yang telah berusia lanjut menyatakan bahwa pertambangan telah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda. Dengan demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa masyarakat yang hidup sebelum zaman Belanda telah mengenal emas dan menambangnya.
Dengan dugaan awal bahwa Situs gunung Padang merupakan tempat pemujaan dijaman megalitikum, telah banyak ditemukan artefak berupa pecahan tembikar dan tanah liat bakar yang mungkin berfungsi sebagai wadah untuk pemujaan.
Piramida di gunung padang
Sebelum diadakan ekskavasi atau penggalian, tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan adanya bangunan mirip piramida di dalam Situs Gunung Padang. Lokasinya di bawah tanah situs Megalitikum di Desa Giri Mukti, Cianjur. Berdasarkan hasil penelitian pencitraan di bawah permukaan situs Gunung Padang terdapat sebuah bangunan berbentuk tumpukan batu yang tertata rapi.
Berdasarkan literatur kebudayaan prasejarah, tim peneliti menduga kuat bahwa piramida itu merupakan gerbang atau pintu. Para tim peneliti Situs Gunung Padang juga menemukan adanya lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meter berwarna merah dengan tebal sekitar 20 hingga 30 meter miring ke utara. Hal ini mengindikasikan dari kedalaman 20 meter ke atas merupakan struktur bangunan yang dibuat manusia. “Kita menduga bahwa di bawah situs ini ada susunan batuan yang disusun manusia jadi kelihatannya berupa bangunan bahkan ada chambernya, ruangan-ruangan,” tutur Danny Hilman Natawidjadja, anggota tim peneliti LIPI.
Dari hasil penelitian survei oleh Tim peneliti LIPI ditemukan bahwa berdasarkan deteksi survei georadar, geolistrik, geomagnet dan pengeboran kecil untuk mengambil sampel, diduga kuat di bawah bangunan Punden Berundak Gunung Padang itu ada ruang kosong, bahkan dicurigai adanya pintu masuk seperti lorong.
Meski belum terbukti dengan penelitian arkeologi, tim Geologi LIPI untuk sementara ini tetap berasumsi di bawah Situs Gunung Padang yang sekarang terdapat bangunan berusia lebih tua dari Situs Gunung Padang.
Jika kelak terbukti kebenaran adanya piramida di Situs Gunung Padang maka bertambahlah koleksi wisata prasejarah di khazanah Obyek Wisata Indonesia. Berdasarkan pengakuan wisatawan, situs ini layak dijadikan obyek wisata favorit di Indonesia.
***